Dear Kawan,
Ini lanjutan suratku untuMu tentang dia. Dia, seseorang yang pernah aku ceritakan kepadaMu. Aku harap Kau bisa membantuku.
Entahlah Kawan, ada perasaan yang aneh setiap kali aku melihat apalagi menatapnya.
Ya... Menatap wajah datar, kurang berekspresi, bibir yang jarang melengkung dan senyum yang kering. Bahkan... Ia sama sekali tidak tampan. Aneh, aku bisa tersenyum sendiri jika memandang wajahnya.
Apakah ini ilusi atau perasaanku yang berlebihan saja, tetapi setiap kali aku menatapnya, aku bisa merasakan pancaran dari dalam tubuhnya. Pancaran kewibawaan; tenang, damai dan penuh kesabaran.
Ia... tampak manis saat tersenyum, bahkan aku bisa tertawa saat melihat ia tersenyum kecut, ia tampak lucu.
Kawan, mungkin Kau berpikir aku ini sedang jatuh cinta.
Ku tekankan padaMu, aku tidak cinta padanya.
Aku tidak ingin mencintainya,
(tenang Kawan, aku sudah tidak terluka lagi, percayalah :D)
Tetapi, aku merasakan hal lain.
Aku menyayanginya.
Sayang, bukan sekedar cinta yang sering tak beralasan.
Aku menyayanginya, sosok yang sangat berarti bagiku, entahlah sebagai teman, sahabat atau kakak.
Jujur,
pernah terlintas di benak ku, aku ingin menjadi kekasihnya. Ingin memandangi matanya seharian, memeluk tubuhnya, mengecup pipinya atau bersandar di bahunya. Tetapi aku terus menampik bayangan itu, aku tidak ingin menjadi kekasihnya terlebih dahulu. Aku ingin merajut persahabatan yang istimewa dengannya.
Aku tidak mau menodai persahabatan kami dengan rasa cinta.
Ya... cinta remaja labil; cinta sesaat, bak tebu habis manis sepah dibuang.
Aku... Menyayanginya
Sahabatku, kawanku, temanku, kakakku... Si Misterius.
Kawan, bukakan mata hatiku, ajari aku agar tidak sekedar mencintai ataupun sayang padanya.
Ajari aku bagaimana harus mengasihi dia.
Aku sayang padanya.
Aku ingin mengasihi dia, apa adanya.
Salam, kecup dan pelukan hangat
SahabatMu
Mee Maisalf
0 comments:
Post a Comment