Listen


MusicPlaylistView Profile
Create a playlist at MixPod.com
Friday, October 12, 2012

Random: Kacamata Hidup

Wilujeng Sumping...
Herzlich Wilkommen..
Bienvenue...
Welcome...
Selamat datang.



Yap, itu sedikit sapaan dalam beberapa bahasa yang aku pelajari (pamer dikit bisa macem-macem bahasa, hehe), sebenarnya masih ada satu bahasa lagi, yaitu bahasa Rusia, tetapi berhubung program yang terkait untuk menulis alfabet Rusia belum terinstal dalam Laptopku, jadi tidak usah saja.
Akhirnya, ada juga kesempatanku untuk berbagi cerita dalam blog ini.

Well... 1 bulan lebih 2 minggu sudah aku menetap di ranah Jatinangor yang cuacanya sedang adem-ademnya, seruuuu banget rasanya tinggal sendirian di kamar sepetak, di mana semua aktivitas dari tidur sampe tidur (lagi), aku lakukan di kamar ini. Belum lagi kegiatan-kegiatan yang kulakukan di luar kamar yang udah super cozy ini, entah itu kuliah, latihan paduan suara, pergi ke Bandung atau ngeceng... eeh maksudnya nangkring (FYI, ngeceng di Jatinangor itu diartikan sebagai... apa yah... kalau kata temenku dan yang aku tangkap, ngeceng di sini tuh artinya deketin cowo/cewe, macem pedekate atau semacamnya, sementara ngeceng yang aku tahu dulu yaah sama aja kayak nangkring a.k.a nongkrong a.k.a ngumpul sama temen2 a.k.a jalan-jalan ke mall-mall atau semacamnya. So, hati-hati menggunakan istilah di sini, bisa salah arti, nanti orang lain nangkepnya beda kita juga yang rugi, okeey?)

Kembali ke cerita. Ehemm...

Rasanya tinggal jauh dari rumah itu... SERUU! Walau pun aku masih sering kangeen banget sama suana rumah, keluarga dan sahabat-sahabat di Tangerang Selatan sana. Di sini aku dituntut super duper mandiri, aku gak bisa bergantung sepenuhnya sama orang lain, semuanya harus aku kerjain sendiri, mulai dari belajar, beres-beres kamar, nyari makan, nyiapin sarapan (ini yang lumayan repot), nyuci, manage waktu sampai ngatur keuangan (ini yang susah) aku harus tahu yang mana yang menjadi kebutuhan yang harus di prioritaskan dan yang mana yang bisa di tunda. Dulu waktu masih sekolah, aku bisa dengan seenak jidat foya-foyain duit jajan yang orang tua dan nenek kasih, mau pake beli baju atau sepatu seabrek, atau jalan-jalan sama temen atau disimpen sendiri yaah itu terserah aku karena biaya hidupku sehari-hari seperti makan dan lain-lainnya, yah orang tua yang tanggung. Sementara sekarang aku di kasih jatah uang saku 1 bulan sekian rupiah oleh orang tua dan aku gak bisa pakai itu seenak jidat kayak waktu zaman SD, SMP, SMA. Sekarang biaya apa pun harus aku yang manage sendiri. Aku gak bisa dengan seenak jidat menghabiskan uangku untuk hal-hal yang gak penting. Aku teringat sebuah statement yang pernah diutarakan guruku waktu SMA, begini katanya,

"apakah kalian bisa menghabiskan uang Rp 200.000 rupiah dalam waktu 1 hari?"

Lantas aku tertawa garing, dalam pikiran, aku membayangkan itu gampang banget tinggal pergi ke mall cari dress yang harganya 200.000 dan misi pun selesai. Lalu guruku bertanya lagi,

"tetapi, apakah kalian bisa menghasilkan uang sebanyak itu dalam waktu sehari?"

Pertanyaan ini yang membuat aku juga sadar untuk tidak menghambur-hamburkan uang.
Aku cukup menyesal karena rekening bank yang telah nyokap buat saat aku SMP gak pernah mencapai target, mencapai target sih tapi selalu aja, ada aja yang aku perlu sehingga tabungan itu habis. Menyesal banget sih enggak karena... yah aku sendiri menikmati apa yang ku dapat.

