Listen


MusicPlaylistView Profile
Create a playlist at MixPod.com
Thursday, December 23, 2010 0 comments

Semuanya Sudah Terpenuhi :D

Ternyata seperti ini rasanya mendapat kado dari para sahabat ;')

Gw merasa sangat bahagia dan beruntung pada ulang tahun gw yang ke 17 ini :)
Bagaimana tidak, gw masih bisa menikmati hidup hingga tahun ke-17, bisa menikmati kesempurnaan dalam hidup gw yang kurang sempurna ini dan gw bisa menikmati manis-pahitnya kehidupan.
Selain itu, yang membuat tahun ini sangat berkesan adalah gw di kelilingi oleh temen-temen gw.

Setiap kali ulang tahun, gw ga pernah mengharapkan mendapat kado dari temen-temen gw; karena bagi gw, kado dari keluarga saja udah lebih dari cukup dan gw ga mau repotin temen-temen gw. Gw inget pertama dan terakhir kali gw dapet kado dari temen-temen adalah pada ultah gw yang ke-13, saat itu gw masih di kelas 7 SMP. Gw dapet diary dan figura monokorobo, tokoh babi item putih kesukaan gw pada masa itu. Gw suka banget hadiah itu, sampai hari ini figura foto itu masih ada dan masih utuh (ga rusak lho) dan diary-nya sudah tamat dalam waktu 1 tahun. Pada masa itu temen-temen gw tau apa hobi dan kesukaan gw. Tetapi seiring berjalannya waktu, ada semakin banyak hal yang gw suka dan temen-temen gw ga tau apa itu, sehingga setiap kali gw ulang tahun gw ga pernah dapet kado lagi. Berharap sih ia, tapi gw ga berharap lebih untuk hal tersebut.

Tetapi pada tahun ini, kado-kado mulai berbanjiran, dari temen-temen gw dapet 2 buah tas yang lucu dan cantik, topi boneka kelinci berwarna pink yang imut dan gantungan kunci; gw ga tau apakah masih akan ada hadiah susulan, kalau ia ya Amin, kalau tidak ya gak apa-apa :). Dari ade gw Yola, gw dapet sebuah kotak pensil berbentuk sepatu. Dari nenek aku mendapat banyak hadiah, 2 pack clay untuk membuat patung, 3 helai dress korea yang cantik. Belum lagi kue es krim yang akan mama bikin,Voila!
Sebenernya gw masih mau beli sepatu, tapi melihat hadiah yang mulai bejibun gw urungkan niat itu (untuk sementara :D).
Aku suka sekali menerima kado apapun itu; kalau ada sebagian orang yang beranggapan bahwa kado-kado yang tidak sesuai selera kita atau tidak memiliki fungsi yang jelas (misalnya hiasan), bagi gw semua kado itu sangat bermakna dan pasti punya manfaat tersendiri, gw hargai pemberian mereka. Secara pribadi gw sangat menggemari fashion, film, seni musik, lukis ataupun patung; semua yang berbau kerajinan tangan, bagi gw segala hal itu berseni, jadi kado-kado pemberian temen-temen gw sudah memenuhi selera gw.
Gw ga pernah mandang harga dan bentuk kado-kado itu, bagi gw asal semua pemberian itu tulus gw akan sangat senang sekali menerimanya.

Secara pribadi gw ngucapin
Thanks a lot to mama, papa, Yola, nenek, om, tante dan temen-temen, untuk semuanya, kehadiran kalian, untuk kado-kadonya dan untuk pahit-manis yang kita rasain sama-sama :)

and Great Thanks for my lovely Daddy in heaven, Thanks Lord for all the things :)
0 comments

17th year of me - Last Symphony

Setelah semalaman terlelap, pukul 07.00 mama membangunkan aku dan Yola. Pagi itu adalah pertama dan terakhir kalinya aku menikmati bangun pagi di pulau. Rasanya enak sekali, aku membuka pintu untuk menikmati udara pagi yang tidak terlalu dingin dan berangin pastinya. Aku cukup menyesal bangun terlambat pagi itu, aku tidak sempat menikmati bahkan mengabadikan keindahan sunrise di pulau itu. Singkat cerita, aku dan Yola langsung bersiap-siap mandi dan berpakaian. Aku membawa kantong plastik kecil, berharap bisa menemukan kerang yang baru terdampar setelah semalam air laut pasang naik. Dari kejauhan aku dan Yola melihat pemandangan spektakuler, "kok air lautnya keliatan tinggi ya", "emang kayak gitu tau, karena kemaren gelap aja ga terlalu keliatan", jawabku. Tetapi penjelasan singkat itu tidak bisa menjawab pertanyaan yang ada dalam pikiranku sendiri; memang aneh. Setelah kami mendekati pantai, kami tidak menemukan bibir pantai yang kemarin kami pijak, ternyata hingga pagi itu air laut masih pasang dan belum surut juga. Perburuan kami lakukan di pinggir bibir pantai yang tidak di tutupi oleh pasang laut, kami hanya berburu beberapa kerang saja. Sebenarnya, dalam benakku aku ingin sekali berenang atau bermain pasir dan membuat istana dari pasir, tetapi karena tidak membawa peralatan, tidak ada yang menemani dan air sedang pasang, aku urungkan saja niatku itu.

Selesai berburu sedikit kerang, papa menawarkan aku dan Yola untuk ikut papa bersepeda keliling pulau. Aku menerima ajakan tersebut dengan senang hati, kapan lagi bisa seperti ini. Kami menyewa 3 sepeda sanki berkeranjang berwarna pink, dengan uang 5000 rupiah untuk 1 sepeda selama 1 jam, kami bisa mengelilingi satu pulau Untung Jawa ini. Perjalanan kami mulai. Ternyata dugaanku benar, ada pemandangan indah lainnya di sisi lain dari pulau kecil itu. Ada perkampungan kecil nan modern, ada pasar ikan, aku juga bisa melihat tanaman mangrove yang tertanam di rawa-rawa yang berbau amis (aku sedikit mual saat melewatinya); tanaman itu sudah tumbuh cukup tinggi dan membentuk canopy hijau yang indah di atas jalan setapak yang kami lewati. Sayang sekali, karena bersepeda aku tidak bisa mendokumentasikan semua keindahan yang aku lihat; "aku memilih untuk menikmati dari pada berusaha menyimpannya", tetapi aku punya rekaman singkat perjalananku melewati jalan setapak. Aku sangat menikmati hembusan angin pantai pagi itu, walaupun lagi-lagi angin pantai dalam perutku berpilin dan menyiksaku lagi. Perjalanan kami bersepeda tidak lebih dari 1/2 jam, aku senang bisa cukup berkeringat pagi itu, sisa waktu 1/2 jam itu kami berikan pada teman papa yang juga mau menyewa sepeda. Pas sekali, selesai bersepeda, waktu sarapan pagi tiba. Kali ini menu kami adalah nasi goreng. Dengan perut kosong dan lapar, aku mulai melahap habis nasi goreng, telur mata sapi dan kerupuk udang dalam sekejap. Selesai makan, aku menikmati nuansa pagi sambil menyeruput habis segelas teh manis hangat, enak sekali rasanya.

Selesai makan, aku kembali beristirahat di penginapan selama satu jam sambil menunggu perahu kami tiba. Setelah beristirahat selama 1 jam, aku dan Yola berjalan ke pantai lagi, kami melihat ada kaki lima yang menjual asesoris, masing-masing kami membeli 1 buah gantungan kunci berbentuk kerang, dengan hiasan kaca berisi kerang-kerang kecil dan kepiting kecil. Selesai membeli asesoris, kami kembali kepenginapan bersiap-siap membawa barang bawaan kami, karena perahu kami akan segera tiba. Ini adalah saat-saat paling menegangkan bagi Yola, sejak kejadian kemarin, ia takut sekali naik perahu. Bahkan sangkin takutnya Yola sampai bersumpah, ia akan menjadi anak yang rajin belajar kalau ia bisa selamat sampai seberang. Entah kenapa aku tidak yakin akan janji itu.

Setelah menunggu beberapa lama, akhirnya perahu kami tiba, perahu kayu bermesin yang sama seperti kemari. Yola semakin tegang, ia terus berharap akan keajaiban; perahu kayu tersebut di ganti kapal Feri, tetapi harapan tinggal harapan, kami serombongan menaiki perahu kayu, aku dan keluargaku mengambil tempat duduk di tengah. Untuk mengusir ketegangan, aku mendengarkan lagu-lagu classic di ear phone-ku. Seorang anak buah perahu menutup bagian kanan perahu dengan tenda, mesin di nyalakan, sang nahkoda memundurkan perahu perlahan dan menambah kecepatan perahu hingga mesin kembali meraung. Perahu kembali melesat dengan kecepatan yang lebih tinggi dari kemarin, tetapi belum sampai 5 menit, perahu kami di ombang-ambing oleh gelombang besar, gelombang yang lebih besar dari pada kemarin, aku dapat merasakan sensasi seperti naik wahana Wing di Dufan dan jika ada ombak yang sedikit lebih besar lagi, perahu kami bisa terbalik. Kali ini aku mulai ketakutan, anak-anak kecil di dalam perahu mulai berteriak dan menangis memanggil ibunya, apalagi gadis kecil di sebelah kanan Yola, ia berteriak paling kencang diantara semua anak, teriakannya membuat hatiku semakin tidak tenang, ingin sekali rasanya aku berteriak DIAM atau membekap mulutnya, tapi apa daya, tapat disebelah kirinya ada ibu anak itu. Di belakangku, Michael bahkan Yola ikutan berteriak memanggil mama, sedangkan mama sendiri juga sudah ketakutan. Michael yang ketakutan duduk di tengah, mencengkram lengan mama dan papa, mama terus memeluknya, sementara Yola mencengkram kursi kayu, sekali-sekali ya berteriak memanggil mama, mama justru tambah marah padanya; hahaha, kasihan. Aku duduk sendirian di kursi kayu mulai berdoa memohon keselamatan, aku berusaha meyakinkan diriku, kami semua akan selamat, karena Tuhanku adalah seorang pelaut yang hebat yang dapat menenangkan badai. Perlahan-lahan gerakan perahu mulai stabil, tetapi lagi-lagi ada gelombang besar dari kanan yang menghempas perahu kami, aku bisa melihat ada muncratan air yang keluar dari cela-cela tenda yang membasahi sebelah kanan kapal. Aku melihat sang nahkoda tetap tenang memutar kemudinya dan anak buahnya hanya duduk bersantai di dek depan perahu, sepertinya mereka malah menikmati pemandangan dan cipratan air asin tersebut. Aku berusaha menenangkan diri dan mencoba menikmati alunan musik di ear phone, tetapi intro lagu Sleeping Beauty Ballet - Dance Of The Lilac Fairy dari Tchaikovsky malah menambah ketegangan dalam hatiku, aku segera mematikan lagu itu menenangkan diri selama 10 detik dan mengganti play list dengan lagu-lagu Gospel, hatiku langsung tenang saat itu juga. Aku kembali menikmati ayunan keras perahuku; "untuk apa aku takut, toh perahu ini tidak akan terbalik, kalaupun terbalik aku kan bisa berenang, tetapi aku yakin perahu ini tidak akan terbalik sampai di seberang sana", aku terus memikirkan hal tersebut. Lama-kelamaan rasa takutku hilang, aku kembali menikmati symphony alam yang menakjubkan, aku malah sempat merekam sedikit lukisan alam tersebut dalam hp-ku. Aku melihat anak kecil di sebelah kanan Yola hanya bisa berpasrah dalam pelukan mamanya, Yola duduk mematung mencengkram kursi kayunya, Michael dan mama juga ikut mematung. Aku dan papa hanya bisa tertawa melihat wajah mereka yang mulai pucat dan ketakutan setengah mati. Gelombang kembali menerpa, Yola semakin memperkuat cengkramannya, Michael berteriak "mama takut", mama hanya diam membisu, untuk mencairkan suasana papa berkata "udah liat aja di seberang, pulaunya udah deket", mama hanya memberi tatapan tajam pada papa. K
Karena pada kenyataannya kami masih harus bertahan 15 menit lagi di atas perahu ini.

15 menit berlalu, kuhentikan lagu di ear phone dan menyimpan HP ku ke dalam tas, bersiap-siap menurunkan barang. Perahu berhenti di bibir pantai, lantas kami harus turun. Lagi-lagi kami turun dengan tangga kayu kecil yang kami pakai pada hari pertama naik kapal. Sampai di pulau seberang, kami duduk-duduk di warung sambil minum air kelapa. Aku sangat menikmati kelezatan air kelapa itu, Yola masih terlihat shock, terkadang ia mengumpat, "dasar kapal terkutuk, pulau terkutuk, laut terkutuk". Begitu pula dengan mama, mama tidak bisa menikmati makanan atau minuman apapun. Selesai bersantap dan membeli oleh-oleh beberapa potong ikan asin, kami kembali ke mobil dan pulang.
Siang itu menjadi siang terakhirku menikmati symphony alam laut pulau seribu. Aku masih dapat mengingat dengan jelas deburan ombak yang selalu aku dengar di pulau itu.

Sesempainya aku di rumah, aku masih merasakan boat syndrome, setiap kali aku diam, aku bisa merasakan secara nyata goyangan ombang-ambing pelan. Bahkan saat aku berbaring di tempat tidur, aku bisa merasakan tubuhku di ajak berlayar di atas perahu dan gelombang lembut ombak menina bobokan aku.
0 comments

17th year of me - Di pulau 1001 malam

Kami menuruni perahu mesin kami dan barang-barang kami, para awak kapal membantu para penumpang turun dan mengangkat barang-barang mereka, sementara aku mengangkat barangku sendiri, sebuah tas batik kecil berisi barang-barang pribadiku dan tas selempang bergambar wajah 2 anak anjing yang lucu. Dengan tubuh yang masih terhuyung-huyung oleh syndrome kapal, aku berjalan menelusuri jalan setapak dari kayu yang berdiri kokoh di atas air. Kanan-kiriku ombak bergemuru lembut menghantam bibir pantai. Aku bisa menyaksikan suasana dermaga secara langsung, aku dapat merasakan samar-samar aroma amis air asin, panas matahari yang mulai menyengat keningku yang tak berponi, seorang tour guide mengantarkan kami menuju penginapan. Ternyata kami bebas memilih penginapan manapun yang kami suka, aku dan keluargaku langsung memilih sebuah penginapan dengan design minimalis yang di perminimalis lagi, pengunapan itu berupa sebuah kamar dengan 1 ranjang dan 1 kasur busa kecil, dengan sebuah kamar mandi, AC dan TV, cukup sederhana.

