Listen


MusicPlaylistView Profile
Create a playlist at MixPod.com
Sunday, October 23, 2011

Butterfly -2-

Langit senja berganti langit kelam. Aku lapar. Saat aku masih menjadi ulat, aku akan mencari beberapa helai daun muda untuk makan malamku. Di hadapanku berdiri kokoh sebuah pohon besar dengan daun-daun hijau muda yang segar, seharusnya dengan sayap ini aku bisa mencapai pucuk pohon dengan mudah, tetapi, entah mengapa sekarang aku tidak berselera mengunyah daun. Ada apa dengan lidahku? Aneh... Yang aku inginkan sekarang adalah sesuatu yang harum, manis dan..... lengket??? Entahlah benda apa itu?

Aku tetap terbang melintasi udara, dengan indra penciumanku, aku berusaha mencari sesuatu yang harum dan manis. Indra penciumanku menangkap aroma harum dan manis. Hmmmm.... Aku terbang merendah mendekati sumber aroma itu dan aku menemukan...

"Setangkai bunga?"

"Hai nona manis, ada yang bisa aku bantu?"
Bunga ini bisa berbicara? Sejak kapan aku mengerti bahasa bunga?

"Oh... Kamu pasti bingung, kenapa kamu bisa mengerti bahasa kami para bunga, iya kan?"
Aku hanya mengangguk.

"Tidak apa-apa, lama kelamaan kau juga akan mengerti."
Jawabnya sambil menebarkan senyumnya yang mempesona.

"Oh iya, kamu ada perlu apa di sini? Hmmm... Kamu lapar ya?"
Gosh... Bagaimana ia bisa tahu? Lagi-lagi aku hanya mengangguk.

"Sini, kemari dan lihat lah ke dalam."
Ia membuka lebar kelopaknya, aku melihat tangkai-tangkai yang dipenuhi sebuk-sebuk kuning dan pada dasar kelopak aku menemukan cairan yang aromanya harum dan manis, sangat menggoda seleraku.

"Kamu lihat cairan itu? Itu nektar, ambillah sebanyak yang kamu mau, kamu pasti sangat kelaparan."

"Ehm... Terima kasih bunga."
Ku tak dapat menahan hasratku untuk mencicipi nektar itu.
Ternyata.... Rasanya nikmat sekali, seperti.... madu? Aku tidak tahu, yang pasti nektar ini enak! Lengket, harum dan manis.

"Bagaimana menurutmu? Nektarku enakkan?"

"Hehe... Iya"
Jawabku sambil terus mengunyah nektar itu.

"Di antara sekian bunga, nektarku lah yang terenak, hahaha."
Aku hanya tersenyum, antara percaya dan tidak dengan ucapan bunga ini, tetapi memang nektar ini sangat spesial.

"Bagaimana? Kamu masih lapar? Ambillah yang banyak."

"Ehm... Tidak, terima kasih, aku sudah kenyang. Jika aku memakan semua nektarmu, nanti kau tidak kebagian."

"Tidak kebagian? Hahaha... Nona biru, walau pun aku yang menghasilkan nektar ini, tetapi nektar ini bukan untukku, tetapi untuk siapa pun yang membutuhkannya."

"Tetapi, kau pasti membutuhkan nektar ini juga kan? Kau juga perlu makan bunga."

"Nona, mungkin kamu belum paham, tetapi kita diciptakan untuk saling melengkapi, apa yang aku miliki itu untukmu."

Aku masih belum mengerti apa maksud bunga, tetapi aku salut dengan dirinya yang masih mau berbagi dalam kesederhanaannya.

"Maaf, nona biru, boleh ku tahu siapa namamu?"

"Oh, kenalkan, aku Butterfly. Siapa namamu?"

"Aku Dafodil, senang berkenalan denganmu nona."

"Terima kasih, maaf Dafodil, aku harus kembali ke rumah pohon, kami akan berpesta nektar."

"Wow... Berpesta? Sepertinya asik sekali rasanya... saat kau bisa bebas, terbang ke sana kemari tanpa halangan."

"Kau mau ikut? Aku bisa mengajakmu terbang bersamaku."

"Oh... Tidak terima kasih, aku masih mau menikmati kehidupanku."

"Bagaimana kamu bisa menikmati hidup tanpa berpindah sejengkal dari sini? Kamu butuh hiburan, Dafodil."

"Iya, tetapi bukan itu caranya. Kehadiran dirimu saja sudah menjadi hiburan untukku."
Senyuman menawan itu merekah lagi.

Aku masih tidak mengerti apa maksud bunga ini.
"Oh, baiklah, besok aku akan berkunjung lagi. Sampai jumpa Dafodil."

"Sampai jumpaaa... Jaga dirimu!!"
Suara itu terdengar seperti sayup-sayup, aku terus mengepakkan sayapku, terbang melintasi langit kelam.

0 comments:

Post a Comment

 
;