Waktu liburan kelulusan SMA, aku mencoba bekerja. Aku ngajar jadi guru les keyboard dan piano privat, menjadi sesuatu yang sangat menyenangkan bagi aku dan penghasilanku sebagai guru amatiran yaah... tidak seberapa, tetapi aku suka itu. Dan aku juga mencoba magang dibidang administrasi di bengkel (ini jauuh lebih sulit dan memakan banyak waktu dari pada menjadi guru les), jujur, menjadi administrator bukan bidang yang aku suka, aku bekerja hanya 2 hari (karena setelah 2 hari bekerja, semua karyawan libur lebaran), tetapi aku membuktikan aku bisa bekerja dengan maksimal dan hasil usahanya pun, cukup. Dari hasil aku bekerja, aku bisa membuka rekening baru untuk menyimpan biaya hidupku selama di Jatinangor.

Kuliah di luar kota dan nge-kos sendirian itu adalah tantangan yang cukup besar bagiku. Aku bersyukur banget, Tuhan baik masih menyertaiku dan ngasih segala kemudahan, salah satunya tempat kosku ini. Walau kata orang nge-kos di tempat aku ini rawan maling lah, jauh dari keramaian kota dan terpencil, aku merasakan yang sebaliknya. FYI, aku tinggal di Cisaladah, tepat di sebelah jembatan Cingcing, yang menjadi jalan penghubung, objek wisata peninggalan Belanda sekaligus mitos masyarakat. Letaknya sangaaaaat dekat dengan Fakultasku (FIB), dari kamarku menuju kelas cuma butuh 5 menit. Aku udah kerasan banget tinggal di sini. Letaknya jauh dari keramaian kota, nah justru itu aku seneng karena selalu mengingatkan aku sama rumah aku yang juga jauh dari keramaian. Tempat ini justru mendukung semua kegiatanku, aku aktif di kegiatan kampus, jadi kalau mau apa-apa aku bisa tinggal pulang bentar ke kos-an, mungkin bisa curi-curi tidur siang dulu baru deh ikut UKM, dll.

Aku pribadi memang tipe orang yang suka jalan-jalan dan makan-makan, tetapi aku juga adalah orang yang sangat memperhitungkan jadwal kegiatan-kegiatanku, aku gak mungkin jalan-jalan setiap hari atau pergi makan-makan mewah setiap hari karena aku punya kegiatan lain yang lebih penting, jadi ada saat-saat tertentu aku mau memanjakan diri, aku menyebutnya sebagai "Hari Jenuh", di mana aku memang sangat jenuh dan butuh refreshing seperti hari ini. Aku jadi keinget terus sama nyokap, tiap minggu ada aja nyokap suka ngajak aku makan salad di Pizza Hut atau makan mi ayam atau sekedar keliling Pamulang saat aku emang lagi bosan. Saat bosan, aku inget SMA-ku tersayang, Santa Ursula BSD, aku memang sering merasa sangat bosan sekolah di sana, namun setiap hari aku menemukan dan menerima hal-hal luar biasa di sana, dan karena sekolah ini pula, aku bisa seperti ini :). Ternyata, rasa bosan pun bisa menjadi rindu.

Rasanya... Bener-bener gak nyangka aku bisa ada di sini sekarang, di Jatinangor, di kamar kos, di Universitas Padjadjaran. Memang benar, rancangan Tuhan itu jauuuh lebih indah dari pada mimpi kita. Aku inget, aku selalu memimpikan bisa kuliah di Sastra Perancis UI dan punya jaket kuning, jaket yang selalu mencolok dan menggoda. Dan ternyata aku mendapatkan sesuatu yang lebih berharga dari sekedar impian, aku mendapatkan realita, kenyataan. Memang Tuhan itu luar biasa merancangkan hidupku sedemikian rupa :). Sejak menjejakan kaki di Jatinangor dan Sastra Jerman, tidak pernah ada terlintas di pikiranku untuk minggat dan mengejar impianku yang dulu.

Impian terbesarku masih tetap sama. Aku ingin menjadi musisi dan penulis yang luar biasa. Aku ingin tulisanku dipublish dan difilmkan, aku ingin pergi ke Perancis, menikmati keindahan negara itu, menonton pertunjukan opera di sana, berkeliling Eropa, bertemu dengan seniman jalanan dan belajar hal-hal menarik di sana. Aku ingin sekali menulis cerita tentang Perancis dan Jerman. Aku ingin merasakan tuts-tuts piano di Jerman, mungkin piano yang pernah dimainkan oleh Mozart atau Bethoven. Satu mimpi baru lagi, aku ingin mengukir puisiku di sebuah tempat di Perancis dan Jerman dalam 3 bahasa, Indonesia, Jerman dan Perancis. Mungkin juga Sunda dan Rusia, hahaha. XD



0 comments:

Post a Comment

 
;