Rombongan kami menikmati makan siang yang sangat lezat di bawah pohon rindang di taman. Aku pribadi menikmati nasi hangat dan aneka gorengan, aku mengambil tempe goreng, ikan goreng, cumi goreng dan udang goreng, lezaaat sekali rasanya, paduan nasi putih, daging udang yang manis, cumi goreng tepung yang gurih menjawab raungan genderang di dalam perutku,daging cumi dan udangnya terasa empuk dan lembut baik untuk mesin-mesin pencernaanku, dagingnya juga segar tidak seperti yang biasanya aku makan di rumah, terkadang kesegaran cumi dan udang yang sudah sampai di Jakarta sudah hilang dan dagingnya mulai keras karena sering diawetkan oleh es batu dan berbagai pengawet. Selesai menikmati hidangan, kurang abdol rasanya kalau belum minum, minuman kali ini adalah kelapa muda segar asli dari pulau Untung Jawa, rasanya segar bahkan manis walau tanpa gula, daging kelapanya lembut, gurih dan manis pula, aku suka makan siang hari itu.

Selesai makan siang, angin di perutku kambuh lagi, sial, padahal aku belum selesai menghabiskan air kelapanya, tetapi karena sakit perut yang sudah tak tertahankan, aku meninggalkan hidangan pencuci mulut dan langsung kembali ke penginapan untuk istirahat sejenak. Sepertinya, angin pantai yang tiada hentinya ini semakin memperburuk keadaan perut kembungku, berkali-kali aku buang angin tapi tiada habisnya, angin pantai mengisi ulang perutku lagi.

Aku tidur siang selama 2 jam, rasanya enak dan segar sekali setelah bangun dari tidur, melihat waktu yang menunjukan pukul 5, aku segera bergegas untuk menikmati acara soreku di pulau mungil ini dan aku tidak mau ketinggalan pemandangan indah sunset di pantai. Singkat cerita, selesai mandi, aku dan Yola pergi ke toko gift di pulau itu. Setelah memilah-milih aku memutuskan untuk membeli 2 kalung hati berwarna hijau muda dengan hiasan pasir, kuda laut dan kerang di dalamnya. Yola membeli beberapa buah gelang berwarna pink dan biru muda dengan hiasan pasir dan kerang didalamnya. Selesai membeli gift, kami kembali sebentar ke penginapan untuk menaruh gift kami dan segera bergegas ke bibir pantai untuk menikmati pemandangan sunset.

Aaah... Indah bukan, tapi lag-lagi sial, hembusan angin pantai menusuk perutku, tapi kali ini aku hiraukan saja. Aku mulai berfoto-foto lagi dengan Yola, kami menulis nama kami di pasir, berfoto dengan ombak, mengumpulkan kerang yang terserak di bibir pantai sebanyak satu kantong besar hingga matahari benar-benar tenggelam dan langit diselimuti permadani hitam dengan beberapa kilauan berlian kecilnya.
Ternyata kegiatan mencari kerang menjadi kegiatan rank 1 malam itu, aku dan Yola sampai lupa makan malam, dari pada kehabisan makan malam. Setelah mencuci tangan sampai bersih dari pasir, aku langsung mengambil piring dan teman-temannya. Lagi-lagi kami disuguhi dengan masakan laut segar dan enak, kali ini ditambah tahu goreng, telur dan kerupuk udang. Aku mengambil nasi putih yang masih hangat, cumi pedas, tahu dan kerupuk udang, rasanya benar-benar maknyusss! Di tepi pantai yang dingin, aku menikmati lezatnya paduan nasi hangat dengan cumi pedasnya yang menghangatkan tubuhku, kerupuk udangnya terasa manis, seperti daging udang yang kurasakan tadi siang. Selesai menghabiskan makan malam, ku teguk air putih dan lengkap sudah makan malamku. Selesai makan, kami semua para rombongan berkumpul membentuk lingkaran dalam satu meja panjang kami melakukan refleksi dan pembahasan sebuah buku yang menyinggung tentang 7 rahasia sukses yang di pimpin oleh seorang bapak. Bapak ini hanya mengungkapkan garis besar dari isi buku tersebut dan menyebutkan beberapa rahasia sukses. Karena sudah mulai ngantuk dan capek, aku hanya menangkap satu point, rahasia sebuah sukses adalah berkat doa dari orang tua. Tanpa kehadiran orang tua, kita tidak akan hadir disini pula, tanpa bimbingan baik dari orang tua, kita tidak akan bisa tumbuh dan berkembang menjadi orang yang baik dan sukses seperti sekarang ini.

Selesai refleksi, aku dan Yola melanjutkan acara mencari kerang sebentar dan bermain di taman bermain pantai. Pertama aku mencoba bermain jungkat-jungkit dengan Yola, tapi batal, karena aku takut tidak bisa turun karena beratku dan Yola yang sangat amat tidak seimbang. Aku mencoba bermain ayunan dengan si kecil Michael. Setiap kali aku mengayunkan tubuhku, aku teringat masa kecilku saat TK dulu, aku suka sekali bermain ayunan, bahkan dengan kaki kecilku aku berusaha untuk bisa mengayunkan ayunan setinggi-tingginya, aku suka menikmati terpaan angin saat naik ayunan, aku suka mengamati kakiku yang terayun tinggi ke angkasa saat berayun, tetapi malam itu aku bukan gadis kecil berumur 5 tahun lagi, aku adalah gadis remaja berumur 17 tahun. Wow! Sekarang aku benar-benar percaya bahwa selain berjalan, ternyata waktu juga bisa berlari. "Wohooo", itu adalah teriakan kebebasanku setiap kali aku bermain ayunan, malam itu aku berteriak dengan suara altoku; aku sangat menikmati kebebasanku malam itu. Merasa puas mengusutkan rambutku dengan terpaan kencang angin laut, aku turun dari ayunan dan membawa Michael bersama denganku kembali ke penginapan.

Setelah mengganti baju, sikat gigi, cuci kaki, mengecek Facebook-ku yang sudah dipenuhi ucapan selamat ulang tahun dan berdoa, aku membaringkan tubuhku di atas kasur busa kecil di lantai, sialnya malam itu aku harus berbagi kasur kecil dengan Yola. Tetapi karena sudah terlalu capek, lelah dan puas, itu tidak menjadi masalah bagiku, baru beberapa menit membaringkan tubuh, aku sudah bisa masuk kealam bawah sadarku dan terlelap. Lagi-lagi aku memimpikan Jelly malam itu, aku pernah bersumpah tidak ingin memimpikan itu lagi, tetapi karena tidak mau terbebani, ku nikmati malam itu, bertemu dengan Jelly di awang-awang untuk sesaat.

Apakah sebegitu rindunya diriku padanya hingga sehari saja tidak bertemu di dunia, aku pasti bertemu dengannya di dunia mimpi?
Entahlah, tapi kalau direka ulang dengan logika, memang dari pagi aku sangat menunggu kehadirannya untuk mengucapkan salam bagiku. Berlebihan memang, tetapi tidak ada salahnya berharap akan kehadiran seseorang dan malam itu sebelum aku tidur, harapanku terjawab.
Monday, December 20, 2010 0 comments

17th year of me - Perjalanan ke Pulau Untung Jawa

18 Desember 2010
hari yang paling aku nanti-nantiin sejak sebulan yang lalu. Aku bener-bener ga sabar memiliki status remaja 17 tahun, entah karena alasan apa aku merasakan aura kedewasaan dan kebebasan.

Sebelumnya izinkan aku melakukan sebuah pengakuan. Pada hari itu aku bolos sekolah atas persetujuan kedua orang tua gw dan pastinya atas persetujuan aku juga. Bukan kebetulan (karena aku ga pernah percaya akan kebetulan) pada tanggal 18 Desember lalu kami sekeluarga mau pergi ke Pulau Seribu (di Pulau Untung Jawa) yang merupakan program liburan gratis dari Jamsostek (kantor tempat papa bekerja), hari itu hari Sabtu dan sekolah masih berlangsung, aku di hadapi 2 pilihan, sekolah atau ikut liburan. Hanya dengan membuat sebuah alasan classic 'sakit', aku bisa bolos dengan leluasa, hahaha. Curang memang, tetapi aku menekankan, hidup adalah pilihan, aku ga mau menyia-nyiakan kesempatan yang langka ini, so aku pilih liburan, lagi pula nyokap dan bokap setuju. Tetapi setiap pilihan ada resikonya dan karma does exist! Sehari sebelum keberangkatan kita sekeluarga udah setuju akan acara bolos ini, bahkan aku dan Yola sudah memilih-milih penyakit apa yang akan kami jadikan alasan nanti, Yola milih sakit perut dan aku milih masuk angin dan kembung (alasan yang paling nendang karena pada hari kamis dan jumat (16-17) aku selalu pulang malam karena ada pergelaran Symphony Orchestra), dan ternyata pilihan penyakit itu menjadi penyakit beneran bagiku, beruntunglah Yola tidak mendapat karma hari itu. So hadiah pertamaku saat bangun pagi adalah tabuhan Bodhran (angin perut kembung yang berputar) dan tiupan Sangkakala (buang angin).

Tapi beruntunglah Tuhan memang baik, perut kembung itu sama sekali gak mengganggu akitivitasku saat belibur.

Perjalanan pertama kami tempuh dengan mobil, kami akan berangkat dari Muara Karang dan perjalanan berikutnya di lanjutkan dengan perahu motor kayu besar, sayang aku lupa nama kapalnya. Walaupun sempat merasa ketakutan, aku menikmati perjalanan 20 menit mengapung di atas laut Jawa tersebut, itu adalah pengalaman pertamaku nyebrang antar pulau dengan perahu, tidak jarang perahu yang kami tumpangi di terpa oleh ombak sedang yang cukup mengagetkan dan memukau. Ini pertama kalinya aku menaiki kapal dengan tangga kayu kecil dan pegangan dari bambu yang di pegang oleh awak kapal. Panjang tangga itu tidak sampai 5 meter, tetapi jantungku bertalu cukup keras dan tangan kiriku mulai mati rasa, aku takut kalau saja aku secara tidak sengaja menjatuhkan tas laptopku. Semua penumpang sudah duduk, mesin di nyalakan, sang nahkoda mulai memutar kemudinya, perahu berjalan mundur perlahan-lahan dan memutar 180 derajat, dengan penuh keyakinan sang nahkoda menambah kecepatan perahunya, mesin perahu mulai meraung ganas dan perahu mulai meluncur seperti mata peluru yang melawan ombak, kadang perahu tersebut sedikit oleng, tetapi disiinilah perjalanan berkesan itu dimulai.

Yola dan mama tampak ketakutan melihat ombak yang berkali-kali mengempas dan menggoyangkan kapal kami, mama terus merangkul Michael dan mencengkram tangan papa sedangkan Yola mencengkram kursi kayu. Tetapi berbeda dengan ku, justru aku sangat menikmati ombak tersebut, mungkin karena pengaruh latihan dan konser Orchestra, bagi ku, gelombang ombak tersebut melukiskan nyanyian alam yang tidak ada hentinya, bunyi gulungan ombak terdengar seperti tepuk tangan riuh dari penonton yang tidak ada hentinya yang mengharapkan penampilan lebih Orchestra alam tersebut, hempasan ombak pada body perahu terdengar seperti pukulan Crash Cymbal, gelombang seperti Crescendo besar yang di lukiskan oleh ayunan tongkat konduktor, deru mesin perahu terdengar seperti tabuhan Timpani dan Gran Cassa yang tidak ada henti-hentinya bergema hingga kami sampai ke seberang. Tidak hanya itu, ombak itu juga menampilkan lukisan permadani biru yang indah yang bergulung-gulung tanpa akhir dan ujung, buih air asin yang terhempas bak hiasan yang memperindah permadani tersebut. 20 menit berlalu Symphony dan lukisan alam tersebut harus berakhir, aku dan para penumpang harus turun dari kapal dan berjalan beberapa meter menuju penginapan kami. Kedatangan kami di sambut oleh tiupan angin pulau yang tidak ada hentinya. Aku suka hembusan angin tetapi aku terganggu oleh angin itu, selain karena merusak tataan rambutku, angin ini juga menambah parah keadaan perut kembungku. "Sial!!", umpatku dalam hati
Wednesday, December 15, 2010 0 comments

Jawaban Atas Senandung

Hari ini adalah hari terakhir latihan intensif untuk pentas Orchestra The Phantom of The Opera.
Sumpah, jujur aja gw capek, tiap hari dari jam 09.00-13.00 gw dan temen-temen orkestra latihan terus. Tapi walaupun demikian, gw bisa menikmati, gw bisa merasa puas dan bisa semakin akrab dengan temen kecil gw si Matilda, Clarinet 1 punya sekolah yang gw sayang banget. Gimana gak sayang, tiap kali gw bawa pulang ke rumah pasti ada aja perawatan buat si Matilda, entah itu gw bersiin ulang, ato gw kasih handbody ato gw bersiin kerak-kerak hijau  yang nempel di besi-besi Matilda pake pembersih make up (karena sebelum gw pake, Matilda gak terawat dengan baik oleh tuannya yang pertama), gw jadi ragu untuk melepaskan Matilda dari cengkraman gw tahun depan :'(

Kembali ke Orchestra. Besok adalah malam pertama gw tampil di depan umum sebagai bagian Orchestra. Sebenernya tadi siang udah ada gladi resik dan ditonton oleh temen-temen dan guru-guru (tebakan gw bener, Jelly juga nonton :D). Sumpeh gw tremor, jari-jari gw gemeteran gw belum terbiasa tampil kayak gitu, udah pake gaun lengkap, high heels yang tinggi banget, diliatin orang, tapi untungnya gw bisa berusaha tenang walaupun awal lagu Matilda ga bunyi sama sekali, padahal itu bagian yang paling gw suka, semoga aja itu ga terulang besok.
Gw ga mau usaha gw selama 2 minggu untuk pertunjukan 2 hari berakhir dengan kesia-siaan. Siang ini gw bener-bener merasakannya.
Total latihan Orchestra dan gladi resik hari ini berlangsung selama 4 jam. Setelah gladi resik gw lanjutin kegiatan gw latihan untuk Taize di rumah Nanad sampe jam 4 sore.

