Listen


MusicPlaylistView Profile
Create a playlist at MixPod.com
Saturday, October 8, 2011

Musim Gugur di Hatiku (Part 2)

"Kukira, kau bisa berdesir lebih dekat lagi dariku. Kau kuat namun kau lembut, kuyakin kau tidak akan menyakitiku..."

"Aku juga mengira demikian, tetapi sayang, aku terlalu labil, tak mudah ditebak. Aku tidak ingin kehadiranku justru merusak keindahanmu."

"Tetapi... Kita sudah bersama lebih dari beberapa bulan ini dan kau lihat, aku baik-baik saja", jawabku meyakinkan dirinya.

Angin tampak berpikir keras, wajahnya murung, sedih, penuh dengan kebingungan, antara memilih mengacuhkan egonya atau egoku. Aku tidak ingin melihat dirinya tertekan seperti itu, ia sudah terlalu lelah bekerja seharian ini, mungkin ini memang saatnya aku mengalah.

"Angin, baiklah... Aku mengalah. Tempatmu memang bukan di sini, tetapi di alam bebas sana. Tetapi, berjanjilah padaku untuk tinggal malam ini saja bersamaku, oke?"

Senyum mengembang diwajah angin, kurasakan hembusan tubuhnya semakin kuat. Aneh, dalam hatiku tak ada rasa khawatir diriku akan hancur oleh satu tiupan keras bibirnya, aku justru menyukainya, kekuatan tubuhnya membuatku semakin bergairah, ingin rasanya aku meledakan tubuhku berkeping-keping.

"Ups... Maafkan aku", ucapnya sambil perlahan-lahan mengurangi hembusan itu.

"Dandelionku, ternyata kau bunga tertangguh yang pernah kutemukan." Ia menyunggingkan senyum nakal yang menggoda. Itulah senyum favoritku.

"Sudah berapa bunga yang kau temui Angin?"

"Banyak... Tetapi hanya kau yang berhasil mencuri hatiku," ia tersenyum lagi, aku tersipu malu dibuatnya.

"Hmmm.... Tidak usah berlama-lama lagi. Kau mau mulai dari mana?" bisiknya lembut padaku.

"Dari ujung kepala hingga ke dalam akar hatiku."

Tanpa berlama-lama, Angin kembali mendesir dan bergelung merengkuh lembut seluruh tubuhku.

0 comments:

Post a Comment

 
;