Lagi-lagi 2 tokoh konyol ini muncul dalam post blog gw. Dengan segala kesederhanaan dan ide-ide gila mereka, gw akan menyuguhkan kisah nyata ini secara kronologis.
Jumat, 12 November 2010
"Twinaaaa, kabar gembira!! Besok sekolah gw libur, u ada acara ga? Kalo kaga, kami jalan bareng yuk, kemana kek gitu? hehehe...", ketik gw dalam pesan singkat untuk Indira setelah pulang sekolah. Kejutan luar biasa, hari itu gw mendapat double combo, AC kelas yang telah dinanti-nanti akhirnya diresmikan hidup dan besok (hari Sabtu) dalam rangka pemilu, sekolah diliburkan, sungguh berita yang sangat fantastis.
Bagi gw, sebagai seorang pelajar yang tidak pernah menyicipi bagaimana nikmatnya libur sekolah setiap hari Sabtu, seperti yang bisa dinikmati oleh Indira, pengumuman liburan itu adalah mukjizat yang nyata. Setiap ada kesempatan libur, gw akan berusaha memanfaatkan waktu tersebut untuk bersenang-senang (tentu dengan dukungan ekonomi pastinya). Daftar kegiatan setiap kali kami pergi tidaklah banyak, hanya nonton, cuci mata dan makan, selebihnya adalah sesi ngobrol (dari basa-basi sampai ngalor-ngidul).
Kabar gembira ini semakin didukung dengan pernyataan Indira yang tidak punya kesibukan pada hari Sabtu dan ia menerima ajakan gw! YEAY!!
Tapi Indira juga ngajak gw untuk nemenin dia ke SGU (Swiss German University),ada undangan pertemuan untuk persiapan lomba bahasa Inggris yang diikuti sekolah Dira. Merasa ga ada masalah, gw nerima ajakan Indira. Jujur aja, bahkan kami sendiri belum tau mau pergi kemana abis dari SGU. Sebodo teing dah, yang penting bisa ngobrol.
Sabtu, 13 November 2010
Hari yang dinanti tiba.
Ternyata bukan cuma gw yang bakalan menikmati hari ini. Temen-temen adek gw akan datang ke rumah buat having fun juga. Dan karena alasan itu juga, gw ga bisa pake motor ke rumah Dira, gw harus ngayuh sepeda gw. Mann! Padahal gw udah mandi dan udah wangi, tapi gw harus merelakan persiapan gw karena gw akan bermandi peluh sampe rumah Dira. Ambil positifnya, gw bisa bakar kalori gw lebih banyak lagi, yeay!
Yah, tapi lumayan pegel juga, karena setelah sudah 1/2 jalan gw barus sadar ban sepeda gw kurang angin dan gw baru ngisi ulang. Sial.
Singkat cerita, akhirnya gw sampai dirumah dira dengan selamat dan penuh keringat.
Karena terburu-buru, persiapan gw gak mateng hari itu, biasanya gw rajin bawa perlengkapan dandan gw(parfum, lip glose, krim kulit) hari itu semua ketinggalan, tinggal sisir yang setia menemani gw.
Hari itu penampilan gw juga sangat tidak se-fashionable biasanya. Hari itu gw cuma pake kaos oblong yang lumayan longgar, celana pendek dan sendal frogs karet(sepatu crocs versi bajakan). Entah kenapa jiwa feminim gw lenyap hari itu, entah karena udah lama ga pake kostum-kostum feminim atau gara-gara naik sepeda? Tak tahulah.
Nah,sampe di rumah Indira, Dira mulai bawel nyuruh gw milih baju ganti yang lebih pantes buat dipake. Selera gw lagi rusak hari itu, gw milih kaos-kaos oblong biasa, Dira ga setuju, dia suruh gw pilih yang lain, gw malah salah ngambil, gw milih baju rumahnya dira, Indira tambah ngomel. Haduuh puyeng gw! Tapi gw beruntung, jiwa feminim Dira masih ada, setidaknya penampilan gw masih bisa tertolong. Setelah memilih-milih, akhirnya gw milih gaun hijaunya Dira. Gw suka gaunnya,karena gw lebih keliatan putih dalam gaun itu, hehehe...