Perjalanan pulang ke rumah hari ini juga ikut melelahkan, gw numpang mobil Chila sampe depan perumahan rumah Nanad. Karena mau berhemat dan ga tau rute angkot,gw ngambil tindakan paling bijak dan memungkinkan, gw jalan kaki dari depan Puspita Loka sampe Sanur dan di lanjutkan ke pasar modern, gile gw menempuh jarak tersebut dalam waktu 15 menit, cukup luar binasa untuk sepasang kaki gw yang kecil.
Perjalanan berikutnya gw lanjutkan dalam angkot. Belum pernah gw bisa menikmati nyamannya duduk di atas angkot seperti sore ini, efek jalan dari Puspita Loka memberi sensasi kepuasan tersendiri saat gw duduk. Dalam perjalanan di atas angkot gw mengisi kembali tenaga gw untuk melanjutkan perjalanan dengan berlajan kaki dari tanah gusuran sampe rumah, jaraknya gak beda jauh kalo kita berjalan dari Puspita Loka sampe Autopart, mantab!
Singkat cerita gw nyampe di tanah gusuran dan menyiapkan kaki untuk melangkah sampe ke rumah. Gw mencoba melupakan keluh kesa gw atas kaki gw yang udah mulai pegel, gw menyenandungkan lagu yang gw mainkan dengan suling saat latihan Taize tadi, "dalam Tuhan-ku bersyukur dalam lagu pujian, Tuhanlah penyelamatku, dalam Dialah suka cita, dalam Dialah suka cita" dan lagu "Pujilah Tuhan, pujilah Nama-Nya, pujilah Tuhan, sumber kehidupan". Ternyata bukan cuma lewat doa, lewat senandungpun Tuhan tahu apa kebutuhan gw :D

Tiba-tiba saja datang seorang bapak dengan sepeda motor butut yang menawarkan tumpangan buat gw sampe ke atas (karena jalan di tanah gusuran itu turunan dan tanjakan), "dek mau ikut bapak gak?". Pertama-tama gw ragu dan takut dong, tapi setelah gw liat wajah bapak itu tidak menunjukan wajah kriminal dan ditambah kaki gw terasa pegel gw pun menerima tawaran bapak. Sepanjang jalan si bapak menyapa orang-orang yang lewat atau berpas-pasan dengannya, gak jarang si bapak itu juga bercanda dengan mereka; tiba-tiba saja bapak itu mengangkat tangan kirinya seraya hormat pada ibu-ibu yang lewat dengan motor dan mereka tertawa, atau menggoda ibu-ibu yang sedang bengong hingga ibu itu tertawa. Hahaha, lucu juga bapak ini dan ternyata banyak orang yang kenal dengan bapak ini, semua orang menyapanya. Sampai di depan gerbang rumah si bapak, gw minta turun, gak enak kalo ada orang asing yang nganterin gw sampe rumah (selain tukang ojek). "Terimakasih ya pak", ucap gw setelah turun dari motor. Oh my God! Gw lupa nanya siapa nama bapak berambut cepak itu, pas gw mau nanya si bapak udah masukin motor ke dalam rumah dan dia lagi keasikan bercanda sama anak cewe-nya,"ih cantik euy, manis deh senyumnya", celetuk si bapak, gw ga enak kalo harus mengganggu momen tersebut. Gw pun melanjutkan sisa perjalanan dengan berjalan kaki, gw berjalan melewati jalan tikus yang hanya bertanah merah dengan kebun singkong + ilalang di sebelah kanan gw dan tembok rumah dengan semen kasar di sebelah kiri gw. Dalam perjalanan tersebut gw bertemu dengan si mbok, ibu-nya kak Oges (catatan dia cewe) yang sedang membakar sampah. Si mbok sudah tua renta, tapi tetap masih terlihat sesegar saat 10 tahun yang lalu, tidak banyak yang berubah; mbok masih tinggal di gubur reot di sebelah kebun dan di antara tanaman pisang, pakaian mbok masih sama lusuhnya (baju biru tua dekil, sarung coklat dan sandal jepit adalah atribut-atribut utama mbok). Gw ngobrol cukup banyak, tentang kak Oges yang sedang kerja lembur di swalayan mengumpulkan uang untuk lanjut sekolah di sekolah kejuruan, gw merasa iba dan bangga juga mendengar cerita mbok, mereka (mbok, bapak dan kak Oges) bisa tinggal bersama dengan akur di gubuk tua yang hanya berupa lapisan seng sebagai dinding dan atap dan kayus sebagai penyangga atapnya, dengan 1 kamar tidur, tanpa ruang makan, dapur outdoor, dan lantai hanya berupa tanah kira-kira itulah hal yang gw inget dari rumah mbok saat pertama dan terakhir kalinya gw kunjungi dulu saat gw masih TK B, hingga tadi gw belum pernah di undang masuk lagi ke rumah si mbok. Mbok juga bercerita soal anak majikannya (mbok bekerja sebagai PRT), anak peremuan tunggal kelas 6 SD yang manja banget, apa-apa maunya dilayani, ditemeni, ya maklum kedua orang tuanya sibuk kerja untuk memenuhi kebutuhan mereka.

Gw bisa melihat perbedaan yang sangat kontras di sini dan gw merasa sangat beruntung tidak menjadi kedua-nya, gw tinggal di rumah beratap genting dan gw bukan anak manja yang apa-apa harus dilayani. Tapi suatu hari nanti gw juga harus bisa mencari pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan gw sendiri dan keluarga gw juga.

Thanks Father :D
Friday, December 10, 2010 0 comments

Bangga Menjadi Kreatif

Malam ini gue puas banget dengan hasil karya yang telah gue selesaikan dalam 3 hari, yaitu "Lilly in Pink". Nama itu emang baru muncul berapa detik yang lalu, tetapi ide itu udah muncul 3 hari yang lalu. Lilly in Pink ini adalah seri ke-2 kreasi polymer clay yang gue buat sebagai kado ulang tahun (tepatnya sweet seventeen) temen-temen gue. Nama Lilly sendiri berasal dari akronim Little Lady.

Kreasi gue yang pertama adalah "Lady Blue in Glass", Little Lady ini gue masukin ke dalam botol kaca dan gue hias untuk hadiah ultah temen gue yang bernama Junra (nama disamarkan). Ilustrasinya, Lilly ini gue buat dari paduan clay biru muda untuk jubah, beige untuk warna kulit wajah dan tangan, emerald green untuk mata, lemon untuk rambutnya. Dalam versi pertama, gue menceritakan Lilly sedang berada di hutan tropis dan menikmati keindahan alam, untuk itu hiasan gue perbanyak tanaman, bunga, jamur, kupu-kupu dan gliter warna hijau, untuk menambah efek hidup, gue tambah air supaya kupu-kupunya bisa ngapung dan gliternya berguguran ngasih kesan daun hijau yang berterbangan gitu, karena ribet dan harus dimasukan ke dalam botol (yang mulutnya kecil), Lilly ini gue selesaikan dalam waktu 1 minggu, pyuuhh... cape juga ternyata.

Lilly kedua malam ini baru saja gue selesaikan untuk hadiah ultah Ciel (nama disamarkan lagi). Lilly-nya gue buat dalam bentuk hiasan HP dan gantungan kunci. Gue sengaja menggunakan warna pink untuk gaun Lilly, memegang bunga tulip pink dan Lilly gue masukan ke dalam kotak berwarna pink. Kenapa harus pink? Karena besok, saat perayaan ulang tahun, Ciel akan menggunakan gaun pink, so gue mendominasi pink untuk mencerminkan Ciel dalam Lilly, walaupun warna kulit Lilly-nya cukup berbeda dengan Sesil. Gue pake warna tan karena gue keabisan warna beige, padahal kulit Ciel putih dan cenderung beige. Tapi gak apa-apalah, yang penting gue udah bener-bener puas melihat hasil karya gue.

Gue seneng banget bisa ngasih hadiah untuk temen-temen gue dan hadiah itu adalah hasil usaha gue. Gue ga berharap lebih dari mereka, gue ga ngarepin pujian dari mereka, gue cuma mau merasakan kepuasan batin setelah berhasil memberi sesuatu yang terbaik yang bisa gue beri untuk temen-temen gue. Apakah Lilly-nya akan di pajang, dipake untuk hiasan kunci, disimpen atau malah dibuang, itu urusan temen gue dan si Lilly :D

By the way, ada dokumentasi untuk Lilly in Pink.





Tapi sayang sekali, Lady Blue ga gue dokumentasiin, sial.
Lain kali gue harus domumentasiin Lilly-Lilly yang lain.

Proud being UNIQUE  :D
Friday, December 3, 2010 0 comments

Mimpi

Prelude,
Mimpi itu bukanlah mimpi buruk, tetapi entah kenapa mimpi itu terasa seperti mimpi buruk, bahkan gue masih terbawa-bawa oleh bayangan mimpi itu.
Sebagai sang pemimpi, gue sangat bahagia mendapatkan mimpi itu.
Tetapi melihat pengalaman-pengalaman yang ada, gue takut untuk melirik mimpi itu lagi, gue ga mau terlalu berharap kenyataan akan terjadi atas mimpi itu.
-o0o-

Kemarin malem, gue bermimpi, gue jadian sama Jelly, gebetan gue.
Jujur gue seneng banget terlebih lagi, mimpi itu bener-bener terasa nyata, gue bener-bener bisa merasakan sentuhan si Jelly, pelukannya dan telapak tangannya yang berkeringat.

Kronologinya, dalam mimpi itu saat pagi hari gue nyampe di sekolah,
seperti biasa gue berdiri di depan papan pengumuman hijau dan membaca jadwal kegiatan, gue liat ada jadwal latihan koor gue, semua gambaran mimpi gue sama dengan yang ada di sekolah kecuali ada kursi duduk, panjang di depan papan pengumuman itu, di mimpi itu tiba-tiba Jelly dateng di sebelah kiri gue. Dia narik gue duduk di kursi itu, merangkul gue dengan cukup erat dan menyandarkan kepalanya di bahu gue dan gue ikutan bersandar di kepala dia. Gak berapa lama kemudian, gue naik ke lantai-2 masuk ke kelas (kenyataannya kelas gue di lantai 1). Di dalam kelas gue bisa ngeliat temen-temen gue di kelas bahasa lagi ngobrol, bercanda, main-main. Yang gue heran, di mimpi itu gue udah pake jaket dan tiba-tiba udara di luar kelas dingin banget. Dalam mimpi itu gue duduk merengkuh di kabin lantai 2 sambil pegangan pinggir balkon lantai 2, tiba-tiba dari belakang si Jelly dateng dan meluk gue sambil ngomong, "kamu kedinginan ya?", gue cuma menjawab,"hmm" dan gue kembali ke dalam kelas. Tiba-tiba gue udah nyampe aja di perpustakaan, gue lagi baca buku dan dia dateng megang tangan gue. Kemudian mimpi itu berakhir.


Gue menceritakan mimpi ini ke Clarine (nama disamarkan). Ekspresi Clarine bahagia, kaget, kagum seneng gitu. Sedangkan gue merasakan ekspresi gue ga sinkron dengan gejolak hati gue, saat gue senyum seneng, tiba-tiba muncul keresahan gitu, gue ga mau berharap lebih.
Pas gue jelasin keresahan itu, Clarine cuma nanya, "Deb, lo seneng ato stres?". Gue menjawab dengan maruk "seneng banget sih, tapi stres juga, gue ga mau ngarep!".

Selanjutnya gue ga mau mendapat mimpi semacam ini lagi.
0 comments

Ansos (Antek Sosial)

Title di atas adalah alibi yang sangat masuk akal.

Sepenggal kata ANSOS adalah cap yang sering gue kasih bagi orang-orang yang menurut "kacamata kuda" gue suka banget menyendiri atau ga punya banyak temen.
Ya maklum, ga berniat nyombong, tapi gue adalah orang beruntung yang punya banyak temen, mau itu temen yang deket banget, temen jarak jauh atau temen sekedar kenal aja.

Di sekolah, gue banyak mendengar ejekan-ejekan ANSOS yang dilontarkan, dikit-dikit ANSOS. Ada yang jalan beda jalur tiba-tiba di teriakin "Wo ANSOS", ada yang makan sendirian digosipin "ANSOS amet sih tuh anak", ada anak yang ga bisa berbaur sama orang lain di cap "ANSOS".

Ansos, ansos dan ansos. Gue sendiri pernah mencap satu orang temen gue di SMP sebagai anak ANSOS, karena di sekolah dia anteng banget, hobinya pacaran sama komputer, mengasikan dirinya dengan kesendirian, kadang-kadang dia pergi kemana-mana selalu sendiri dan kadang-kadang gue mendapatkan diri gue susah banget untuk bisa mencair sama dia. Dengan sekilas pengamatan gue, gue langsung ngecap dia sebagai ANSOS (jengjengjengjeng). Tapi di sisi lain, dia punya banyak temen dari dunia maya dan dia punya banyak relasi. Melihat yang satu ini, gue nambahin cap tambah buat dia, yaitu "ANSOS yang Gaul", nah lho, bingung kan lo.

Tetapi cap itu berangsur-angsur pudar seiring berjalannya waktu hidup gue.
Pudar bukan karena gue lupa sama anak itu,
tapi karena gue sendiri sudah membuktikannya.
Gue udah merasakan kesendirian itu.

Memang benar ya apa yang dikatakan orang, semakin dewasa, seseorang akan menjadi semakin individualis.
Itu yang gue rasakan di SMA. Gue dikelilingi oleh makhluk-makhluk yang individualis, tetapi TIDAK egois.
Begitu juga dengan diri gue. Semakin hari, gue merasa semakin nyaman dengan kesendirian gue dalam arti gue bukan orang yang ANSOS, gue cuma butuh waktu menyendiri.
Mengapa bisa begitu? Gue sendiri merasa, saat gue sendirian, gue bisa memfokuskan pikiran gue untuk berbagai hal yang ga sempet dan ga bisa gue pikirin saat bersama temen-temen gue. Karena setiap kali gue bersama temen-temen gue, gue cuuma merasakan hal-hal yang fun, gila, lucu, konyol, haru dan kadang-kadang gue merasa bangga, bahagia dan puas setelah melakukan hal-hal aneh yang setelah gue pikir lagi itu adalah hal yang kejam dan jahat.

