Listen


MusicPlaylistView Profile
Create a playlist at MixPod.com
Sunday, October 23, 2011

Aurel -1- (2010)

Ini adalah kisah dari sebuah keluarga kecil 100 tahun yang lalu. Keluarga itu terdiri dari bapak Jhon dan ibu Ema. Meski keluarga mereka kecil, mereka adalah salah satu dari orang-orang kaya di desa Iris dan mereka terkenal sebagai orang yang dermawan dan rendah hati, mereka tidak sungkan menolong warga di desa Iris setiap kali mereka membutuhkan bantuan. Bapak Jhon adalah pengusaha hebat yang berlayar keliling dunia dan ibu Ema adalah ibu rumah tangga yang bekerja seharian mengurus rumah dengan bantuan para pelayannya. Mereka adalah pasangan paling serasi yang dikagumi oleh teman-teman mereka.

Tetapi sayang, walaupun kekayaan mereka melimpah, orang-orang desa mengagumi mereka dan mereka punya banyak teman, mereka merasa kesepian. Mengapa? Karena mereka belum memiliki seorang anak. Hal yang paling diimpikan oleh bapak Jhon dan ibu Ema. Setiap malam mereka berdoa pada Tuhan, meminta kehadiran seorang anak.
Tuhan memang baik, setelah 5 tahun penantian, ibu Ema pun mengandung seorang anak. Sungguh keluarga kecil itu merasa sangat bahagia. Setiap malam ibu Ema membacakan dongeng bagi si calon bayi di dalam perutnya, setiap pagi pun ibu Ema menyanyikan lagu-lagu indah untuk menghibur anak dalam perutnya.

Sebulan, dua bulan, tiga bulan, empat bulan..... hingga sembilan bulan menunggu, akhirnya tepat pada malam Natal, ibu Ema melahirkan bayi perempuan yang ia namakan Aurel. Sungguh, Aurel adalah kado Natal istimewa bagi bapak Jhon dan ibu Ema.
Tujuh tahun kemudian, Aurel tumbuh menjadi gadis kecil yang cantik, pintar dan riang. Tetapi.... Aurel sedih, ia malu. Karena sampai saat ini belum ada sehelai rambut yang tumbuh di kepalanya. Aurel tidak berani keluar rumah bertemu dengan anak-anak seumurannya, karena setiap kali ia bertemu dengan teman-temannya, mereka malah mengejek Aurel.

“Hahaha, Aurel botak!”
“Aurel jelek!”
“Aku gak mau main sama orang botak kayak kamu, hahaha”

Aurel pun memutuskan untuk kembali ke rumahnya, ia hanya bisa menangis dan bermain sendirian di rumahnya. Aurel kesepian tanpa teman, ayahnya bekerja dan ibunya sekarang juga sudah bekerja di toko kue, tidak ada yang menemani Aurel, hanya ia dan dirinya.

Suatu malam sebelum tidur mama berpesan pada Aurel, “ Aurel sayang, apa pun yang kamu inginkan, minta sama Tuhan dalam doa. Jangan pernah lelah atau malas berdoa demi impian kamu. Tetapi kamu juga harus berusaha ya, karena doa tanpa perbuatan
tidak akan menghasilkan apa-apa”.
“Apakah itu benar ma?”, tanya Aurel.
“Iya, kamu tahu sayang? Kamu adalah doa terbesar mama yang telah dikabulkan”, jawab mama tersenyum, lalu mencium kening Aurel dan meninggalkan Aurel.
“Selamat tidur sayang, jangan lupa berdoa”
“Iya mama”
Aurel berlutut di depan kasur, melipat tangan, menutup mata dan mulai berdoa.
“Tuhan, selamat malam. Malam ini Aurel ingin tidur, berkati agar Aurel bisa tidur dengan nyenyak. Ehm. Oh ya. Tuhan, Aurel ingin sekali punya rambut, gak apa-apa deh kalau rambutnya gak seindah rambut teman-teman Aurel, asal Aurel sudah punya saja, Aurel sudah senang kok, terimakasih ya Tuhan, amin”. Setelah berdoa, Aurel naik ke tempat tidurnya dan tertidur lelap.

Malam itu Aurel bermimpi bertemu dengan malaikat. Malaikat itu sangat cantik, kulitnya putih, bersinar, matanya hijau, rambutnya coklat, lurus, indah dan sangat panjang melebihi punggungnya. Aurel takjub melihat malaikat yang begitu cantik itu.