*(Tenang Dir, gaun lo akan segera gw kebalikan).
Setelah merapihkan rambut, pakaian dan muka, kami berangkat.
Dengan 2 kali angkot kami pergi ke SGU.
Indira bener-bener belum tau dimana SGU. Sedangkan gw ngaku-ngaku kalau gw tau dimana SGU berdiri.
Dengan penuh ke-sok-tahuan, gw yakin gitu kalo SGU itu gedung biru berjarak kurang lebih 25 meter dari Teraskota, dengan alasan ada tulisan "German".
Alhasil, setelah turun dari angkot dan mendatangi gedung tersebut, dengan penuh birahi gw mempersiapkan diri dengan setangkup vocabulary bahasa Jerman, kalo seandainya ketemu bule jerman di SGU. Setelah dengan PD memasuki wilayah asing itu dan bertemu sekelompok OB dan penjaga gedung,kami (maksudnya gw) baru diinsafkan oleh penjaga gedung yang bilang, kalo SGU itu masuk kedalam perumahan Green Cove dan itu jaraknya 2-3 kilometer dari German University.
Dira udah senyam-senyum geli aja ngeliat gw yang mereka-reka seberapa jauh 2 kilometer itu, dengan enteng gw memjawab "ah... cuma dua kilo, jalan kaki juga bisa, ayoo Dir". Tapi sampe didepan, naluri kemanusiaan gw menuntut agar gw nyari kendaraan umum. Karena tidak ada taksi, ojekpun jadi. Kami nyewa 1 ojek untuk berdua, sungguh ide yang brilian. Abang ojek matok harga Rp.20.000, kalo mau dibandingin sama harga ojek di Pamulang, ini termasuk 4 kali lebih mahal, dengan jarak 2-3 km (dari rumah gw ke SD Mater Dei), gw cuma butuh bayar Rp.5000, ato dari SMP Mater Dei ke rumah, gw cuma perlu bayar Rp.8000. Emang faktor Geografis sangat mempengaruhi, di daerah German University, di persimpangan jalan begitu emang ojek jarang laku.
Ternyata perjalanan dengan ojek itu sangatlah seru, menantang dan memacu adrenalin hingga membakar nadi-nadi gw.
Dengan kecepatan 80km/jam kami menempuh jarak 2 km selama 10-15 menit.
Sepanjang perjalanan gw ga bisa nyaksiin pemandangan di Edu-Town, gara-gara ojek yang ngebutnya ga nahan ini, gw harus nunduk lindungin mata gw karena mata gw ketusuk-tusuk terpaan angin yang kenceng. Untung gw pake topi, seenggaknya rambut gw terlindungi dari bahaya berantakan dan kusut.
Gile,gw baru sadar ternyata 2 kilo itu jauh banget!!! Mateng gw kalo sampe jalan kaki, bisa-bisa kaki gw jadi abon.
Melihat huruf kapital besar yang tersusun berjajar bertuliskan "SWISS ERMAN UNIVERSITY", kami tahu kalau kami sudah sampai.
Sampai di depan SGU,Dira bayar ojeknya, setelah menerima Rp.20.000, abang ojek langsung cabut dan kami langsung masuk ke area SGU. Setelah bertanya dan diberi tahu dimana pintu masuknya, kami mulai memasuki gedung SGU. Setelah bertanya dan diberi tahu oleh OG (Office Girl) kami masuk ruang presentasi dan duduk di meja paling belakang. Untung kami belum telat, kami cuma melewatkan bagian pembuka.
