Listen


MusicPlaylistView Profile
Create a playlist at MixPod.com
Monday, October 10, 2011

Jangan Biarkan Cahayamu Redup (Part 1)

"Aku suka kamu".

Tidak tidak tidak! Tidak mungkin aku mengucapkan kata itu di hadapannya. Rasanya kuingin mati saja dari pada menyatakan cinta duluan. Bukankah wanita ditakdirkan untuk menunggu seumur hidupnya? Menunggu sampai sang Pangeran Tampan datang menjemputnya dengan kuda putih, lalu sang Pangeran membungkuk hormat di hadapan Putri Cantik seraya memberi setangkai mawar putih dan membisikan sepatah kata,

"Maukah kau jadi milikku?"

Bukan sekedar kata-kata, tetapi mantra yang mampu menyihir pikiran sang Putri sehingga ia tidak bisa membedakan yang mana dunia nyata dan yang mana dunia mimpi, yang mana rasio dan yang mana imajinasi. Tetapi lepas dari semua itu, kebahagiaan lah yang selalu diinginkan dua hati yang menyatu.

Sekarang...
Di mana dirimu, Pangeran?
Sejak dari pagi aku menunggu kehadiran wajahmu. Ingin rasanya, sekali saja aku melihat senyuman manis itu terbaring di bibirmu lagi. Tetapi... Ke mana senyuman itu? Ke mana ia pergi? Senyum yang selalu ku nanti, senyum yang selalu kau berikan kepada setiap orang, senyum yang aku ingini jadi milikku.

Ke mana? Ke mana senyuman itu? Satu pertanyaan yang tak pernah berhenti berdengung di telingaku, pertanyaan yang haus akan jawaban.
Adakah seseorang yang merebut senyuman itu darimu? Siapakah orang itu??! Katakan padaku, biar kuambil kembali senyumanmu dari genggaman tangannya.

Binaran cahaya matamu. Aku suka kilauan matamu yang besar dan hitam. Matamu lelah, aku tahu itu, lihatlah kantung hitam di bawah matamu, sudah berapa hari kau bergadang dengan tugas-tugasmu? Sudah berapa hari kau lupa beristirahat?
Aku juga merasakan yang sama, kantung hitamku malah kian bertambah gelap seiring bertambahnya waktu, hampir setiap malam aku memikirkan dirimu. Memikirkan ke mana senyumanmu dan ke mana binaran cahaya matamu?

Kau di sini, di sisiku, tetapi, di mana dirimu? Di mana semangatmu? Aku tak merasakan kehadiranmu di sini, aku berdiri tepat di sampingmu, tetapi kau mengabaikan hadirku, ada apa denganmu? Ada apa denganku? Ada apa dengan kita? Bukankah sudah cukup lama kita saling mengenal? Sudah lupakah kau siapa diriku? Kalau begitu, ajak saja aku kembali berkenalan, aku tidak keberatan, sangat tidak keberatan, justru aku merasa senang jika kau mau mengingat kembali siapa diriku ini.
Kau tetap berlalu, dengan wajah dingin, datar, sinar mata redup dan senyuman yang mati.

"Kreeeeeek...."
Ku dengar suara pintu kayu besar dibuka. Aku melihat sekelebat cahaya putih terang di sana. Semua mata terpana pada pintu besar itu. Tak ada yang berani masuk ke dalam cahaya putih itu. Tetapi bukan dirimu jika kau tidak melakukan sesuatu yang dianggap aneh oleh orang lain, kau berjalan perlahan menuju cahaya besar itu, perlahan-lahan, kau seperti terhipnotis cahaya itu. Aku tidak mau membiarkan kau pergi sendirian, aku ikut denganmu.

0 comments:

Post a Comment

 
;