In loneliness, I learnt how to having each other.
In my sadness, I learnt how to smiling without tears.
In silent, I learnt a lot how to loving without pain.
In my cocon, I learnt how to fly without wings.
Bergulat dalam balutan kepompong sutraku yang hangat. Sudah saatnya aku keluar, mengejar impianku; terbang. Walau pun aku belum mengerti apa itu terbang dan kata itu masih terdengar asing, entah mengapa saraf-sarafku menegang saat aku memikirkan kata itu. Jantungku berdetak keras, adrenalin mengalir deras dalam tubuhku, seolah-olah terbang adalah sesuatu yang sangat menantang, lebih menantang dari pada memanjat pucuk pohon demi mengunyah sehelai daun muda.
Aku semakin tidak sabar, ku gerakan tubuhku kesegala arah, berusaha menembus pertahanan kain putih ini. Aku yakin hidup di luar sana sebagai kupu-kupu pasti sangat indah. Aku jadi tidak sabar!! Dengan segenap kekuatanku, akhirnya aku berhasil menembus kepompong ini.
Setelah tak terhitung berhari-hari lamanya, akhirnya aku bisa menghirup udara segar lagi. Sekali tarikan napas udara dingin dan segar langsung memenuhi paru-paru kecilku, sekali hembusan aku merasakan tubuhku mulai memanas, energi mulai terbakar dalam diriku. Ku lihat diriku, sekarang aku bukan seekor ulat lagi, aku adalah seekor kupu-kupu. Walau pun aku belum bisa melihat seperti apa sayapku, tetapi aku sudah bisa merasakannya. Aku punya sepasang sayap yang lembut.
Dengan kakiku yang masih lunglai, aku bertengger di ranting pohon, aku menunggu diriku sepenuhnya sadar. Aku merasakan cairan dalam tubuhku mengalir memompa sayapku yang masih rapuh. Perlahan namun pasti, ku rasakan sayap-sayap ini kian mengembang. Sepasang sayap yang layu kini membentang dengan indah di punggungku.
Dari ranting ini aku menyaksikan pemandangan spektakuler langit senja yang manis, burung-burung camar berterbangan di angkasa bunga-bunga mulai menguncupkan keopaknya, hewan-hewan nokturnal berkeliaran dari sarangnya. Indah sekali. Aku melihat ke bawah, ternyata aku berada di pucuk tertinggi pohon, daratan jauh sekali dari jangkauan ku. Aku yakinkan diriku untuk siap meluncur ke depan. Ku bentangkan kedua sayapku. Jantungku berdebar keras, semakin tidak karuan; bimbang apakah aku bisa terbang dengan sayap ini atau aku akan jatuh menghantam humus? Adrenalin membasahi dinding nadi-nadiku. Ku pejamkan mata, ku coba melangkah beberapa langkah ke depan dan ku kepakan kedua sayapku.
"Wuuush....", angin berhembus mengangkatku semakin tinggi ke angkasa. Sayap-sayapku meronta, tidak bisa melawan arah angin ini.
"Wuuuuush....", angin semakin keras, aku mulai kehilangan keseimbangan, kakiku meronta-ronta di udara.
"Tolong! Tolong!!", tetapi tidak ada satu makhluk pun yang mendengar diriku.
"Wuuuuush.....", angin membalik tubuhku.
"Aku akan jatuh... aku akan jatuuh!!"
Tubuhku tertarik gravitasi, menukik ke bawah siap menghantam bumi. Bau humus semakin pekat, ku kumpulkan segenap kekuatanku ku kepakan kedua sayapku yang rapuh dan.....
Aku berhasil melayang di udara, perlahan aku terbang ke depan mengikuti arah angin berhembus, ku kepakan kembali sayapku dan diriku semakin melambung tinggi, tinggi dan tinggi.
"Wohooooo! Ini asik sekali!!"
Aku tak pernah melihat pemandangan seindah ini, rumput-rumput hijau menari, bunga-bunga memandangku takjub, aku melihat segerombol kupu-kupu kuning terbang dari arah berlawanan, senyuman merekah di wajah mereka,
"Selamat bergabung sobat!"
"Nikmati hari barumu"
"Sampai berjumpa malam nanti di pesta nektar di bawah pohon mapel"
"Terima kasih!!", seruku pada mereka. Ku kepakan kembali sayapku.
Aku terbang menuju sebuah danau, aku melihat sekumpulan angsa putih sedang berpesta ikan. Kasihan, ikan-ikan yang malang, aku terbang melintasi permukaan danau yang jernih. Kini aku melihat sosok bayangan indah yang terbang dengan gemulai,
"Hah?? Apakah itu diriku?", aku bertanya-tanya sambil terus terbang mengamati bayangan itu.
"Iya. Itu kamu cantik." Ucap seekor angsa padaku.
Aku masih tidak percaya, ternyata.... Aku seekor kupu-kupu bersayap biru yang cantik. Aku melihat gradasi warna hitam dan biru yang memukau, di tambah totolan warnah putih dan sedikit corak coklat pada tepi sayapku.
Ini... Luar biasa. Aku suka sayap-sayapku, bahkan aku mulai jatuh cinta dengan bayanganku. Aku segera terbang menjauhi danau, takut bila aku kehilangan akal sehatku.
Listen
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment