Listen


MusicPlaylistView Profile
Create a playlist at MixPod.com
Wednesday, August 10, 2011

Random Tengah Malam

Malam ini akan menjadi acara perenungan yang panjang bagi gue. Terbukti, hingga detik ini pikiran gue masih dilintasi banyak pertanyaan dan jawaban-jawaban yang masih belum bisa gue tangkap. Dengan bantuan segenggam es krim coklat; gue mencoba menyusun semua itu lewat tulisan ini. :)

Interlude: Setelah kesepakatan bersama, malam ini gue dan regu 4 (regu saat Youth Camp) gathering untuk Brother Keeper, hal pertama yang gue denger tentang Brother Keeper adalah kegiatan ini merupakan acara kebersamaan untuk sharing, berbagi pengalaman dan dukungan. Dalam imajinasi gue, Brother Keeper ini akan mirip dengan kegiatan Komsel. TERNYATA! Brother Keeper pertama gue ini memberi jawaban yang lain dari pada yang lain :D

Gue kira hari ini kita akan membahas soal firman atau hal sejenisnya yang "berat-berat", ternyata malam ini kita sharing, mengenang kenangan masa lalu. Di antara sekian kenangan, hanya kenangan saat LTC yang bisa gue rasain kembali. Selebihnya temen-temen gue mulai nge-random pengalaman mereka saat kegiatan-kegiatan bersama lainnya, soal pelayanan dan lain-lain. Nah... Di saat ini gue cuma bisa diem, membayangkan yang mereka ceritakan dan ikut tertawa; ikut terlarut di dalam atmosfer kebahagiaan yang tercipta.

Dalam hati gue cuma berkata: Astaga! Sudah berapa momen indah yang gue lewati selama 2 tahun menghilang?? Menghilang menuju gemerlap kegelapan hidup duniawi.

Selama perjalanan pulang, ada perasaan yang berusaha menembus jantung gue.
Gue teringat kata-kata yang sering gue ucapin, untaian kata yang gak pernah absen dari bibir gue, "hidup gue kok bosenin sih?" atau "gue bosen hidup" (penegasan: dalam konteks ini gue gak berniat untuk mati muda!) atau sebuah kata singkat dan padat "bosan".

Egois. Yap, dalam diri manusia sudah tertanam sifat egois, entah kapan ada benih egois yang tersebar dalam hati manusia hingga benih itu tumbuh menjalar dan akarnya merasuk kedalam diri manusia.
Kalau melihat kembali perjalanan hidup gue, bisa dibilang hidup gw penuh dengan kepuasan, kenikmatan; party, hang out, shopping, lunch, gathering, watching movies, not only studying at home like a freak-geek. Intinya hidup gue gak membosankan, tetapi tetap saja ada yang terasa membosankan di sini.

Walaupun bisa bertahan dengan kehidupan yang terasa sama aja, tapi gue selalu ingin sesuatu yang baru, aktif dan seru.

Ternyata gue menemukan jawabannya. Ada sesuatu yang tidak seimbang sehingga hidup gue jadi terasa membosankan. Gue terlalu sibuk memberi asupan bagi daging gue sementara rohani gue mulai terkikis. Percaya tidak percaya, kedua hal ini harus seimbang, tidak berlebih ke kanan ataupun ke kiri. Kacau banget rasanya hidup gue waktu masih sangat duniawi; hampir setiap minggu gue ngambur-ngamburin duit dari bokap, bahkan tabungan gue makin menipis gara-gara kemarukan gue, yang suka ngumpul-ngumpul, hang out, makan-makan, belanja baju, dateng ke pesta-pesta, pokoknya hidup hura-hura itu asik deh bahkan selalu aja setiap satu acara berakhir, ada aja acara baru yang dateng lagi, lagi dan lagi... Terus, sampai gue bingung harus datang ke acara yang mana. Gue semakin kecanduan hal-hal hura-hura hingga pada satu kesempatan gue memutuskan untuk keluar dari gaya hidup semacam ini. Capek mann tiap minggu pulang malem -.-".

Sekarang gue udah komitmen sama diri gue, nyokap dan juga Tuhan, kalo gue berusaha membendung hasrat hura-hura itu. Terkadang ada saatnya kita harus santai, tetapi ada saatnya juga kita harus fokus bekerja; yang gue alami dalam hal ini adalah study dan pelayanan. Gue tegaskan, ini gak mudah kawan, terkadang gue harus dilanda rasa bimbang antara ikut ngumpul makan siang atau pulang ke rumah mengerjakan tugas proyek, atau pergi ngumpul bersama untuk acara ngobrol-ngobrol dan makan bersama saat akhir pekan atau bertanggung jawab dalam pelayanan. Hal-hal kecil ini tidak sepele dan perlu pertimbangan matang. Seperti yang dikatakan Alice Cullen dalam Twilight bahwa setiap keputusan yang diambil manusia akan mengubah kehidupannya kelak di masa depan. Gue hanya bisa membayangkan saja apa yang gue inginkan di masa depan nanti, tetapi gue gak tau bagaimana gue di masa depan nanti :).

Terkadang gue sebel sendiri dengan keputusan yang gue ambil belakangan ini yang mulai merubah hidup gw 90 derajat, gue mulai lebih fokus dengan PR dan tugas-tugas gue di rumah dan setiap hari kegiatan di luar rumah (setelah pulang sekolah) lebih terfokus pada Gereja. Gue pernah bertanya sendiri, "apakah gaya hidup gue saat ini terkesan old-fashion, kuno?", karena beberapa kesempatan bersenang-senang gue tolak dengan alasan belajar, ngerjain tugas ataupun pelayanan. Tetapi setelah gue diem sejenak, jawaban yang muncul adalah.... "enggak, justru ini gaya hidup yang sangat wajar dan modern".

Kapan lagi di zaman yang dilingkup paham hedonisme dan semua hal serba individu seperti ini, orang mau mengutamakan hal spiritual dan kebersamaan dalam komunitas?

Kapan lagi di zaman yang serba realistis; nyata dan berwujud ini orang mau berjuang untuk sebuah mimpi? Entahlah, mumgkin perasaan gue doang, tapi beberapa orang udah gak percaya dengan sebuah mimpi, mereka selalu menyusun rencana masa depan mereka dengan hal-hal yang realistis dan penuh pertimbangan demi mencapai keuntungan-keuntungan.

Naif. Yap, gue akui gue cuma sang pemimpi yang naif, polos dan blak-blakan. Gue menyusun masa depan gue dengan rentetan mimpi. Tetapi yang perlu kalian ketahui, gue bukan sekedar penonton mimpi, tetapi gue lah pencipta mimpi-mimpi itu. Mimpi itu terasa semakin nyata setiap kali gue mengambil sebuah keputusan kecil. Gue gak perlu berpikir muluk-muluk, seperti hal yang sedang hangat dibicarakan angkatan gue: mempertimbangkan dengan matang apa pilihan kuliah yang paling menjamin di masa depan dan pekerjaan apa yang paling menjanjikan dan memberi keuntungan besar.
Yang gue pikirkan malah apa sesuatu yang sangat gue sukai dan gue menguasai itu, maka gue akan mengambil itu. Polos... iya gue polos banget, sangkin polosnya gue gak pernah mikirin sebesar apa keuntungan yang gue ingin raih.

Ingin melihat simulasi mimpi gue?
Mari, sini gue akan menunjukan sesuatu:
Gue pengen jadi penulis yang menerbitkan buku, menyumbang sesuatu dari Indonesia dan untuk Indonesia. Lalu gue pengen banget terbang ke Prancis, jujur di tengah arus teknologi modern, gue masih gak tahu banyak hal tentang Prancis, tetapi hasrat gue menggebu-gebu pengen ke sana dan menulis sesuatu tentang Prancis dan untuk Prancis :), baru deh gue mau keliling dunia :)
Gue juga pengen banget membangun perpustakaan kota, yang lengkap, modern dan cozy. Gue pengen minat membaca orang-orang bisa tumbuh :)
Gue mau terus melayani dengan talenta bermain Piano yang udah Tuhan kasih, gw pengen nangis tiap kali menyadari betapa bodohnya gue nyia-nyiain talenta ini selama bertahun-tahun

Lantas, terkadang gue bertanya pada diri gue sendiri,
"Deb, uangnya dari mana?"
Lalu gue menjawab dengan sendiri.
"Dari Tuhan, udah tenang aja, kalau Tuhan bolehin pasti dikasih"

Untuk apa khawatir tentang apa yang mau kita makan besok, toh semua ini Tuhan yang punya, kalau kita tahu kita anakNya, ya gak usah sungkan minta, karena pasti dikasih. Seperti yang temen gue (namanya Putri) katakan, jawaban doa Tuhan itu "Iya" dan "Nanti" dan kalau seandainya gak dijawab, Tuhan pasti punya rancangan yang lebih baik! :)

0 comments:

Post a Comment

 
;