“Hai Aurel, aku malaikat Glory dan aku tahu apa impianmu, sayang”, ucap malaikat Glory sambil tersenyum.
“Hah? Benarkah? Kau ingin memberiku rambut?”, Aurel bertanya-tanya penuh semangat.
“Ya, benar sekali sayang. Kau lihat rambutku ini? Bagaimana menurutmu?”
“Wah, rambutmu sangat indah Glory, tetapi mana mungkin aku bisa punya rambut seindah itu”, Aurel mengusap-usap kepala botaknya sambil cemberut kecewa.
“Tidak juga sayang. Lihat ini”, di tangan malaikat Glory terdapat sebilah belatih perak, lalu ia memotong rambut panjangnya hingga sependek bahunya.
“Astaga, apa yang kau lakukan Glory?”
Malaikat Glory hanya tersenyum, ia mengusap kepala Aurel dengan rambut panjangnya dan dalam sekejap, rambut itu menempel di kepala Aurel.
“Ini tidak mungkin! Aku punya rambut panjang, indah, ini tidak mungkin Glory”, Aurel mengusap kepalanya yang sekarang telah ditumbuhi rambut indah malaikat Glory.
“Tidak ada yang tidak mungkin sayang”, malaikat Glory tersenyum.
“Terimakasih malaikat Glory, terimakasih atas rambut indah ini. Tetapi apa kau tidak apa-apa?”
“Hahaha, sayang, rambutku masih bisa tumbuh. Oh ya, aku ingin berpesan, jaga rambutmu baik-baik, rawatlah agar tetap indah dan gunakan rambutmu untuk kemuliaan Tuhan. Dan ingat, jangan sombong ya”, lagi-lagi Glory tersenyum.
“Oke malaikat Glory, aku janji”, jawab Aurel penuh semangat.
“Oh ya, sekarang bangunlah dari tidurmu dan bermainlah bersama teman-temanmu”.
Dalam sekejap, Aurel terbangun dari mimpi indahnya.
“Ah, mimpiku indah sekali. Yah, sayang itu hanya mimpi. Jadi tidak mungkin itu terjadi padaku”, Aurel beranjak dari tempat tidurnya dan bercermin.
“ASTAGA! Mimpiku jadi kenyataan! Asik aku punya rambut! MAMA!!! PAPA!!! KEMARI”
Papa dan mama berlari menuju kamar Aurel dan menemukan Aurel dengan rambut barunya sedang tersenyum bahagia. Mereka pun ikut bahagia dan langsung memeluk Aurel.
“Pa, ma, lihat! Doa ku semalam telah dikabulkan”
“Iya sayang, ternyata kamu menuruti nasehat mama. Sekarang kamu percaya dengan kuasa doa kan?, tanya mama pada Aurel.
“Wah, anak papa cantik sekali dengan rambut barunya. Sekarang mandi dan pergilah bermain bersama teman-temanmu sayang”.
“Iya papa”. Aurel langsung bergegas mandi, berpakaian dan menyisir rambutnya agar tetap rapih.
Pada pagi hari, Aurel mendatangi teman-temannya di taman. Aurel yang biasanya dihina, tiba-tba menjadi primadona di mata teman-temannya.
“Wah Aurel cantik sekali”
‘Aku tidak berani mengejek Aurel lagi ah”
“Ayo Aurel, ayo kita bermain bersama”
“Wah, terimakasih ya teman-teman, kalian sudah mau bermain denganku”, jawab Aurel dan ikut bermain bersama.

Aurel begitu bahagia, baru kali ini ia bisa merasakan bermain kejar-kejaran di taman yang indah, yang dipenuhi bunga-bunga dan dedaunan hijau, Aurel juga menikmati permainan ayunan yang menghempas rambut indahnya ke udara.

Seminggu, dua minggu, sebulan, dua bulan hingga enam bulan berlalu, rambut indah Aurel terus menjadi topik pembicaraan teman-temannya sepanjang hari. Hal ini membuat Aurel merasa sangat bangga terhadap dirinya yang berambut panjang. Tetapi sayang, kebanggaan Aurel berubah menjadi kesombongan, ia menjadi gadis kecil yang angkuh, yang suka memilih-milih teman, yang suka mengejek dan merendahkan teman-temannya yang tidak cantik di matanya.

Pada suatu sore, Aurel sedang bermain di taman bersama teman-temannya, mereka anak pengusaha kaya seperti Aurel. Tiba-tiba Clara datang.