Seperti masa SMP, dulu waktu kelas 7 gue dan temen-temen deket gue membentuk geng. Geng kami termasuk kategori geng beradab (bukan geng biadab yang dibentuk senior-senior yang hobinya ngedamprat juniornya, sok eksis dan suka nyari sensasi). Sebenernya bukan geng, cuma karena kami suka banget ngumpul bareng, kalo ada kerja kelompok pasti kami sekelompok terus, suka ngegosip, curhat dan ngejahil bareng-bareng, sampe lama kelamaan tanpa kami rencanakan dan sadari, kami udah membentuk geng. Rasa kebersamaan kami makin kuat. Suatu hari ada seorang temen (yang kami anggap freak dan annoying), dia anak dari SD baru, so jelas kami anak-anak SD MD kaga kenal, dia nyoba temenan sama gue. Gue yang ga biasa ketemu anak yang gaje, bercanda jayus kayak gitu langsung udah ngasih stigma negatif aja, tapi berhubung gue ga berani terus terang (takut nyakitin tuh anak) gue minta bantuan temen-temen geng gue buat bantuin gue menjauhi dia. Misalnya pas gue lagi belajar sendirian, tiba-tiba tuh anak gaje datengin gue, temen-temen gue yang liat gue langsung manggil gue dan respon gue adalah ninggalin tuh anak gaje tanpa nengok/ jawab/ merespon candaan gaje dia. Kadang-kadang kami suka meratiin gerak-gerik si gaje, dia nge-gaje apa aja sama anak-anak lain, terus kami ngetawain dia. Gue juga iseng, gue ladenin aja candaan gaje dia, abis itu gue ketemu temen-temen gue and mulai ngegosipin si gaje abis ngapain aja, kalo udah mulai ngegosip tuh asik banget deh pokoknya. Sampe akhir masa kelas 7, si gaje dinyataikan ga naik kelas (karena dia emang maleeeeess banget belajar), salah satu temen geng gue dengan terus terang bilang, "syukur kita kaga ketemu lagi sama tuh anak, hahaha", diikuti tawa jahat, cengiran, sindiran beberapa anak termasuk gue, walaupun ada juga yang simpati dan bilang "wah parah banget lo,hahaha", tapi dia ketawa juga (-.-").

Itu baru satu contoh, masih ada lagi. Waktu itu gue udah kelas 8, walaupun gue dan geng gue ga terlalu sering ketemu, tapi rasa keusilan, kebersamaan dan kekejaman kami masih sama, ada temen gue yang benci banget sama adek kelas yang katanya kecentilan, kegatelan dan sok kenal sama gebetannya. Hari itu lagi ulangan semester, ruang dan kursi ujian di atur, di depan kelas udah di sediain papan nama yang ada urutan posisi duduk. Rencana kami pulang sekolah, kami nyari tempat duduk si centil terus kami kerjain. Setelah nemuin nomor kursinya, kami mulai nyari bahan yang bisa ngotorin kursinya, kenapa ngotorin kursi? Karena hari itu hari Sabtu, hari tes berikutnya adalah hari Senin saat kami semua pake seragam putih-putih. Temen gw nemuin penghapus papan tulis spidol yang kotor, tindakan kami selanjutnya nepuk-nepukin kursi dan meja si centil dengan penghapus sampe kotor banget, selesai mengotori kami "berdoa" agar petugas kebersihan ga bersih-bersih meja dan kursi. Ternyata harapan kami terkabul, meja kursi ga dibersihin. Pulang test gue ketemuan sama temen-temen gue dan temen gue yang sekelas sama si centil cerita, pas masuk ruangan si centil jadi ribet sendiri, "aduh mejaku kotor, kak gimana nih, tolongin dong", temen gue yang cemburu sama si centil cuma ngomong "mampuss,hahaha".

Tapi Karma does exist!
Malangnya, setelah gue masuk SMA, pola yang sama terulang kembali, gue sebel sama seorang temen, tapi kali ini yang berbeda adalah temen-temen gue, mereka bukan tipe yang suka mencampuri urusan orang, istilahnya "urusan lo ya urusan lo, urusan gue ya urusan gue". Walaupun mereka tahu masalah gue, tahu gue sebel sama orang itu, temen-temen gue ini cuma berperan sebagai pendengar dan pemberi saran yang baik, mereka bukan tipe yang suka merekrut atau direkrut untuk sama-sama membenci satu orang (walaupun ternyata masih ada beberapa temen gue yang suka merekrut dan direkrut juga).
Sejak gue masuk SMA, apalagi pas masa-masa kelas 10, gue bener-bener merasa sendirian, walaupun gue udah punya cukup banyak temen, tapi ga ada satu pun dari mereka yang udah bisa memahami gue secara keseluruhan, sementara temen-temen lama gue, mereka diluar sana dan ternyata kami mengalami hal yang sama, walaupun mereka bersedia jadi pendengar, tetapi kami udah ga bisa menyelesaikan masalah ini bareng-bareng, kami udah di dunia yang berbeda.

Hari-hari gue jalani dalam kesendirian di tengah keramaian, gue berusaha mencari cara untuk bertahan. Pertama gue harus bisa menjadi orang yang ga banyak bicara, mengingat masa lalu gue yang terlalu banyak bicara hal-hal ga penting, kedua gue harus tahan banting menyimpan kisah-kisah pilu gue yang bener-bener ga bisa gue share begitu aja sama orang yang belum gue kenal, karena gue bukan tipe orang yang bisa 100% terbuka sama orang lain apalagi yang belum dikenal, ketiga gue bener-bener harus kudu bisa MENERIMA berbagai keunikan, perbedaan yang bener-bener kontras antar temen yang satu dengan yang lain, gue ga bisa asal ngecap orang itu freak, orang itu annoying, orang itu sombong, orang itu cupu, karena gue sendiri pasti udah dikasih stigma yang macem-macem sebagai anak baru di lingkungan baru. Hmmm, ternyata seperti ini rasanya menjadi teman gue yang GAJE itu. Keempat, gue harus berani mencair dengan mereka dan disaat yang sudah tepat gue harus buru-buru membeku dan menjadi kesatuan yang baru dengan temen-temen di lingkungan baru gue.

Karena revolusi itu, sifat penyendiri sudah mendarah daging dalam diri gue, kini gue ga merasakan kesendirian itu adalah hal yang buruk justru kesendirian itu adalah kebutuhan. Gue udah ga merasa khawatir lagi kalo sendirian, sebaliknya saat gue sedang sendirian atau menyendiri, gue memanfaatkan waktu menyendiri itu untuk mengasah kepekaan gue karena gue bisa merasa simpati, terharu, kasihan, iba, bahagaia atas kebahagiaan orang lain; intinya gue bisa merasakan hal-hal tersebut saat gue sedang sendiri atau paling tidak saat pikiran gue ga diganggu temen-temen gue dan berbagai kegilaan mereka. Gue juga bisa merenung sedalam-dalamnya dan berimajinasi seluas-luasnya saat gue sedang sendiri, gue bisa menikmati hobi terpendam gue yang sepertinya sulit gue nikmati saat bersama temen (contohnya sekarang, gue lagi nulis draf ini) gue juga bebas melakukan apa aja, seperti saat membaca buku gratis di Toko Buku atau saat bermain musik atau saat mengamati lukisan-lukisan atau ber-window shopping yang sulit dinikmati kalo sedang bersama temen(apalagi kalo hobi lo beda sama temen lo), gue bisa meratiin keadaan sekeliling gue dengan berbagai sudut pandang yang gue suka. Hal-hal tersebut bisa membuat gue bergeming sendiri.

So, dengan alasan-alasan tersebut dengan seenak jidat gue mengartikan ANSOS itu tidaklah selalu ANTI SOSIAL tetapi juga merupakan ANTEK SOSIAL.
Mengapa bisa demikian?
Pikir aja pake logika paling dasar, setiap orang itu makhluk sosial, se-ANSOS(dalam arti sebenarnya) apapun mereka, pasti mereka masih punya relasi dengan beberapa orang.
Sekarang, bagi gue orang-orang yang ANSOS dimata gue adalah orang yang berjiwa sosial, tetapi mereka punya cara lain untuk menikmati hidup mereka. Terkadang orang yang ANSOS tersebut punya pemikiran dan ide yang kreatif, sudut pandang yang berbeda dalam menilai satu hal, satu hal yang gue tau (sebagai orang yang ANSOS :D), orang ANSOS akan selalu melihat hal-hal positif dalam satu objek yang akhirnya bisa kami nikmati sendiri. Karena orang ANSOS sudah terbiasa untuk bertahan dalam kesendirian, dimana dalam kesendirian itu kami butuh stimulus positif dan kami harus pintar-pintar menemukan mendapatkan stimulus tersebut.

Tetapi walaupun demikian, menjadi orang yang Anti Sosial tidaklah lebih baik dari pada menjadi Antek Sosial yang sebenarnya.
Tuesday, November 23, 2010 0 comments

Menjadilah Kuat-Part 1

Ku dedikasikan untukmu,

Menangislah,
hanya orang yang berani yang mau menangis,
tumpahkan larutan emosimu,
karena setiap tetes air mata yang mengalir di pipimu
adalah sebongkah penyesalanmu, kesedihanmu,
kepedihanmu, kerinduanmu, amarahmu, sakit hatimu.
Jangan simpan air matamu,
hanya pengecut dan orang munafiklah
yang memenuhi kantong matanya dengan air asin.
Mereka menelan muntah yang menyumbat kerongkongan mereka.
Mulut mereka penuh bau muntahan.

Tersenyumlah,
tak lah sulit untuk memilin bibir
tetapi hanya orang tulus yang pandai memilin.
Pilinan orang tulus terbacalah air muka bening
hati mereka menabuh genderang penuh kemenangan,
suara mereka laksana nyanyian sangkakala, penuh keanggunan dan kedamaian
Pilinan orang munafik terbacalah air muka keruh
hati mereka menabuh genderang peperangan,
suara mereka laksana hantaman dua mata pedang, dingin dan kaku

~Debora Debby Erli~
Wednesday, November 17, 2010 0 comments

Bersama-sama Kita Berpetualang

Hari ini gw mau share sebuah perjalanan singkat, petualangan fantastis 2 orang sahabat(yang tidak akan pernah terpisah orang ruang dan waktu)a.k.a Debby dan Indira.
Lagi-lagi 2 tokoh konyol ini muncul dalam post blog gw. Dengan segala kesederhanaan dan ide-ide gila mereka, gw akan menyuguhkan kisah nyata ini secara kronologis.



Jumat, 12 November 2010
"Twinaaaa, kabar gembira!! Besok sekolah gw libur, u ada acara ga? Kalo kaga, kami jalan bareng yuk, kemana kek gitu? hehehe...", ketik gw dalam pesan singkat untuk Indira setelah pulang sekolah. Kejutan luar biasa, hari itu gw mendapat double combo, AC kelas yang telah dinanti-nanti akhirnya diresmikan hidup dan besok (hari Sabtu) dalam rangka pemilu, sekolah diliburkan, sungguh berita yang sangat fantastis.

Bagi gw, sebagai seorang pelajar yang tidak pernah menyicipi bagaimana nikmatnya libur sekolah setiap hari Sabtu, seperti yang bisa dinikmati oleh Indira, pengumuman liburan itu adalah mukjizat yang nyata. Setiap ada kesempatan libur, gw akan berusaha memanfaatkan waktu tersebut untuk bersenang-senang (tentu dengan dukungan ekonomi pastinya). Daftar kegiatan setiap kali kami pergi tidaklah banyak, hanya nonton, cuci mata dan makan, selebihnya adalah sesi ngobrol (dari basa-basi sampai ngalor-ngidul).
Kabar gembira ini semakin didukung dengan pernyataan Indira yang tidak punya kesibukan pada hari Sabtu dan ia menerima ajakan gw! YEAY!!
Tapi Indira juga ngajak gw untuk nemenin dia ke SGU (Swiss German University),ada undangan pertemuan untuk persiapan lomba bahasa Inggris yang diikuti sekolah Dira. Merasa ga ada masalah, gw nerima ajakan Indira. Jujur aja, bahkan kami sendiri belum tau mau pergi kemana abis dari SGU. Sebodo teing dah, yang penting bisa ngobrol.

Sabtu, 13 November 2010

Hari yang dinanti tiba.
Ternyata bukan cuma gw yang bakalan menikmati hari ini. Temen-temen adek gw akan datang ke rumah buat having fun juga. Dan karena alasan itu juga, gw ga bisa pake motor ke rumah Dira, gw harus ngayuh sepeda gw. Mann! Padahal gw udah mandi dan udah wangi, tapi gw harus merelakan persiapan gw karena gw akan bermandi peluh sampe rumah Dira. Ambil positifnya, gw bisa bakar kalori gw lebih banyak lagi, yeay!
Yah, tapi lumayan pegel juga, karena setelah sudah 1/2 jalan gw barus sadar ban sepeda gw kurang angin dan gw baru ngisi ulang. Sial.
Singkat cerita, akhirnya gw sampai dirumah dira dengan selamat dan penuh keringat.
Karena terburu-buru, persiapan gw gak mateng hari itu, biasanya gw rajin bawa perlengkapan dandan gw(parfum, lip glose, krim kulit) hari itu semua ketinggalan, tinggal sisir yang setia menemani gw.
Hari itu penampilan gw juga sangat tidak se-fashionable biasanya. Hari itu gw cuma pake kaos oblong yang lumayan longgar, celana pendek dan sendal frogs karet(sepatu crocs versi bajakan). Entah kenapa jiwa feminim gw lenyap hari itu, entah karena udah lama ga pake kostum-kostum feminim atau gara-gara naik sepeda? Tak tahulah.
Nah,sampe di rumah Indira, Dira mulai bawel nyuruh gw milih baju ganti yang lebih pantes buat dipake. Selera gw lagi rusak hari itu, gw milih kaos-kaos oblong biasa, Dira ga setuju, dia suruh gw pilih yang lain, gw malah salah ngambil, gw milih baju rumahnya dira, Indira tambah ngomel. Haduuh puyeng gw! Tapi gw beruntung, jiwa feminim Dira masih ada, setidaknya penampilan gw masih bisa tertolong. Setelah memilih-milih, akhirnya gw milih gaun hijaunya Dira. Gw suka gaunnya,karena gw lebih keliatan putih dalam gaun itu, hehehe...
*(Tenang Dir, gaun lo akan segera gw kebalikan).

