Listen


MusicPlaylistView Profile
Create a playlist at MixPod.com
Saturday, September 25, 2010

Kabar dan Janji

Kabar dan Nazar
“Mama udah cek tensi sama kolestrol mama ke dokter tadi”.
“Hasilnya gimana? Gak ada kan kolestrolnya?”, tanyaku penuh harapan pada mama.
“Dokter bilang, ga ada kolestrolnya, terus tensi mama di cek hasilnya normal”.

Mendengar hasil kesehatan mama yang sangat baik membuat aku merasakan suatu kebahagiaan. Jujur saja teman, aku orang yang egois, aku jarang bisa merasakan kebahagiaan saat orang lain bahagia, tapi sore ini, aku bisa merasakan detak jantungku berdebar cepat, bibirku mulai menarik sebuah senyuman, mataku hampir berkaca-kaca tetapi aku berusaha agar kaca-kaca itu tidak pecah menjadi butiran air yang akan membahasi pipiku, aku tidak mau terlihat cengeng di depan mamaku ;o)

Bagaimana aku tidak bisa merasakan kebahagiaan seperti ini. Hampir 1 bulan lebih aku melihat mama berjuang melawan darah tinggi yang ia derita, mama harus rutin mengkonsumsi obat, jamu akar dewa dan harus bisa menahan diri untuk tidak emosi. Tidak emosi? Terdengar aneh dari pada menahan emosi memang, tetapi kata itulah yang lebih tepat untuk mendeskripsikan mama. Mama harus menjaga diri agar emosinya tidak terpancing, karena kalau emosi mama terpancing, mama tidak bisa dan tidak boleh menahan emosi tersebut, mama harus mengungkapkan semua emosinya karena bila mama menahan emosinya, tensi mama akan naik, kepala mama akan menjadi berat dan mama akan jatuh lemas. Tidak heran jika aku, adikku dan embak(orang yang paling sering membuat mama emosi) menjadi sasaran yang tepat untuk luapan emosi mama. Bagaimana tidak, aku dan adikku adalah remaja yang sedang menghadapi masa-masa sulit, kami berjiwa pemberontak, kami sedang gila dengan kebebasan dan tidak mau di atur, sedangkan mama menuntut keteraturan., jadi habislah kami di marahi karena hal-hal kecil, aku sebagai anak yang lebih dewasa harus bisa mengerti keadaan mama, aku menurut saja walaupun tidak jarang aku tidak mempedulikan amarah tersebut, karena aku tau tidak semua luapan emosi yang mama limpahkan padaku itu benar karena kesalahanku, pathetic ! Embak. Jangan ditanya, hampir setiap hari mama harus ngomel-ngomel karena pekerjaan embak yang ugal-ugalan. Tidak emosi adalah pantangan tersulit yang harus mama hadapi, aku harus mengingatkan mama berkali-kali agar tidak bawel dan marah-marah, karena jika tidak aku yang bisa ikutan darah tinggi. Aku hanya bisa berdoa dan berharap emosi mama cepat surut, aku tidak mau terus-terusan mendengar omelan dan mendapat tekanan negatif, karena itu hanya akan memperlemah diriku dalam segala hal.

Seminggu terakhir ini aku melihat emosi mama sudah mulai surut. Mama yang tidak pernah tidur siang, kini setiap siang aku melihat mama yang sedang berselonjoran, bersantai-santai di kursi atau tidur di kamarku. Aku dan adikku sudah jarang di marahi lagi. Kecuali embak, ada saja kesalahan yang ia perbuat yang membuat mama jengkel,ckckck. Sampai akhirnya sore hari ini perjuangan mama berhasil dan doaku terdengar. Aku berjanji tidak akan memancing emosi mama, karena aku tahu bagaimana harus berkomunikasi dengan baik dengan mama.

Thanks Father :D

0 comments:

Post a Comment

 
;