“Hai Aurel, Cindy, Saly, aku ikut bermain bersama kalian ya”, Clara ingin sekali bergabung dengan mereka.
“Apa? Hahaha, kau yakin ingin bermain bersama kami?”, tanya Cindy dengan nada mengejek.
“Ih, pergi sana, kau kan hanya anak tukang kayu yang miskin, pakaianmu saja jelek, aku tidak mau bermain denganmu”, ucap Aurel dengan penuh kesinisan.
“Aurel, kenapa kamu jadi sombong? Dulu kamu masih mau bermain bersama aku?”
“Itu dulu, sekarang lain. Sudah sana, jangan ganggu kami”, ucap Cindy.
“Huss, pergi sana!”, Aurel mulai mengusir Clara.
“Kamu jahat Aurel!”, Clara pergi sambil menangis.

Datang Ricky, sahabat karib Aurel yang mengajak Aurel bermain. “Hai Aurel, ayo kita bermain bersama, bagaimana kalau kita memancing ikan di danau. Nanti aku akan memasak ikan yang lezat untukmu”, Ricky mengajak Aurel dengan penuh semangat.

“Gak mau! Kamu pergi sana! Kamu cuma anak yatim miskin, aku tidak mau makan ikan kotor itu lagi!”, ucap Aurel.
“Kenapa kamu jadi sombong begini sih? Dulu kita sahabat dekat Aurel, sama kamu lupa?”
“Pokoknya aku gak mau main sama orang miskin dan jelek seperti kamu, pergi sana!”, Aurel mulai mengusir Ricky.

Ricky pun pergi, begitu juga dengan teman-teman Aurel yang lainnya, merka tidak suka dengan sifat Aurel yang angkuh dan suka menghina itu. Walaupun mama dan papa sudah mengingatkan, Aurel masih saja tidak mau mendengarkan. Hingga lama- kelamaan Aurel tidak punya teman lagi, ia sendirian lagi, ia sedih dan bingung bagaimana ia harus mendapatkan teman-temannya.

Pada suatu sore, Aurel sedang duduk di ayunan sendirian, menikmati hembusan angin yang mengibarkar rambutnya
“Mengapa mereka membenciku?”, Aurel bertanya-tanya.
Tiba-tiba muncul sosok cahaya putih di depan Aurel.
“Hai Aurel, masih ingat aku?”, ternyata itu malaikat Glory.
“Malaikat Glory? IYA! Tentu aku masih mengingatmu. Eh, ada apa dengan rambutmu? Kemana rambut indahmu? Emm... maksudku mengapa rambutmu....”
“Iya Aurel, rambutku mulai menipis, rambutku rontok Aurel”, jawab malaikat Glory dengan wajah sedih.
“Lho? Bagaimana bisa? Bukannya rambutmu bisa tumbuh memanjang lagi?”
“Iya, tetapi karena rambutmu itu, rambutku jadi seperti ini”, jawab malaikat Glory lirih.
“Lho? Bagaimana bisa? Lagi pula aku merawat rambut ini kok, aku mencucinya, menyisirnya, merapikannya. Lihat saja, rambutku masih indah sampai sekarang”, jawab Aurel polos.
“Iya, rambutmu memang terlihat indah, tetapi tidak seindah akibat dari rambutmu itu. Aurel sayang, mengapa kamu ingkar janji? Mengapa kamu menjadi anak yang sombong, Aurel?”
Aurel terdiam. Ia melihat rambutnya yang indah, lalu ia teringat perbuatan yang ia lakukan pada teman-temannya. Aurel mulai menyesal atas perbuatannya,
“Lalu, aku harus bagaimana sekarang?”
“Minta maaflah pada teman-temanmu”, jawab malaikat Glory sambil tersenyum.
“Tetapi, mereka sudah membenciku, apa mereka mau memaafkan aku?”
“Jangan pikirkan itu dahulu, meminta maaflah terlebih dahulu”, jawab malaikat Glory dan tiba-tiba ia menghilang.
“Malaikat Glory? Kau sudah pergi?”, Aurel bertanya-tanya. Sekarang hati Aurel di landa rasa bersalah, tanpa berpikir panjang Aurel berjalan menuju rumah teman-temannya untuk meminta maaf.