Setelah merapihkan rambut, pakaian dan muka, kami berangkat.
Dengan 2 kali angkot kami pergi ke SGU.
Indira bener-bener belum tau dimana SGU. Sedangkan gw ngaku-ngaku kalau gw tau dimana SGU berdiri.
Dengan penuh ke-sok-tahuan, gw yakin gitu kalo SGU itu gedung biru berjarak kurang lebih 25 meter dari Teraskota, dengan alasan ada tulisan "German".
Alhasil, setelah turun dari angkot dan mendatangi gedung tersebut, dengan penuh birahi gw mempersiapkan diri dengan setangkup vocabulary bahasa Jerman, kalo seandainya ketemu bule jerman di SGU. Setelah dengan PD memasuki wilayah asing itu dan bertemu sekelompok OB dan penjaga gedung,kami (maksudnya gw) baru diinsafkan oleh penjaga gedung yang bilang, kalo SGU itu masuk kedalam perumahan Green Cove dan itu jaraknya 2-3 kilometer dari German University.
Dira udah senyam-senyum geli aja ngeliat gw yang mereka-reka seberapa jauh 2 kilometer itu, dengan enteng gw memjawab "ah... cuma dua kilo, jalan kaki juga bisa, ayoo Dir". Tapi sampe didepan, naluri kemanusiaan gw menuntut agar gw nyari kendaraan umum. Karena tidak ada taksi, ojekpun jadi. Kami nyewa 1 ojek untuk berdua, sungguh ide yang brilian. Abang ojek matok harga Rp.20.000, kalo mau dibandingin sama harga ojek di Pamulang, ini termasuk 4 kali lebih mahal, dengan jarak 2-3 km (dari rumah gw ke SD Mater Dei), gw cuma butuh bayar Rp.5000, ato dari SMP Mater Dei ke rumah, gw cuma perlu bayar Rp.8000. Emang faktor Geografis sangat mempengaruhi, di daerah German University, di persimpangan jalan begitu emang ojek jarang laku.

Ternyata perjalanan dengan ojek itu sangatlah seru, menantang dan memacu adrenalin hingga membakar nadi-nadi gw.
Dengan kecepatan 80km/jam kami menempuh jarak 2 km selama 10-15 menit.
Sepanjang perjalanan gw ga bisa nyaksiin pemandangan di Edu-Town, gara-gara ojek yang ngebutnya ga nahan ini, gw harus nunduk lindungin mata gw karena mata gw ketusuk-tusuk terpaan angin yang kenceng. Untung gw pake topi, seenggaknya rambut gw terlindungi dari bahaya berantakan dan kusut.
Gile,gw baru sadar ternyata 2 kilo itu jauh banget!!! Mateng gw kalo sampe jalan kaki, bisa-bisa kaki gw jadi abon.
Melihat huruf kapital besar yang tersusun berjajar bertuliskan "SWISS ERMAN UNIVERSITY", kami tahu kalau kami sudah sampai.
Sampai di depan SGU,Dira bayar ojeknya, setelah menerima Rp.20.000, abang ojek langsung cabut dan kami langsung masuk ke area SGU. Setelah bertanya dan diberi tahu dimana pintu masuknya, kami mulai memasuki gedung SGU. Setelah bertanya dan diberi tahu oleh OG (Office Girl) kami masuk ruang presentasi dan duduk di meja paling belakang. Untung kami belum telat, kami cuma melewatkan bagian pembuka.
Selama kurang lebih 1 jam kami duduk diem (ga diem juga sih) dengerin presentasi sambil nyatet dan kadang-kadang ngobrol dikit, ngomentarin pronounciation Inggris (yang kacau) Mr.fasilitator yang gw tebak berasal dari Jerman, karena beberapa kali gw denger dia ngomong kata "eins","noch","zusamment". Ahahai, seru ya bisa berbahasa asing. Kadang-kadang kami juga ngobrol sendiri kalo udah mulai gak ngerti apa yang diucapin si Mr.Unknowed. Ditengah obrolan kami,Dira bilang, kalo sampe hari itu gw gak libur, dia akan berakhir seperti seorang cewe di meja seberang, yang duduk sendirian, membisu dibelakang. "Udah bilang aja gw malaikat pelindung lo, iya kan? ngaku lo", dengan percaya diri gw menunjukan Dira senyum penuh kebahagiaan(seringai tepatnya), tidak cukup sampai disitu, gw menyanyikan sepenggal lirik lagu dari Phantom of The Opera, "I'm your angel of music, come to me angel of music", lantas gw dan Dira mulai cekikikan karena geli.
Diruang presentasi itu kami cuma kenalan sama 1 anak cowo tambun, tapi ramah, dia dateng dari SMA Penabur Kelapa Gading. Selebihnya kami ga tau apa-apa lagi.
Presentasi selesai, kami memutuskan akan pergi ke SMS (dari pada ke PIM, Jakarta, berat diongkos!). Keluar gedung SGU, 1 pertanyaan besar mulai muncul, gimana caranya kami keluar dari Edu-Town yang sepi ini? Kami ga liat ada tanda-tanda pangkalan taksi ataupun ojek! Sedih amat, tapi dengan langkah kaki yang ringan, hati yang gembira, kami melangkah keluar arena SGU. Kami mulai bercanda sepanjang jalan. Tuhan memang baik, cuaca hari itu mendung, jadi kami ga perlu takut kepanasan atau kulit kami menghitam karena disengat matahari jam 11. Gw dan Dira bener-bener beharap ada mobil yang mau berbaik hati, berbagi tumpangan dengan kami. Dira menceritakan kembali kisah yang pernah di tuturkan Ms.Eti, guru Toefl Preparation kami di SMP. Setiap kali Ms.Eti mengalami apa yang sedang kami alami, berjalan dipinggir jalan dan butuh tumpangan, Ms.Eti hanya berdiri terdiam dan berharap di dalam hati ada yang mau ngasih tumpangan and... VOILA!! Ada mobil yang berhenti yang mau ngasih tumpangan buat Ms.Eti. Hebat!!!

Setelah mendengar cerita tentang Ms.Eti, gw langsung terinspirasi untuk mencoba, gw berdiri dipinggir jalan, gw liat ada motor dari arah berlawanan mau dateng, gw langsung komat-kamit dalam hati dan bibir,"semoga mau ngasih tumpangan-semoga mau ngasih tumpangan", jarak kurang lebih 10 meter gw liat si pengendara motor liat gw, gw makin semangat komat-kamit, jarak semakin mendekat 5 meter, gw bisa meratiin tatapan heran si pengendara motor, gw masih komat-kamit dalam hati and... VOILA!! Dengan jantan si cowo menarik rem (karena ada sedikit tikungan) dan kembali menarik gas,melewati gw dengan tatapan "Nih cewe freak amat seh??". SIAKE!! Gw cuma bisa menggerutu, "kok gw gak berhasil seh???! Sial!". Ada mobil lewat, gw nyoba berenti, eh si Dira malah ngelengos, sial!Yah, dari pada makin ngaco, kami mulai menapaki Edu-Town sambil ngobrol, bercanda dan berharap ada tumpangan.

Edu-Town itu bak Arizona, daerah sepi, tidak terlalu gersang, bedanya dengan Arizona, kalo Arizona sejauh mata memandang hanya padang rumput gersang, pasir, tanah kering, tebing-tebing terjal menjulang tinggi, sedangkan Edu-Town, sejauh mata memandang lo akan liat ilalang, rumput liar dan rumput taman yang hijau, tanah merah yang lagi digali, gedung SGU dan Prasetya Mulya yang menjulang tinggi, 1 perbedaan lagi, kalo di Arizona yang lewat biasanya cowboys yang berpacu dengan kuda-kuda mereka, di Edu-Town kebanyakan adalah mobil pribadi atau motor yang lewat, itupun jarang. Kalaupun lewat, mereka terlalu sibuk dengan keasikan mereka; kebut-kebutan di jalan sepi.

Kira-kira selama 15 menit kami menempuh perjalanan di Edu-Town,sangkin terpencilnya Edu-Town,kami masih aja belum ketemu perumahan Green Cove. Mungkin hang out hari itu akan menjadi perjalanan yang melelahkan jika belum datang sosok penyelamat yang juga merupakan sosok yang membawa kami menuju petualangan yang baru.
Dari arah berlawanan, datang seoarang bapak separuh baya, dengan motor bututnya menawarkan tumpangan pada kami, ia berjanji mau mengantar kami sampai tujuan. Tanpa ada rasa ragu dan curiga, kami meminta si bapak mengantar kami ke SMS. Dira juga nanya berapa harga yang harus kami bayar, mula-mula si bapak bilang Rp.30.000, karena kemahalan, kami minta tawar jadi Rp.20.000 aja, bapaknya masih ga mau, yo weis kami ngelengos pergi aja and.. pada akhirnya si bapak mau dibayar segitu.
Dengan kecepatan 60 km/jam bapak memacu motor bebek bututnya melalui medan yang sulit. Bapak membawa kami melewati jalan potong di belakang perumahan Green Cove yang sepertinya kurang pantas disebut jalanan, karena yang kami lalui masih merupakan tanah merah, untung saja sedang tidak hujan, karena kalau hujan, alamat sudah kami ga bisa jalan di atas tanah merah yang lembek. Untung juga, gw dan Dira punya badan kecil dan ringan, karena setiap melewati medan yang sulit, bapak akan dengan mudah menjaga keseimbangan motornya.

Setelah melewati tanah merah, bapak membawa kami ke perumahan kampung di Pagedangan, Dira kenal daerah ini karena gurunya ada yang tinggal di Pagedangan dan kata dira daerahnya lumayan jauh dari SMS.
Perjalanan melewati perumahan kampung cukup panjang, sepertinya GPS gw ga bisa melacak daerah yang super asing ini. Yang gw peratiin sepanjang jalan cuma kebun dan perumahan kampung. Gw juga ngeliat ada sekolah Nasional Plus, sekolahnya sangat besar(untuk ukuran pedesaan), sayang gw lupa apa nama sekolahnya.
Semakin lama bapak menambah laju kecepatannya, gw cuma bisa berdoa sepanjang jalan, semoga kami selamat sampai SMS. Tak lama kemudian kami sampai di daerah perumahan Paramount. DEJAVU!! Gw langsung merasakan sensasi yang sama saat melihat perumahan disana, dulu gw dan keluarga gw pernah ke SMS melalui jalan yang sama (walaupun ga pake ojek). Disini bapak menambah lagi kecepatannya, bahkan bapak sampe lupa ada polisi tidur di depannya, untung polisi tidurnya tidak berbentuk bukit, tetapi landai jadi kami tidak terjungkal terdepan, TETAPI tetap saja hentakan dan lompatan motor bapak membuat gw dan Dira shock! Tiba-tiba saja saat kami sedang diam(gw lagi bengong), motor bebek butut itu melambung dan mendarat dengan kasar hingga kami terguncang, tapi beberapa saat setelah shock kami malah saling ketawa geli,ahaha... Ada keseruan dan keasikan tersendiri yang gw rasakan!!
Akhirnya pemandangan yang gw tunggu-tunggu tiba, kantor pemasaran Summarecon.
Gw mulai merasakan ada tetes-tetes air yang turun perlahan-lahan, gw sadar sebentar lagi hujan. Sepanjang jalan gw berharap semoga hujan turun setelah kami sampai SMS.
Dan harapan itu terkabul, gw dan Dira sampai SMS dengan selamat dan pas banget hujan baru turun pas kami turun dari ojek.
Saat gw ngeluarin dompet, buat bayar jasa si bapak, gw natap sesaat wajah bapak tua yang baik itu, merasa iba, gw kasih tambahan Rp.5000 untuk si bapak, emang ga seberapa dengan apa yang bapak baik ini kasih, tapi gw lebih iklas ngasih segitu (dari pada terpaksa mending yang iklas) dan ucapan terimakasih pastinya, si bapak menjawab "sama-sama nak, hati-hati ya". Si bapak langsung pergi dan kami mulai masuk SMS.

Jam menunjukan pukul setengah 1. Masih banyak waktu untuk bersenang-senang, tetapi kami gak mau bersenang-senang dengan penampilan yang super berantakan ini. Rambut gw udah bau keringet, keriting alami rambut gw bermetamorfosis menjadi gimbal, pokoknya Bad Hair Day banget dah! Begitu juga dengan Dira. Jadi kami memutuskan untuk nyalon dulu biar cantik. kami keliling-keliling lantai 2 dan lantai 3 untuk nyari salon dengan bugget yang pas, so kami mendatangi beberapa salon (P.S Nama-nama salon berikut adalah Nama Samaran). Pertama kami ngunjungin Julia Amirta, kami lihat daftar menunya yang di tempel di kaca, buggetnya lumayan, cuci+blow biasa Rp.18.000, cuci+blow fariasi Rp.25.000, tapi kami nyoba nyari lagi, siapa tau ada yang lebih murah. Kami naik ke lantai 3, mengunjungi salon kedua milik Romeo Ajubile (gw lupa nama salonnya), harga cuci+blow biasa Rp.25.000, cuci+blow iron Rp.50.000, Ajubile mahal amat, so kami datengin salon ke-3, salon Baru. Salon ketiga lebih kecil dari salon yang lainnya, daftar harganya ada di dalam salon, so gw sama Dira masuk aja dan nyoba liat daftar harganya. Pas kami baca menunya, cuci+blow Rp.50.000, kamipun saling bertatap, sesaat kemudian gw dan Dira memutuskan untuk langsung keluar.

Kami turun lagi ke lantai 2 mendatangi salon pertama, ternyata salon pertama penuh dan kami harus ngantri kalau mau nyalon di sana. Gw dan Dira memutuskan untuk naik lagi ke lantai 3 mendatangi salon Romeo Ajubile. Ribet banget dah didup gw.
Singkat cerita di salon itu Dira cuci+blow biasa, sedangkan gw nyoba-nyoba cuci dan memwave rambut gw. walaupun itu berarti gw melakukan pemborosan (Rp.50.000 sekali wave), tapi gw puas, ternyata dengan rambut yang di wave muka gw lebih terihat dewasa dan tetap cantik walaupun rambut gw jadi tipis karena yang keriting cuma di bagian bawah.

Selesai merombak penampilan, kami langsung pergi ke bioskop, membeli tiket untuk nonton Skyline. Sementara menunggu tontonan di mulai (13.45), kami keliling dulu di down town, kami berencana mau nyoba makanan lain yang unik di cafe yang memenuhi syarat bugget kami, setelah berkeliling, kami masih belum bisa memutuskan mau makan apa. Dira melihat ke arah jam, 10 menit lagi film dimulai, sebelum dimulai kami menyempatkan diri membeli cemilan roti BreadTalk. Masing-masing dari kami beli 2 roti, gw beli roti yang manis, ada yang pake lelehan coklat putih ditaburi almond dan roti isi selai blueberry, sedangkan Dira beli roti keju dan roti daging, hummm YUMMIE!
Karena tau tidak boleh bawa makanan ke bioskop, kami selundupin makanan-makanan itu dalam tas kami. Gw sembunyiin makanan itu di bawah lipatan celana jeans Dira yang tadi dia ganti dengan rok, otomatis tas gw jadi gembung. Untunglah sampe pintu masuk XXI, kami bebarengan dengan sekelompok keluarga, kami pura-pura terburu-buru aja (karena film-nya juga udah mulai), jadi kami lolos dari pengecekan,yeay!
Di dalam bioskop kami menikmati lezatnya roti BreadTalk sambil nonton Skyline. Tapi belum 1/2 film selesai, gw dan Dira udah melahap habis semua roti. Maklum, kelaperan dari tadi belum makan, Ascaris dalam perut gw memberontak(amit-amit).