Selama kurang lebih 1 jam kami duduk diem (ga diem juga sih) dengerin presentasi sambil nyatet dan kadang-kadang ngobrol dikit, ngomentarin pronounciation Inggris (yang kacau) Mr.fasilitator yang gw tebak berasal dari Jerman, karena beberapa kali gw denger dia ngomong kata "eins","noch","zusamment". Ahahai, seru ya bisa berbahasa asing. Kadang-kadang kami juga ngobrol sendiri kalo udah mulai gak ngerti apa yang diucapin si Mr.Unknowed. Ditengah obrolan kami,Dira bilang, kalo sampe hari itu gw gak libur, dia akan berakhir seperti seorang cewe di meja seberang, yang duduk sendirian, membisu dibelakang. "Udah bilang aja gw malaikat pelindung lo, iya kan? ngaku lo", dengan percaya diri gw menunjukan Dira senyum penuh kebahagiaan(seringai tepatnya), tidak cukup sampai disitu, gw menyanyikan sepenggal lirik lagu dari Phantom of The Opera, "I'm your angel of music, come to me angel of music", lantas gw dan Dira mulai cekikikan karena geli.
Diruang presentasi itu kami cuma kenalan sama 1 anak cowo tambun, tapi ramah, dia dateng dari SMA Penabur Kelapa Gading. Selebihnya kami ga tau apa-apa lagi.
Presentasi selesai, kami memutuskan akan pergi ke SMS (dari pada ke PIM, Jakarta, berat diongkos!). Keluar gedung SGU, 1 pertanyaan besar mulai muncul, gimana caranya kami keluar dari Edu-Town yang sepi ini? Kami ga liat ada tanda-tanda pangkalan taksi ataupun ojek! Sedih amat, tapi dengan langkah kaki yang ringan, hati yang gembira, kami melangkah keluar arena SGU. Kami mulai bercanda sepanjang jalan. Tuhan memang baik, cuaca hari itu mendung, jadi kami ga perlu takut kepanasan atau kulit kami menghitam karena disengat matahari jam 11. Gw dan Dira bener-bener beharap ada mobil yang mau berbaik hati, berbagi tumpangan dengan kami. Dira menceritakan kembali kisah yang pernah di tuturkan Ms.Eti, guru Toefl Preparation kami di SMP. Setiap kali Ms.Eti mengalami apa yang sedang kami alami, berjalan dipinggir jalan dan butuh tumpangan, Ms.Eti hanya berdiri terdiam dan berharap di dalam hati ada yang mau ngasih tumpangan and... VOILA!! Ada mobil yang berhenti yang mau ngasih tumpangan buat Ms.Eti. Hebat!!!
Setelah mendengar cerita tentang Ms.Eti, gw langsung terinspirasi untuk mencoba, gw berdiri dipinggir jalan, gw liat ada motor dari arah berlawanan mau dateng, gw langsung komat-kamit dalam hati dan bibir,"semoga mau ngasih tumpangan-semoga mau ngasih tumpangan", jarak kurang lebih 10 meter gw liat si pengendara motor liat gw, gw makin semangat komat-kamit, jarak semakin mendekat 5 meter, gw bisa meratiin tatapan heran si pengendara motor, gw masih komat-kamit dalam hati and... VOILA!!
Edu-Town itu bak Arizona, daerah sepi,
Kira-kira selama 15 menit kami menempuh perjalanan di Edu-Town,sangkin terpencilnya Edu-Town,kami masih aja belum ketemu perumahan Green Cove. Mungkin hang out hari itu akan menjadi perjalanan yang melelahkan jika belum datang sosok penyelamat yang juga merupakan sosok yang membawa kami menuju petualangan yang baru.
