Listen


MusicPlaylistView Profile
Create a playlist at MixPod.com
Sunday, October 16, 2011

Setitik Bintang di Langit Malam

Aku masih berdiam diri. Diam bukan berarti tidak mau melakukan apa-apa, melainkan karena tidak ada yang bisa aku kerjakan.

Aku melihat mereka sudah sibuk mengurus ini dan itu. Mengajukan nama ke berbagai universitas, mengikuti interview bahkan ada yang sudah diterima di universitas impiannya. Sedangkan aku? Masih menunggu hingga waktu itu datang.
Nasib mendaftar di perguruan tinggi negeri, test baru dibuka menjelang akhir tahun ajaran nanti. Tak terbayang seberapa berat beban yang aku tanggung dalam hal ini. Berbagai pertanyaan menyebalkan menggeliat di dalam kepalaku; apakah aku bisa menembus saringan masuk perguruan tinggi negeri? Mampukah otak bahasaku ini memecahkan soal-soal IPS? Apa yang harus aku persiapkan? Apakah benar masuk ke perguruan tinggi negeri didasari oleh keberuntungan belaka? Jika iya, apakah keberuntungan akan menghampiri diriku?

Kalau sudah seperti ini, perasaan galau pasti datang menghampiri. Yeap... aku sudah beberapa kali merasakan elegi dalam rangkulan kegalauan dan itu sangat tidak enak. Perasaan-perasaan itu hanya semakin membuatku gelisah dan tidak bisa berpikir jernih. Tidak ada seorang pun yang bisa menenangkan perasaan ini, hanya aku seorang yang bisa mengendalikan perasaanku, dan tidak ada seorang pun yang mampu memberi jalan pasti untuk menyelesaikan segala tetek-bengek ini.

Tetapi, ada satu sosok yang tidak pernah meninggalkan diriku dalam kesendirian, sosok yang selalu memberiku penghiburan, Dia yang selalu memberiku kekuatan dan ketenangan sehingga inspirasi terus mengalir dalam hidupku. Yeap, Dialah Tuhanku.

Tak peduli tentang kata orang bahwa aku harus berpikir lebih rasional, tahu apa kalian tentang jalan pikiranku? Aku juga tahu bagaimana berpikir yang rasional (setidaknya rasional dengan caraku). Entah mengapa, aku yakin sekali bisa di terima di fakultas impianku, FIB UI Sastra Prancis.

Jujur saja, aku belum mahir berbahasa Prancis, tetapi aku lebih memilih bahasa ini daripada bahasa Inggris ataupun Jerman yang sudah kuperoleh dasar-dasarnya. Jawabanku simple. Passion :D
Hahaha... terkadang aku menertawakan pikiranku dan pikiranku juga menertawakan aku. Aku manusia yang hidup karena passionku; aku suka musik maka aku mendengarkan musik, aku suka piano maka aku bermain piano, aku suka buku, aksara dan bahasa maka aku mengambil kelas bahasa, aku suka menulis maka aku menulis. Karena aku suka menulis dan Prancis maka aku ambil sastra Prancis. Hidup itu.... mudah bukan? :D
Aku sangat sadar bahwa benang hidupku sudah terlalu kusut, maka aku tidak mau menambah simpul-simpul rumit pada bentangan benang hidupku lagi.

Dalam hidup ini, aku tidak sendirian, aku dikelilingi orang-orang biasa yang sangaaat luar biasa; teman-teman yang selalu menyemangatiku, orang tua yang sangat berjasa dalam hidupku dan orang-orang lain di luar sana yang tak dikenal yang juga menjadi inspirasi dalam hidupku.
Terkadang aku merasa sendirian saat orang-orang di dekatku mulai terasa jauh. Tetapi aku punya penghibur yang tidak pernah meninggalkanku, ialah Tuhanku :).
Sok religius sekali ya? Hahaha... tidak peduli apa pun sebutan untuk diriku, tetapi aku sangat percaya akan hadirnya Tuhan. Tidak hanya pada saat aku merasa tertekan saja, bahkan saat aku merasa sangat bahagia aku bisa merasakan kehadiranNya.

Soal perguruan tinggi? Bukanlah hal yang harus aku khawatirkan, melainkan hal yang menjadi pengharapan bagiku. Jadi, lebih baik berharap dalam Tuhan, karena pengharapan dalam Kristus selalu membuahkan hasil yang manis, tetapi kekhawatiran tidak akan pernah menambah sehasta bahkan sejengkal kebahagiaan dalam hidup ku ini.

Aku terima janji-janji Tuhan dan aku tidak merasa khawatir lagi menghadapi segala hal, karena aku tahu Tuhan punya rancangan yang terbaik untuk hidupku :).

0 comments:

Post a Comment

 
;