Sedikit info buat film yang baru gw nikmati hari Sabtu, Skyline.

Film ini bercerita tentang sekelompok manusia di L.A yang diserang oleh makhluk aneh yang menghasilkan cahaya biru yang bisa menarik orang yang menatapnya, ibaratnya manusia itu laron cahaya biru itu lampunya. Makhluk biru itu menangkap manusia yang kemudian diambil otaknya sebagai sumber energi bagi makhluk-makhluk jahanam itu (gw ga rela otak gw diambil makhluk kayak gitu). Sementara monster-monster itu menyerang manusia, manusia mencoba segala cara untuk membunuh monster tersebut, tetapi tidak berhasil. Pemeran utama, Jarred berhasil membunuh satu makhluk, ia mengkerahkan seluruh tenanganya untuk menghajar makhluk itu karena makhluk tersebut menyerang kekasihnya Lity, ia menarik semua otak yang ada di dalam tubuh makhluk tersebut hingga makhluk itu mati. Tetapi pada akhirnya Jarred dan Lily di bawa masuk kedalam pusat tubuh makhluk tersebut. Otak Jarred berhasil diambil oleh makhluk tersebut dan diberikan pada satu tubuh kosong. Tetapi otak Jarred menguasai tubuh tersebut, sehingga tubuh tersebut menjadi tubuh Jarred. Sementara Lily dan kandungannya selamat, karena Jarred menyelamatkannya. Ceritanya cukup seru untuk hiburan, walaupun gw sendiri kurang puas karena actionnya kurang banyak. Gw ga sabar menunggu episode selanjutnya.

Selesai nonton, gw dan Twina keliling bentar liat-liat di down town walk, kira-kira kami bisa makan di cafe mana. Tapi rencana tersebut gagal, karena ga ada cafe yang bisa diajak kompromi sama dompet kami. So, kami kembali ke Pizza Hut, yah.. emang udah rejeki si Pizza. Dira pesen es krim dan chicken wings,sedangkan gw mesen cheese fusili dan red Italian Soda(minuman yang ga bosenin). Kami makan sambil ngobrol-ngobrol lagi, curhat, gosip pokoknya apa aja bisa jadi bahan bahasan yang seru kalo sama Dira. Selesai makan kami keliling-keliling lagi, cuci mata sebentar, kemudian pulang. Karena kami sama-sama lagi boke, kami pulang naik angkot. Tapi emang naik angkot itu seru, kami bisa menikmati angin sepoi-sepoi, pemandangan lampu lalu lintas yang nyata tanpa harus tertutupi oleh kaca jendela. Gw sangat menikmati terpaan angin kencang yang memainkan rambut gw. Yah,walaupun itu berarti masa rambut wave gw harus berakhir. Sialnya gw belum sempat mendokumentasikan model rambut baru gw, ARGH!!

Sekitar 1 jam gw dan Dira sampai di rumah Dira. Sebelum pulang lagi dengan sepeda, gw ganti baju jadi baju kaos oblong gw. Sebelum gw pulang, gw berleha-leha dulu di kamar Dira. Kami dengerin lagu, menggila sambil foto-foto narsis, pokooknya serulah,ahaha.

Pada akhirnya, gw pulang saat waktu menunjukan pukul 19.05.
YEAY! Akhirnya ada juga saatnya bagi gw untuk bersenang-senang lagi sama sahabat gw. Gak nyesel juga gw pisah sekolah sama Dira, kami punya kisah yang lebih baru, berbeda dan kami bisa saling tuker-tukeran cerita. Dan yang membuat gw merasa sangat beruntung, walaupun selalu terpisah dalam waktu yang lama, banyolan khas kami masih aja gak berubah, cara pandang, cara berpikir udah berbeda, tapi kami masih 2 makhluk yang sama, yang gokil, berani, aktif dan kompak. Justru perubahan yang terjadi pada kami yang membuat kami makin bisa saling ngerti dan berbagi.
Bagi gw ga perlu ada yang namanya sahabat sejati (karena sulit nemuin sahabat semacam itu dalam hidup yang sempit ini), bagi gw seorang sahabat aja udah cukup, kami ga perlu nuntut banyak dari sahabat kita, karena tanpa harus menuntut, kita udah saling melengkapi.
Friday, October 22, 2010 0 comments

Mengenal Beliau dan Merefleksikan Diri

Post ini gw dedikasikan bagi teman-teman bahasa

"You never give my cup of coffee to fill full your emptiness"
(Sally, The Porcelain Cup : 2010)

Sepenggal monolog di atas dapat menggambarkan situasi yang dialami oleh kita, pagi-siang hari ini.
Seharusnya pagi ini kita bisa pulang pukul 09.15 untuk meneruskan istirahat kita setelah kemarin malam kita telah mementaskan drama The Porcelain Cup dalam English Evening. Jujur aja, semalam gw ga bisa tidur nyenyak, badan gw pegel-pegel dan kepala gw berat karena udah sekitar 1 bulan gw dan temen-temen latihan ekstra untuk persiapan pentas English Evening tanggal 21 Oktober 2010 lalu. Tetapi gw sangat bersyukur, gw puas dan gw rasa usaha gw udah terbayar karena performance kita berhasil. Hujan gak turun saat kita performance, kita (para pemain) bisa menikmati peran kita dalam pentas ini, kesalahan dialog sempat terjadi di satu scene, tetapi untung saja itu semua bisa di atasi. Intinya kemarin kita berhasil bermain dengan baik, semua penonton kelihatan terhibur, kecuali satu.

Ya... Pagi-siang ini kita bertemu dengan beliau, orang yang tidak terhibur.
"Saya keras kepada kalian", pembukaan yang mantap dari beliau.
Beliau menghargai usaha kita, tetapi beliau tidak bisa menghargai performance kita, beliau sangat kecewa dengan kita. Pertama, beliau merasa tidak di undang karena beliau tidak mendapat tiket (yang menurut beliau sebagai undangan resmi), kita yang masih amatir menggunakan tiket sebagai pembatas kapasitas penonton(siswa dan orang luar) sementara beliau, guru-guru, karyawan dan orang-orang yayasan tidak kita beri tiket karena mereka bisa bebas masuk tanpa tiket. Karena perbedaan pandangan ini terjadi satu kesalah pahaman. Kedua, terjadi kesalah pahaman antara kepala sekolah dengan penerima tamu, hanya karena sebuah joke kecil, penerima tamu itu berkata no tiket no enter-enter kepada kepala sekolah, sedangkan itu maksudnya hanya bercanda, padahal kepala sekolah bisa saja masuk tanpa tiket, tetapi karena kepala sekolah kita mengikuti aturan main yang ada, beliau merasa tanpa tiket beliau tidak boleh masuk untuk menikmati pertunjukan, padahal beliau diberi spesialisasi untuk mendatangi acara ini tanpa tiket.

Kedua masalah itu yang menjadi pemicu amarah beliau pada kita, karena management kita sangat buruk. Amarah beliau semakin merembet saat mengingatkan penutupan acara yang tidak sempurna, karena beberapa nama tanpa disengaja tidak disebutkan, beliau menganggap kita sebagai anak yang tidak tahu terimakasih. Bukan hanya itu, beliau juga tidak bisa menikmati acara ini karena beliau tidak bisa mengeti jalan cerita pertunjukan kita, entah karena suara pemain yang kurang terdengar hingga kursi beliau di belakang aula atau karena pronounce-cation yang kurang jelas, tetapi menurut gw jalan cerita drama ini sudah jelas. Semakin kebelakang amarah beliau semakin merembet kemana-mana.

Karena keteledoran dan persiapan yang kurang matang ini beliau tidak mengizinkan adanya English Evening Language Class untuk tahun depan. Jujur saja, sebenernya gw kecewa banget, bisa dibilang itu impian kelas bahasa angkatan kita, kita tahu tujuan kita mengadakan acara ini, kita ingin mengangkat prestige anak-anak bahasa yang selama ini dipandang sebelah mata oleh orang-orang diluar sana, kita tidak bermaksud untuk menunjukan aroganisme kita (walaupun tanpa disadari ataupun disadari sifat arogan itu ada dalam proses ini), kita hanya mencoba kesempatan yang telah di beri beliau, tetapi ternyata akhirnya beliau malah sangat kecewa dan tidak akan menyetujui segala bentuk English Evening kelas bahasa untuk tahun depan.

Gw inget banget saat kakak-kakak kelas kita mencoba menjelaskan bahwa performance ini adalah nilai jual kita untuk menarik minat banyak orang untuk memilih kelas bahasa, terutama minat para orang tua murid yang suka memandang rendah kelas bahasa, tetapi beliau dengan tegas menyatakan hal yang intinya, "kalau kamu tidak mau di pandang seperti itu, kamu harus bisa tunjukan kamu memang pantas dan bisa hebat sebagai anak bahasa". Beliau mengakui kita anak-anak bahasa adalah anak-anak yang hebat, yang santai, tetapi beliau tidak setuju dengan cara kita mengangkat prestige kita, "kalau kita ingin prestige kita terangkat, kita harus bisa bersaing dengan anak-anak lain." Karena itu beliau ingin ada performance English Evening yang sesungguhnya yang akan dirintis mulai tahun depan yang melibatkan semua anak. Gw kecewa, karena performance itu sepertinya baru akan di jalankan saat kita sudah lulus, tetapi gw merasa tidaklah menjadi masalah karena secara langsung acara kita telah menginspirasi beliau untuk mengadakan acara yang besar.

Sebenarnya gw setuju dalam hal ini dengan beliau, tetapi ada teman-teman yang terlanjur kalut, memandang buruk semua perkataan beliau, ada yang sudah pesimis tidak bisa tampil dengan baik karena takut kalah bersaing dengan anak-anak lain. Mungkin ini karena cara beliau mendorong kita yang terlihat sangat menekan kita, beliau sendiri sudah mengatakan, "terserah kalian memandang perkataan saya sebagai penekan yang mengubur kalian, tetapi saya tidak bermaksud seperti itu, saya mencoba mendorong kalian." Jadi untuk apa kita takut dan pesimis? Jika kita mau, kita punya seribu cara untuk mengangkat prestige kita, cara yang hanya anak kelas bahasa yang bisa :)

Beliau juga mengingatkan kita untuk tidak mengurusi pemikiran orang-orang diluar sana tentang kelas bahasa yang A yang B, tentang pemikiran orang tua murid yang selalu menekan anak-anak mereka yang mau masuk kelas bahasa, biar itu menjadi urusan mereka, "jangan menggeneralisir pemikiran orang-orang tentang kamu", ucap beliau, meyakinkan kita agar tidak perlu repot-repot membuang waktu, tenaga dan uang kita untuk hal yang menurut beliau seharusnya tidak perlu. Sebenarnya beliau tidak akan setengah-setengah mengadakan sebuah pertunjukan, beliau akan mengadakan audisi besar-besaran, memberi tenaga-tenaga ahli dan auditorium, tempat yang pantas untuk mengadakan pertunjukan-pertunjukan besar yang bisa di tonton semua orang, yang pasti pertunjukan yang beliau setujui. Tetapi gw kurang setuju, memang auditorium itu adalah milik beliau, hanya hal-hal tertentu yang boleh menggunakan auditorium ini. Tetapi secara tidak langsung beliau menekan kereativitas kita, apa yang tidak disetujui beliau tidak boleh dilanggar.

Jujur setelah mendapat berbagai omelan, makian, pekikan, kata-kata yang menyayat hati, gw bingung apa yang gw rasain terhadap beliau, kadang gw setuju saat beliau berkata ini-itu yang meyakinkan gw dalam banyak hal, tetapi gw mulai ga setuju saat ego gw sebagai remaja muncul. Ego yang menurut gw sulit untuk dihilangkan di antara kita adalah keinginan kita untuk membuat performance dengan tangan kita sendiri.

Mengapa gw sebut ini ego? Bukankah selama ini, itu adalah impian dan tujuan kita?

Karena, impian dan tujuan itu adalah ego, nafsu untuk mencapai kepuasan batin yang selama ini kita cari, EKSISTENSI.

Jadi tidak heran, kalau keinginan-keinginan mengenai performance yang ingin kita kembangkan sendiri dan yang ingin beliau kembangkan akan terus mengalami benturan, karena keduanya adalah ego yang kuat, ego antara pemimpin besar dan anak-anak muda yang gila dan haus kebebasan, yang penuh kreativitas.

Gw hanya bisa menyimpulkan, beliau ingin kita semua (as a student of school, NOT a section of school) bisa eksis, bisa hebat KARENA kita bisa dan mampu bersaing dengan teman-teman lain di luar bahasa.
Ibarat permainan dalam game Nancy Drew, gw bisa merasa gentle, merasa lebih pintar, merasa berkemenangan dah hebat saat gw berhasil memasuki sebuah ruang rahasia dengan memecahkan berbagai kode numerik, puzzle dan warna dari pada hanya memutar gagang pintu lalu masuk ke dalam ruangan.

Kesimpulan gw yang kedua, beliau akan berani boros demi pertunjukan yang megah, yang penuh persiapan. Kita tinggal berani unjuk bakat lewat audisi dan kalau keterima kita tinggal ikut latihan dan lain-lain. Kita tidak perlu ribet-ribet mengurus ini-itu sendiri, karena gw sadar kita benar-benar masih amatir, kita baru belajar, untuk membuat sebuah pertunjukan yang BESAR yang kita inginkan dan telah kita angan-angani, kita ingin tampil di Gedung Sakral Auditorium, sedangkan untuk pertunjukan semacam itu perlu waktu dan persiapan yang benar-benar matang, jika kita tidak ditangani tenaga ahli, bisa jadi kita hanya membuang waktu, tenaga dan dana. Bagi gw, memang sebaiknya kita yang muda mengalah saja, menarik ego kita, jika sekolah tidak mau menerima saluran ide kita,toh dunia diluar sana masih bisa menerima kita, lihat saja Mav-net, Lensa Kreatif Film, dan perfilman indie lain yang berhasil menunjukan kreativitas mereka diluar sana (tetapi jangan salah mereka masih butuh campur tangan kepala Production House mereka). Lagi pula, tidak buruk dan tidak rugi juga jika kita mengikuti permainan yang beliau tawarkan, mumpung semuanya aman, gratis dan legal.