Pertama Aurel mendatangi rumah Charlie, ia anak seorang tukang roti, tetapi Charlie tidak mau bertemu dengannya. Kemudian ia berjalan ke rumah Emy, tetapi Emy sedang tidak ada di rumah. Lalu Aurel menemukan teman-temannya yang lain, mereka sedang berkumpul di taman, sedang bermain, Aurel pun mendatangi mereka,
“Ehm. Teman-teman, aku datang kemari. Aku... Aku mau meminta maaf, aku menyesal sudah bertindak sombong dengan kalian”, ucap Aurel tertunduk malu. Teman-teman Aurel tidak mau memaafkan Aurel, mereka meninggalkan Aurel, kecuali satu orang, ia adalah Clara.
“Iya Aurel, aku memaafkanmu. Aku kira kau memang sangat sombong, ternyata tidak juga”, ucap Clara sambil tersenyum pada Aurel.
“Benarkah? Terimakasih Clara”, kemudian Aurel memeluk Clara penuh dengan rasa bahagia.

Perjalanan Aurel berlanjut menuju rumah di tepi danau. Iya, itu rumah Ricky. Aurel mengendap-endap mendekati pondok kumuh itu. Aurel mengintip dari lubang dinding kayu, ia melihat Ricky sedang duduk di samping ibunya yang sedang terkapar di ranjang. Ternyata itu Ricky sedang sakit parah.

“Uhuk... Uhuk.. Uhuk.... Sudah Ricky, waktu ibu tinggal sedikit, biar saja.”
“ Tidak ibu, Ricky akan bantu cari uang untuk ibu, ibu tenang saja, ibu pasti bisa bertahan.”
“Tidak usah nak, ibu masih bisa bekerja. OHOK... OHOK...”, batuk keras itu menyebabkan darah terhambur dari mulut itu Ricky.
“Astaga darah lagi! Ibu istirahat saja di sini. Sekarang Ricky akan bekerja mencari kayu di hutan”. Ricky membersihkan darah yang terhambur dari mulut ibunya, mencium kening ibunya lalu berjalan menuju pintu keluar. Saat itu juga Aurel langsung mendatangi Ricky.
“Ricky!”, seru Aurel.
“Ricky hanya menoleh sebentar sambil tersenyum kecut, lalu pergi”
“Ricky tunggu sebentar. Aku ke sini untuk meminta maaf. Aku jahat, aku sombong, maafin aku Ricky”, Aurel mulai memohon-mohon pada Ricky.
Senyum kecut Ricky berganti dengan senyum manis, Ricky mengusap kepala Aurel dan berkata,
“Iya, aku maafin. Tapi aku harus pergi sekarang, aku mau cari uang untuk ibuku, ia sedang sakit”
“Aku ikut kamu Ricky!”
“Jangan, bahaya lho gadis kecil kayak kamu masuk hutan mencari kayu bakar. Kamu pulang saja sana”, ucap Ricky sampil meninggalkan Aurel menuju hutan.
Aurel yang tidak bisa berbuat apa-apa kembali pulang, sambil terus memikirkan bagaimana cara memperoleh uang sendiri untuk membantu Ricky. Dalam perjalanan, tiba-tiba ia bertemu seorang wanita gelandangan, wanita itu menatap takjub pada Aurel,
“Amboi! Apakah kau seorang malaikat? Wajahmu cantik dan rambutmu indah”, ucap wanita itu sambil membelai rambut Aurel.
“Maaf, tapi jangan sentuh aku”, ucap Aurel sopan.
“Oh, maafkan wanita tua ini. Ohoho, tetapi aku belum pernah melihat rambut seindah ini? Sekali lagi aku bertanya, apakah kau malaikat?”
Lalu Aurel menjawab, “bukan, aku bukan malaikat, aku manusia biasa. Tetapi rambutku ini memang pemberian malaikat, Glory namanya”
“Ah, Glory, sukacita. Yah, memang seharusnya kamu menjadi pembawa sukacita itu nak”, wanita tua itu mulai berseru.
“Haruskah begitu, bu?”

Wanita tua itu menghiraukan pertanyaan Aurel, ia terus berbicara sendiri, “amboi, rambutmu itu pasti mahal sekali harganya, jika aku punya rambut seperti itu, pasti sudah ku jadikan rumah, ohoho. Tapi ya sudahlah, pulanglah nak, hari sudah hampir malam, tak usah kau dengarkan ocehan wanita tua ini”. Wanita tua itu pergi meninggalkan Aurel.

Aurel terus berjalan hingga sampai rumah. Sepanjang jalan Aurel masih memikirkan kembali percakapannya dengan wanita tua itu. Ia terus merenung hingga ia tertidur lelap malam itu.

0 comments:

Post a Comment

 
;