Dari arah berlawanan, datang seoarang bapak separuh baya, dengan motor bututnya menawarkan tumpangan pada kami, ia berjanji mau mengantar kami sampai tujuan. Tanpa ada rasa ragu dan curiga, kami meminta si bapak mengantar kami ke SMS. Dira juga nanya berapa harga yang harus kami bayar, mula-mula si bapak bilang Rp.30.000, karena kemahalan, kami minta tawar jadi Rp.20.000 aja, bapaknya masih ga mau, yo weis kami ngelengos pergi aja and.. pada akhirnya si bapak mau dibayar segitu.
Dengan kecepatan 60 km/jam bapak memacu motor bebek bututnya melalui medan yang sulit. Bapak membawa kami melewati jalan potong di belakang perumahan Green Cove yang sepertinya kurang pantas disebut jalanan, karena yang kami lalui masih merupakan tanah merah, untung saja sedang tidak hujan, karena kalau hujan, alamat sudah kami ga bisa jalan di atas tanah merah yang lembek. Untung juga, gw dan Dira punya badan kecil dan ringan, karena setiap melewati medan yang sulit, bapak akan dengan mudah menjaga keseimbangan motornya.
Setelah melewati tanah merah, bapak membawa kami ke perumahan kampung di Pagedangan, Dira kenal daerah ini karena gurunya ada yang tinggal di Pagedangan dan kata dira daerahnya
Perjalanan melewati perumahan kampung cukup panjang, sepertinya GPS gw ga bisa melacak daerah yang super asing ini. Yang gw peratiin sepanjang jalan cuma kebun dan perumahan kampung. Gw juga ngeliat ada sekolah Nasional Plus, sekolahnya sangat besar(untuk ukuran pedesaan), sayang gw lupa apa nama sekolahnya.
Semakin lama bapak menambah laju kecepatannya, gw cuma bisa berdoa sepanjang jalan, semoga kami selamat sampai SMS. Tak lama kemudian kami sampai di daerah perumahan Paramount. DEJAVU!! Gw langsung merasakan sensasi yang sama saat melihat perumahan disana, dulu gw dan keluarga gw pernah ke SMS melalui jalan yang sama (walaupun ga pake ojek). Disini bapak menambah lagi kecepatannya, bahkan bapak sampe lupa ada polisi tidur di depannya, untung polisi tidurnya tidak berbentuk bukit, tetapi landai jadi kami tidak terjungkal terdepan, TETAPI tetap saja hentakan dan lompatan motor bapak membuat gw dan Dira shock! Tiba-tiba saja saat kami sedang diam(gw lagi bengong), motor bebek butut itu melambung dan mendarat dengan kasar hingga kami terguncang, tapi beberapa saat setelah shock kami malah saling ketawa geli,ahaha... Ada keseruan dan keasikan tersendiri yang gw rasakan!!
Akhirnya pemandangan yang gw tunggu-tunggu tiba, kantor pemasaran Summarecon.
Gw mulai merasakan ada tetes-tetes air yang turun perlahan-lahan, gw sadar sebentar lagi hujan. Sepanjang jalan gw berharap semoga hujan turun setelah kami sampai SMS.
Dan harapan itu terkabul, gw dan Dira sampai SMS dengan selamat dan pas banget hujan baru turun pas kami turun dari ojek.
Saat gw ngeluarin dompet, buat bayar jasa si bapak, gw natap sesaat wajah bapak tua yang baik itu, merasa iba, gw kasih tambahan Rp.5000 untuk si bapak, emang ga seberapa dengan apa yang bapak baik ini kasih, tapi gw lebih iklas ngasih segitu (dari pada terpaksa mending yang iklas) dan ucapan terimakasih pastinya, si bapak menjawab "sama-sama nak, hati-hati ya". Si bapak langsung pergi dan kami mulai masuk SMS.