Kesimpulan yang ketiga,
Untuk tampil eksis, berbeda dan untuk mengangkat prestige kelas bahasa,
masih banyak jalan lain yang bisa kita lalui selain performance yang terlarang ini.
Jangan cuma karena larangan, makian, omelan beliau yang cenderung membuat kita terkubur dari pada terdorong ini membuat kita jadi pesimis, emosi, patah semangat dan benci sama beliau. Sebenarnya salah juga kita sempat mengolok-olok beliau apalagi membenci beliau karena sifat dan cara ia menyampaikan sesuatu dengan kata-kata yang menusuk. Karena itu karakter beliau, karakter yang sudah membatu karang dalam diri beliau, jadi dari pada menambah dosa mengolok-olok dan membenci orang tua, lebih baik kita memakluminya.

"Pokoknya, terus berkarya yang berusaha, gak peduli apa kata orang. Pokoknya slow-woles!"
(Q.Agung, doc.Agung di Balik Layar : 2010)
Friday, October 15, 2010 0 comments

Pelajaran Apa Yang Paling Sulit?

Seharusnya ga ada matapelajaran yang sulit di dunia ini, semuanya bisa kita pelajari dengan baik. Kita udah di karuniai otak, sayang banget kalo otak kita ga bisa di gunain semaksimal mungkin untuk berpikir memecahkan soal-soal logika yang paling rumit sekalipun. Mau bandingin diri sama Einstein? Boleh aja, tapi asal kalian tahu, kalian bisa jadi sama pintarnya atau bahkan lebih pintar dari pada Einstein.
Kenapa?
Apakah kalian punya penyakit disleksia seperti Einstein???
Kalau Einstein aja bisa, kenapa kita tidak.

Tetapi, kenyataan berkata lain, ada satu pelajaran yang paling sulit di pelajari oleh manusia. Apakah itu?
Itu adalah Pelajaran Mengampuni.
Sulit karena kita salah menggunakan instrument.
Kita cenderung menggunakan logika kita untuk mempertimbangkan tindakan yang akan kita ambil.
Logika yang cenderung rigid. A = A gak mungkin A = B atau Awan = Awan gak mungkin Awan = Petir ????
Apa yang sudah menjadi stigma kita pada orang itu tidak mungkin bisa dengan mudah kita ubah kalau kita menggunakan logika kita.
Terkadang kita lupa penyeimbang logika kita. Kita punya imajinasi, kita bisa menggunakan imajinasi kita untuk mengeksplor dunia yang tidak bisa terjangkau dengan tangan kita. Kita dapat merubah apapun yang kita mau dalam pikiran kita dengan imajinasi, A tidak selalu = A, A bisa menjadi = a atau Awan = Hujan.

Tetapi hal tersebut bertentangan dengan logika, kita bisa menganggap orang tersebut baik dalam pikiran kita, tetapi bagaimana bisa kita memandang (dengan mata kita) orang yang sangat menyebalkan menjadi sangat baik?

Maka gunakan istrument yang satu ini,
Hati kita...
Hati cenderung peka dengan hal-hal kecil.
Cobalah untuk memikirkan kebaikan-kebaikan kecil yang tersirat dan tersurat dalam orang yang sangat kamu benci. Gunakan logikamu untuk melihat kembali mengapa bisa ada stigma-stigma yang terlabel pada orang itu, gunakan imajinasimu untuk mengenang saat-saat kamu baru mengenal orang itu. saat kamu tertawa bersama orang itu, saat kalian saling bercerita, saat orang itu menegurmu, saat orang itu sangat membuatmu merasa terganggu, gunakan logika dan perasaanmu saat mengenang masa-masa itu. Saat kamu sudah menganalisa orang itu, tariklah benang merahnya.

Apa kesimpulanmu?
Jika belum membuahkan sebuah pengampunan, ada baiknya kamu mengadakan riset ulang dengan observasi nyata :o)
Friday, October 8, 2010 0 comments

not one and the same

I don't know how and why
really, I don't know
why do I always think about you
how could I in love with you

what's wrong little feeling?
you're grow up as wild flowers
you're blooming everywhere in my heart
but I never smell your fragrant
your beauty is a nonsense!
I need your fragrant!
I won't feel satisfy

I don't need much beauty
I only need blossom fragrant
i beg you..
stop blooming in my garden, please...
stop drag me into your beauty
you are just little flowers

my bouquet,
maybe you are flowers
you are one
but you are not the same
you are my lavender
and you are my rose

and i only little girl
who just learned what love is

I was so naive,
I can't take my eyes of you
you are my calmness and wildness
show me you're best
let me sense you
in side and out side
Sunday, October 3, 2010 0 comments

Broken Heart Untuk Kesekian Kalinya

Hidup adalah anugerah, karunia yang indah. Kalian dan gw yang masih bisa menerima hidup ini udah sepantasnya bersyukur sama Tuhan.

Tetapi hidup itu berat, ia di penuh ratapan dan tangisan, penuh kebencian dan rasa sakit. Seperti yang gw hadapi sekarang ini.

Gw bener-bener merasa sendirian di antara sekian banyak orang di sekeliling gw. Bahkan saat gw berbicara dengan mereka, gw tetap merasakan kesendirian itu.
Belum ada yang bisa bantuin gw keluar dari masalah ini da gw harus nyoba untuk keluar sendiri.
Hal yang gw dapet dari diskusi di youth kemaren dan monolog dengan diri gw adalah gw harus banyak bersabar, mengendalikan diri, diam dan tenang. Kalau gw perlu untuk meluapkan kesedihan gw, gw bisa menangis.

Ya! Sungguh ide yang sangat berilian, berdiam diri dan menangis.
Jangan kira menangis itu pertanda kalau gw adalah cewe yang cengeng.
NO! That's not a deal!
Bagi gw setiap tetesan air mata adalah larutan hal-hal negatif, kesedihan, kebencian dan kemuakan yang gw rasakan.
Gw lebih memilih untuk menangis dari pada harus marah-marah tidak karuan.

Itu hal pertama.

Hal ke dua,
gw merasa kekurangan dukungan, motivasi dari orang-orang disekitar gw. Mungkin orang-orang melihat gw begitu kuat, gw bisa menyendiri, gw bisa merasakan kebahagiaan walaupun gw sedang sendirian dan tertekan, gw bisa mencari kebahagiaan dimanapun. Tetapi itu bukan berarti gw ga butuh orang lain untuk membangun diri gw.
Bukankah lebih mudah membangun sebuah kota bersama-sama dari pada sendirian?
Dulu gw punya banyak temen yang bisa mengerti keadaan gw, mereka udah kenal gw sangat dekat. Tetapi sekarang kedekatan kita di batasi ruang dan waktu, dan walaupun gw bertemu mereka, gw ga bisa dan ga mungkin menceritakan semua kemuakan gw, gw juga mengerti mereka, mereka juga sedang kesulitan, lelah dan mereka juga punya persoalan. Sungguh, hidup terasa semakin berat saat kita semakin tua (bukan dewasa) dan punya banyak tanggung jawab.

Sedikit cerita,
malam ini, tepatnya saat gw sedang melatih jari-jari gw untuk bermain piano di atas tuts keyboard gw. Bokap gw mulai komenin, suara keyboard gw sama kayak piano dan mulai memperimbangkan soal membeli piano. Gw jelasin, tekniknya beda, piano lebih berat N gw butuh untuk nyesuain ama piano di tempat les. Suasana mulai hening N gw kembali mainin teknik paduan chord yang menurut gw susah. Beberapa saat kemudian gw langsung menyela, lagu yang gw mainin udah bener-bener bosenin, karena udah 1 bulan gw masih mainin lagu yang sama, Earth Song-Michael Jackson. Gw pun mulai merasa panas, papa ga tau aja kalau gw juga sama bosennya, mungkin lebih jenuh.
Tapi mau gimana lagi, itu resiko kalau gw mengambil les piano pop tanpa mendapat dasar dari piano classic, gw harus rutin otodidak, belajar dasar-dasar piano. Gw ga tertarik sama sekali untuk belajar classic, mendingan gw langsung terjun ke pop, aliran lagu gw, jadi gw berusaha untuk gak merasa bosan. Dan gw buktikan gw bisa melawan rasa jenuh itu, karena lewat lagu itu gw belajar banyak hal sekaligus, 1 minggu pertama gw udah bisa mengkoordinasi jari-jari gw untuk bermain dengan chord bentuk pertama, bass kecil dan melodi, minggu ke-2 gw udah bisa pake bass besar dan belajar mengkoordinasi kaki gw pada pedal piano di tempat les. Minggu ke-3, gw udah mulai hafal lagunya, mahir pake bass besar dan udah lancar baca partitur dan mulai belajar pake variasi bentuk kunci pada tangan kanan gw sampe minggu ke-empat gw belajar pake variasi bentuk kunci di tangan kanan dan kiri. Gw sadar banget cara gw salah, gw pake satu lagu untuk menguasai berbagai teknik itu, sampe-sampe lagu sang raja Pop jadi terdengar membosankan, tetapi gw gak sepenuhnya salah, karena gw lebih nyaman pake cara seperti itu. Jadi kritikan papa tentang permainan yang membosankan tidak 100% gw permasalahkan tetapi jadi pertimbangan bagi gw utnuk belajar pake lagu baru.

Nyokap gw ikutan nimbrung, menceritakan pengalaman ia menyaksikan temannya bermain piano dengan lancar padahal ia belajar sendiri. Ya iya lah ma! Temen mama belajarnya bertahun-tahun, gw baru belajar 1 bulan, itu juga ga setiap hari bisa latihan, ketemu gurunya juga cuma 1 kali seminggu selama 1/2 jam.
Tapi hal yang bikin gw broken Heart malem ini saat nyokap gw terang-terangan bilang ade gw dan gw ga ada bakat dalam musik.

Sumpeh yang itu nusuk abis!

Apa arti pujian N kebanggaan yang dulu mama umbar ke orang-orang saat gw udah bisa main keyboard tunggal dengan lancar, selalu dapet nilai A dan A+ saat ujian dan gw berhasil ikut sebuah konser. Apa permainan piano pemula seperti gw harus bisa sebanding sama temen mama yang hebat itu? ENGGAK!
Dan gw mulai merasa ragu untuk mendapat sebuah piano untuk berlatih...
Gw tau itu bukan ucapan yang bertujuan menusuk gw, tapi itu membuat gw sangat berkecil hati. Padahal gw tau nyokap gw bener-bener ga tau apa-apa soal perjuangan gw latihan musik sebulan ini.

Pokoknya gw harus nunjukin gw bisa! dan gw bener-bener mau sebuah piano (baru malam ini gw bisa merasakan kembali rasanya kalau janji untuk kita diingkari).

Pathetic...
Saturday, September 25, 2010 0 comments

Kabar dan Janji

Kabar dan Nazar
“Mama udah cek tensi sama kolestrol mama ke dokter tadi”.
“Hasilnya gimana? Gak ada kan kolestrolnya?”, tanyaku penuh harapan pada mama.
“Dokter bilang, ga ada kolestrolnya, terus tensi mama di cek hasilnya normal”.

Mendengar hasil kesehatan mama yang sangat baik membuat aku merasakan suatu kebahagiaan. Jujur saja teman, aku orang yang egois, aku jarang bisa merasakan kebahagiaan saat orang lain bahagia, tapi sore ini, aku bisa merasakan detak jantungku berdebar cepat, bibirku mulai menarik sebuah senyuman, mataku hampir berkaca-kaca tetapi aku berusaha agar kaca-kaca itu tidak pecah menjadi butiran air yang akan membahasi pipiku, aku tidak mau terlihat cengeng di depan mamaku ;o)

Bagaimana aku tidak bisa merasakan kebahagiaan seperti ini. Hampir 1 bulan lebih aku melihat mama berjuang melawan darah tinggi yang ia derita, mama harus rutin mengkonsumsi obat, jamu akar dewa dan harus bisa menahan diri untuk tidak emosi. Tidak emosi? Terdengar aneh dari pada menahan emosi memang, tetapi kata itulah yang lebih tepat untuk mendeskripsikan mama. Mama harus menjaga diri agar emosinya tidak terpancing, karena kalau emosi mama terpancing, mama tidak bisa dan tidak boleh menahan emosi tersebut, mama harus mengungkapkan semua emosinya karena bila mama menahan emosinya, tensi mama akan naik, kepala mama akan menjadi berat dan mama akan jatuh lemas. Tidak heran jika aku, adikku dan embak(orang yang paling sering membuat mama emosi) menjadi sasaran yang tepat untuk luapan emosi mama. Bagaimana tidak, aku dan adikku adalah remaja yang sedang menghadapi masa-masa sulit, kami berjiwa pemberontak, kami sedang gila dengan kebebasan dan tidak mau di atur, sedangkan mama menuntut keteraturan., jadi habislah kami di marahi karena hal-hal kecil, aku sebagai anak yang lebih dewasa harus bisa mengerti keadaan mama, aku menurut saja walaupun tidak jarang aku tidak mempedulikan amarah tersebut, karena aku tau tidak semua luapan emosi yang mama limpahkan padaku itu benar karena kesalahanku, pathetic ! Embak. Jangan ditanya, hampir setiap hari mama harus ngomel-ngomel karena pekerjaan embak yang ugal-ugalan. Tidak emosi adalah pantangan tersulit yang harus mama hadapi, aku harus mengingatkan mama berkali-kali agar tidak bawel dan marah-marah, karena jika tidak aku yang bisa ikutan darah tinggi. Aku hanya bisa berdoa dan berharap emosi mama cepat surut, aku tidak mau terus-terusan mendengar omelan dan mendapat tekanan negatif, karena itu hanya akan memperlemah diriku dalam segala hal.

Seminggu terakhir ini aku melihat emosi mama sudah mulai surut. Mama yang tidak pernah tidur siang, kini setiap siang aku melihat mama yang sedang berselonjoran, bersantai-santai di kursi atau tidur di kamarku. Aku dan adikku sudah jarang di marahi lagi. Kecuali embak, ada saja kesalahan yang ia perbuat yang membuat mama jengkel,ckckck. Sampai akhirnya sore hari ini perjuangan mama berhasil dan doaku terdengar. Aku berjanji tidak akan memancing emosi mama, karena aku tahu bagaimana harus berkomunikasi dengan baik dengan mama.