Jam menunjukan pukul setengah 1. Masih banyak waktu untuk bersenang-senang, tetapi kami gak mau bersenang-senang dengan penampilan yang super berantakan ini. Rambut gw udah bau keringet, keriting alami rambut gw bermetamorfosis menjadi gimbal, pokoknya Bad Hair Day banget dah! Begitu juga dengan Dira. Jadi kami memutuskan untuk nyalon dulu biar cantik. kami keliling-keliling lantai 2 dan lantai 3 untuk nyari salon dengan bugget yang pas, so kami mendatangi beberapa salon (P.S Nama-nama salon berikut adalah Nama Samaran). Pertama kami ngunjungin Julia Amirta, kami lihat daftar menunya yang di tempel di kaca, buggetnya lumayan, cuci+blow biasa Rp.18.000, cuci+blow fariasi Rp.25.000, tapi kami nyoba nyari lagi, siapa tau ada yang lebih murah. Kami naik ke lantai 3, mengunjungi salon kedua milik Romeo Ajubile (gw lupa nama salonnya), harga cuci+blow biasa Rp.25.000, cuci+blow iron Rp.50.000, Ajubile mahal amat, so kami datengin salon ke-3, salon Baru. Salon ketiga lebih kecil dari salon yang lainnya, daftar harganya ada di dalam salon, so gw sama Dira masuk aja dan nyoba liat daftar harganya. Pas kami baca menunya, cuci+blow Rp.50.000, kamipun saling bertatap, sesaat kemudian gw dan Dira memutuskan untuk langsung keluar.
Kami turun lagi ke lantai 2 mendatangi salon pertama, ternyata salon pertama penuh dan kami harus ngantri kalau mau nyalon di sana. Gw dan Dira memutuskan untuk naik lagi ke lantai 3 mendatangi salon Romeo Ajubile. Ribet banget dah didup gw.
Singkat cerita di salon itu Dira cuci+blow biasa, sedangkan gw nyoba-nyoba cuci dan memwave rambut gw. walaupun itu berarti gw melakukan pemborosan (Rp.50.000 sekali wave), tapi gw puas, ternyata dengan rambut yang di wave muka gw lebih terihat dewasa dan tetap cantik walaupun rambut gw jadi tipis karena yang keriting cuma di bagian bawah.
Selesai merombak penampilan, kami langsung pergi ke bioskop, membeli tiket untuk nonton Skyline. Sementara menunggu tontonan di mulai (13.45), kami keliling dulu di down town, kami berencana mau nyoba makanan lain yang unik di cafe yang memenuhi syarat bugget kami, setelah berkeliling, kami masih belum bisa memutuskan mau makan apa. Dira melihat ke arah jam, 10 menit lagi film dimulai, sebelum dimulai kami menyempatkan diri membeli cemilan roti BreadTalk. Masing-masing dari kami beli 2 roti, gw beli roti yang manis, ada yang pake lelehan coklat putih ditaburi almond dan roti isi selai blueberry, sedangkan Dira beli roti keju dan roti daging, hummm YUMMIE!
Karena tau tidak boleh bawa makanan ke bioskop, kami selundupin makanan-makanan itu dalam tas kami. Gw sembunyiin makanan itu di bawah lipatan celana jeans Dira yang tadi dia ganti dengan rok, otomatis tas gw jadi gembung. Untunglah sampe pintu masuk XXI, kami bebarengan dengan sekelompok keluarga, kami pura-pura terburu-buru aja (karena film-nya juga udah mulai), jadi kami lolos dari pengecekan,yeay!
Di dalam bioskop kami menikmati lezatnya roti BreadTalk sambil nonton Skyline. Tapi belum 1/2 film selesai, gw dan Dira udah melahap habis semua roti. Maklum, kelaperan dari tadi belum makan,
Sedikit info buat film yang baru gw nikmati hari Sabtu, Skyline.
Film ini bercerita tentang sekelompok manusia di L.A yang diserang oleh makhluk aneh yang menghasilkan cahaya biru yang bisa menarik orang yang menatapnya, ibaratnya manusia itu laron cahaya biru itu lampunya. Makhluk biru itu menangkap manusia yang kemudian diambil otaknya sebagai sumber energi bagi makhluk-makhluk jahanam itu (gw ga rela otak gw diambil makhluk kayak gitu). Sementara monster-monster itu menyerang manusia, manusia mencoba segala cara untuk membunuh monster tersebut, tetapi tidak berhasil. Pemeran utama, Jarred berhasil membunuh satu makhluk, ia mengkerahkan seluruh tenanganya untuk menghajar makhluk itu karena makhluk tersebut menyerang kekasihnya Lity, ia menarik semua otak yang ada di dalam tubuh makhluk tersebut hingga makhluk itu mati. Tetapi pada akhirnya Jarred dan Lily di bawa masuk kedalam pusat tubuh makhluk tersebut. Otak Jarred berhasil diambil oleh makhluk tersebut dan diberikan pada satu tubuh kosong. Tetapi otak Jarred menguasai tubuh tersebut, sehingga tubuh tersebut menjadi tubuh Jarred. Sementara Lily dan kandungannya selamat, karena Jarred menyelamatkannya. Ceritanya cukup seru untuk hiburan, walaupun gw sendiri kurang puas karena actionnya kurang banyak. Gw ga sabar menunggu episode selanjutnya.
Selesai nonton, gw dan Twina keliling bentar liat-liat di down town walk, kira-kira kami bisa makan di cafe mana. Tapi rencana tersebut gagal, karena ga ada cafe yang bisa diajak kompromi sama dompet kami. So, kami kembali ke Pizza Hut, yah.. emang udah rejeki si Pizza. Dira pesen es krim dan chicken wings,sedangkan gw mesen cheese fusili dan red Italian Soda(minuman yang ga bosenin). Kami makan sambil ngobrol-ngobrol lagi, curhat, gosip pokoknya apa aja bisa jadi bahan bahasan yang seru kalo sama Dira. Selesai makan kami keliling-keliling lagi, cuci mata sebentar, kemudian pulang. Karena kami sama-sama lagi boke, kami pulang naik angkot. Tapi emang naik angkot itu seru, kami bisa menikmati angin sepoi-sepoi, pemandangan lampu lalu lintas yang nyata tanpa harus tertutupi oleh kaca jendela. Gw sangat menikmati terpaan angin kencang yang memainkan rambut gw. Yah,walaupun itu berarti masa rambut wave gw harus berakhir. Sialnya gw belum sempat mendokumentasikan model rambut baru gw, ARGH!!
Sekitar 1 jam gw dan Dira sampai di rumah Dira. Sebelum pulang lagi dengan sepeda, gw ganti baju jadi baju kaos oblong gw. Sebelum gw pulang, gw berleha-leha dulu di kamar Dira. Kami dengerin lagu, menggila sambil foto-foto narsis, pokooknya serulah,ahaha.
Pada akhirnya, gw pulang saat waktu menunjukan pukul 19.05.
YEAY! Akhirnya ada juga saatnya bagi gw untuk bersenang-senang lagi sama sahabat gw. Gak nyesel juga gw pisah sekolah sama Dira, kami punya kisah yang lebih baru, berbeda dan kami bisa saling tuker-tukeran cerita. Dan yang membuat gw merasa sangat beruntung, walaupun selalu terpisah dalam waktu yang lama, banyolan khas kami masih aja gak berubah, cara pandang, cara berpikir udah berbeda, tapi kami masih 2 makhluk yang sama, yang gokil, berani, aktif dan kompak. Justru perubahan yang terjadi pada kami yang membuat kami makin bisa saling ngerti dan berbagi.
Bagi gw ga perlu ada yang namanya sahabat sejati (karena sulit nemuin sahabat semacam itu dalam hidup yang sempit ini), bagi gw seorang sahabat aja udah cukup, kami ga perlu nuntut banyak dari sahabat kita, karena tanpa harus menuntut, kita udah saling melengkapi.
0 comments:
Post a Comment