Thanks Father :D
Tuesday, September 14, 2010 0 comments

Tak Berujung, Tak Berwujud ~2~

Entah kenapa hari libur selalu cepat berlalu, gak kerasa hari ini udah menjadi penghujung hari libur lebaran. Guess what I think?
Yeap... Tomorrow i'm going back to school.
Tapi gak kayak yang gw biasa rasain, gw masih tetep merasa seneng dan gw masih tetep bersemangat untuk sekolah. Gw rasa itu memang pantes untuk gw rasakan, karena sekarang gw udah berada di kelas yang selama ini gw idam-idamin, kelas bahasa :D
Gw harus punya semangat untuk belajar di kelas itu, karena kelas itu adalah jalan bagi gw untuk memilih tujuan gw selanjutnya untuk melangkah kedepan. Walaupun gw udah di kelas bahasa, gw masih aja bingung gw mau masuk jurusan apa nanti pas kuliah, apa gw mau ambil Sastra Inggris/ Indonesia/ Prancis? Kebudaan Prancis? Tourism? International Relation? bahkan mulai muncul pilihan baru Fashion Design? Orang-orang menganggap pilihan yang paling "aman" adalah International Relation, tapi gw gak bisa nentuin langsung itu yang akang pilih nanti, karena gw gak mau menelan suapan tangan orang, gw gak peduli segala kemungkinan buruk yang mereka sebut, gw gak boleh takut dengan segala kemungkinan buruk yang akan gw hadapi di setiap jurusan yang akan gw pilih nanti, gw anggap itu sebgai tantangan, bukanlah hambatan!

Tapi gw masih bingung, apa yang akan gw ambil nanti

Ya Tuhan, bantu aku memilih! Aku cuma percaya kepadaMU..
0 comments

Tak Berujung, Tak Berwujud

Gw benci unek-unek ga jelas yang akhir-akhir ini dateng gak diundang di dalam pikiran gw.
Semua ini berawal dari pesta ulang tahun temen-temen gw, atau yang lebih tepat di sebut Sweet Seventeen Party.
Sejak gw di menghadiri, di undang dan tahu kalau temen-temen gw merayakan Sweet Seventeen mereka, gw mulai berpikir mau merayakan Sweet Seventeen gw yang sepertinya "sebentar lagi" akan tiba.
Gw sempet heran sama diri gw sendiri, gw yang gak pernah tertarik buar ngerayain birthday party gw tiba-tiba jadi ngebet sendiri pengen ngerayain Sweet Seventeen yang sebenernya masiiiih lama (bulan Desember gitu). Gw inget banget waktu Sweet Sixteen gw cuma ngerayain dengan kue buatan nyokap gw (dan tanpa lilin) di rumah dan paginya gw hang out sama Dona dan Indira. Gw juga inget waktu di ulang tahun Sandra (temen gw yang ngundang gw di Sweet Seventeen Party-nya), gw ngobrol ama Cindy, gw bilang kalo gw gak pernah tertarik ngadain birthday party yang besar-besaran, palingan cuma nikmatin kue buatan nyokap atau hang out sama beberapa temen aja.

Nah... Sekarang, entah kenapa, gw udah sibuk sendiri mau ngerayain Sweet Seventeen Party gw. Yang terbayang dalam pikiran gw, gw mau menraktir temen-temen gw. Gw sampe buat list siapa aja yang mau gw undang, gw mau traktir mereka di mana, gw juga udah bayangin gw mau pake dress apa nantin, gw ampe udah punta rencana mau nabung buat neraktir mereka, bener-bener udah di set sama pikiran gw semuanya.

Dan setiap kali gw berpikir untuk batalin, selalu aja ada pikiran lain yang nyela niat gw itu.
Hampir setiap hari gw juga menimbang-nimbang siapa aja yang mau gw undang, ternyata karakter gw yang gak suka party yang besaar-besaran yang harus ngundang banyak orang, masih belum berubah. Kalau di total dengan diri gw, semuanya cuma 14 orang dari semua temen gw. Bukan bermaksud membedakan, di samping gw memang gak suka pesta yang rame, gw juga harus menghemat pengeluaran dong :P

Rencana gw, gw memilih untuk mentraktir temen-temen gw di J.Co di PIM.
Menurut gw tempatnya itu cozy, banyak yang bisa di pesen, gak mahal-mahal banget, enak dan sesuai dengan perayaan gw. Gw mau merayakan Sweet Seventeen gw dengan berbagai hal yang manis :D

Gak tau bener atau enggak,gw rasa unek-unek ini adalah semacam pertanda agar gw menjalankan rencana gw, karena setiap unek-unek yang gw pernah rasain dan kalau itu gw jalanin pasti menghasilkan sesuatu yang "Ih... Waw!", "Voila!", dan "RUDE!!". Karena ini baru rencana dan gw belum tau seperti apa nanti jadinya..
So...
Doain aja, semoga rencana ini bisa gw jalanin dan untuk 13 orang misterius yang akan gw undang, semoga mereka bisa dateng, itu aja harapan gw :D
Amin...
Wednesday, September 1, 2010 0 comments

Bapaku sangatlah baik (repost from my facebook note)

Allah, Bapaku sangatlah baik,

Ia menciptakanku pada hari ke-7, saat segalanya telah tersedia.

Ia menciptakanku dengan segala perhitungan,

Ia tahu segala kemungkinan tentangku, seperti apa wujudku, jadi apakah aku nanti, apa yang akan aku alami hari ini dan esok.

Bapaku itu maha tau :o)

Allah, Bapaku memang serba tahu, tetapi Ia tidak menciptakanku sebagai boneka, karena aku manusia!

Bapa tidak mentakdirkan jalan hidupku seenak skenarionya (enak saja! Aku tidak mau!),

melainkan Ia memberiku banyak jalan dan tawaran. Di ujung jalan-jalan itu, Bapa sudah menyediakan kejutan bagiku dan aku diberi kebebasan untuk memilih jalanku sendiri. Ia mengaruniai aku kehendak bebas.

Terlalu banyak jalan yang bisaku pilih, hingga terkadang Bapa harus turun tangan menolongku untuk memilih,

tetapi... aku tidak mau mendengarNya, aku bukan anak kecil lagi, aku tahu apa yang kupilih itu benar!

Hingga suatu hari.... aku salah memilih jalan.

Itu bukan jalan yang di tawarkan oleh Bapa. aku tersesat!



Tolong aku!!!!!!!!!!



Tetapi tidak ada seorangpun yang mendengar teriakanku.

Tidak ada gunanya, aku harus keluar dari jalan itu sendiri....

Tetapi apa yang aku dapat? Kegelapan dimana-mana,

aku tidak bisa melihat apa-apa....



Cahaya... Aku butuh cahaya....

Aku tahu! Aku butuh Bapaku!



Bapa.... Tolong aku.....



Allah, Bapaku memang sangatlah baik. Ia mendengar teriakanku.

Ia menerangi jalanku agar aku dapat keluar dan terbebas dari kesesatan itu.

Terimakasih Bapa :o)



~ D ~
Sunday, August 22, 2010 0 comments

Je t'aime

Cher Jelly,
Bonnuit Monsieur Jelly

By the time you say my name
I'll say your name

why do I call you jelly?
because jelly is my favorite food,
and so do you,
you are my favorite one

Nobody's like you Jelly,
every time I catch your eyes,
you give me your candy smile,
my favorite smile
you're so lipped-candy
may I...?

Non...
for a holiness
I won't ever try to taste it
even you give me a chance,
I won't do it

'cause I've promised
I'll do it
by the time I say 'I do'
in a peace full place,
when roses and jasmines bloom
and you're holding my hands
and you put a ring on my little finger

What do I do?
Dreaming about...

about you,
ya.. you...

If I have enough braveness,
If I have no doubt in my heart
I'll spill my heart for you...

Je vais dire Je t'aime
Je veux ĂȘtre avec vous

Au revoir.
0 comments

Kecil nan Perkasa

Judul postingan yang sangat pas untuk mengawali kisah 2 remaja putri bertubuh mungil yang gila dan nekat!
Sebut saja kedua sahabat itu Debby Erli dan Indira Pradini :D

Kalau mengingat kejadian yang gw alami hari sabtu kemaren bersama Dira, gw jadi teringat tulisan Pramoedya Ananta Toer dalam buku Bumi Manusia yang begini bunyinya:


"Cerita..selamanya tentang manusia, kehidupannya, bukan kematiannya. Ya biarpun yang ditampilkannya itu hewan, raksasa atau dewa ataupun hantu. Dan tak ada yang lebih sulit dipahami daripada sang manusia.. jangan anggap remeh si manusia, yang kelihatannya begitu sederhana; biarpun penglihatanmu setajam mata elang; pikiranmu setajam pisau cukur, perabaanmu lebih peka daripada dewa, pendengaranmu dapat menangkap musik dan ratap tangis kehidupan; pengetahuanmu tentang manusia takkan bakal bisa kemput"

Walaupun udah bertahun-tahun mengenal sahabat gw sendiri, walaupun gw udah menggali sedalam-dalamnya, tetap aja ada bagian-bagian kecil yang belum gw ketahui tentang sahabat gw. Betapa super berani dirinya,ckckck.
Dibalik tubuhnya yang kecil,tersimpan energi positif yang besar(a.k.a nekad),voila!

Oh shoot!
Ternyata seliar-liarnya gw, senekad-nekadnya gw pergi-pulang malem sendirian naik ojek, angkot, bus, nyali gw bisa ciut juga pas naik motor sendirian ke jalan gede. Gimana gak ciut coba? Sekeliling kita banyak mobil yang suka banget ngebut, belum lagi ada truk-truk gede, motor-motor yang suka nyelip-nyelip, dan tambah paranya lagi si Dira, lobang di babat, polisi tidur di hajar, alhasil gw ga bisa duduk dengan nyaman karena pantat gw sakit! Bener-bener gila. Kalau Dira kehilangan keseimbangan atau kita di serempet mobil..... Gw ga berani membayangkan N gw ga tau udah berapa kali gw nyebut dan berdoa sepanjang jalan kalo ada mobil yang ngebut, motor-motor nyelip apa lagi pas ada truk yang ngebut, darah gw abis rasanya,ckckck.

Untungnya Tuhan masih mau ngasih kehidupan buat gw dan Dira, thanks God, gw nyampe di Sanur dengan selamat dan bisa bertugas sebagai penyiar radio dengan baik di PPSU.

PPSU kali ini gw gak cuma ngundang Indira, gw juga ngundang Maria dan Sasa, temen lama gw di SMP. Lumayan sekalian reunian, mereka bisa dapet info seputar perguruan tinggi.

Selesai acara di PPSU, gw dan temen-temen gw berencana pergi ke WTC, Sasa dan Maria udah pergi duluan naik angkot, sedangkan Dira masih nungguin gw ampe selesai tugas jam 3 sore,hehe... sungguh teman yang setia dalam suka dan duka. Gw dan Dira pergi ke WTC dan lagi-lagi dengan motor, so lagi-lagi gw harus jantungan sepanjang jalan. Bener-bener dah, makhluk macem apa yang lagi boncengin gw dari Pamulang ampe BSD, trus ke WTC, kadang-kadang ngebut pula,, sarap banget! Wkwkwk...

Sampe di WTC, gw, Dira, Mari, Sasa kumpul bareng ngobrol-ngobrol sambil makan, sesi curhat lah,,ahaha. Ternyata waktu PPSU flo (gebetan gw dulu) dateng,, yah.. sayang gw ga sempet liat ataupun ketemu, gw pengen ngobrol-ngobrol dikitlah sama dia,hehe, ah... jangan ah nanti CLBK repot gw,hihi. Pokoknya menyenangkan deh walaupun kesenangan itu cuma sebentar, karena Dira udah di cariin emaknya dan gw gak mau pulang ke sorean di jalan, takut aja jalanan macet, rame dan banyak mobil yang gak sabaran.

Perjalanan dari WTC ke rumah gw merasa lebih tenang karena pada akhirnya gw bisa percaya sama Dira, hehehe. Nyali gw di jalan udah mulai menyala, yea! Ride them girl!

Tapi nyali gw mulai meredup lagi setelah ada insiden mengagetkan yang bikin gw bener-bener jantungan. Ada taksi yang hampir nabrak kita dari samping kiri. Sumpeh, gw langsung nyebut, kaget dan lemes.....
Dira minta maaf soal hal itu dan gw maafin, tapi rasa lemes gw masih belum ilang juga,haizz... ngeri abis!! Gw jadi parnoan lagi sepanjang jalan,ckckck.

Ternyata benar dugaan gw, sore ini jalanan macet, untungnya kita naik motor, dengan lihai Dira menyelap-nyelip, menyempil pada cela yang ada. Waw! Keren!
Merasa sudah lebih baik dan tenang, di Pamulang 2 gw minta gantian bawa sama Dira, dengan pengalaman gw yang lebih lama soal motor (gw udah bisa naik motor dari kelas 8 sedangkan Dira baru-baru ini belajar motor, tapi Dira udah berani ke jalan, sementara gw masih ngendog di jalan-jalan sekitar Pamulang aja), gw pun memberanikan diri untuk membawa. Ternyata memang mudah dan seru, walaupun gw harus berhadapan dengan asap knalpot angkot yang bau yang sekarang menyebabkan tumbuh 3 buah cherry merah kecil di jidat gw, sial!
Baru kali ini juga gw merasakan bagaimana stress di jalan yang macet yang sering di rasakan orang-orang di Jakarta, macet yang ini sih emang belum seberapa, tapi tetep aja, siapa sih yang suka terjebak dalam kemacetan, melihat macet yang panjang di jalan utama, gw memutuskan mengambil jalan perumahan aja.

Yea... Memang jalan perumahan jauuuuh lebih damai dari pada jalan utama. Gw bisa ngobrol bebas tanpa harus menelan udara kotor, gw bisa ngirup udara segar bukan udara knalpot angkot dan gw bisa jalan dengan nyaman tanpa harus takut di serempet hingga gw dan Dira sampai di rumah Dira dengan selamat.

Yeay! Sampe rumah Dira, kami di suguhi permen jelly yang enak banget.

Keputusan gw...
Walaupun sudah merasakan yang namanya naik motor ke jalan besar, gw memutuskan untuk memberanikan diri naik motor ke jalan besar, tapi di sekitar pamulang aja, gw terlalu lemes untuk ke jalan-jalan besar diluar Pamulang. Hehehe...

INTINYA GUE GA MAU LAGI NAIK MOTOR KE JALAN GEDE, HUEEE TAKUT ToT
 
;