"Siapa kita?"
"PERAJURIT KRISTUS!!", teriakan penuh semangat menggema dalam udara pegunungan yang dingin di puncak.
Sungguh luar biasa, pengalaman yang sangat tidak terlupakan saat camping bersama teman-teman Gereja. Dengan perlengkapan terbatas kami harus bertahan selama 3 hari 2 malam dalam pelatihan Leadership Teamwork Character. Selama 17 tahun menikmati hidup, aku belum pernah merasakan bagaimana rasanya camping di hutan. Bisa dibilang ini adalah pengalaman pertamaku menikmati camping sungguhan di hutan.
Aku merasakan bagaimana harus tidur di tenda di atas matras keras yang rasanya kurang nyaman, aku harus bisa bertahan dengan pakaian yang seadanya, bertahan dengan udara dingin yang terkadang menusuk kulit dan menggetarkan tulang-tulangku.
Aku juga harus membawa barang pribadiku sendiri melewati jalan-jalan menanjak. Belum lagi berbagai permainan yang menantang adrenalinku. Aku dapat merasakan dengan nyata bagaimana tangan Tuhan menopangku, karena rasanya mustahil tubuh semungil ini bisa bertahan hingga hari terakhir. Bahkan kelompokku berhasil memperoleh pin sang singa, pin paling terbaik di antara yang terbaik.
Begitu menajubkan jika aku nemelusuri kembali jejak perjalananku.
Keikut sertaanku dalam camping ini tidak lebih dari suatu kebetulan, bahkan ada sedikit rasa keterpaksaan.
Sebenarnya, aku tidak ingin ikut Youth Camp ini dengan alasan pertama kegiatan itu dilakukan pada akhir bulan yang notabenenya adalah "hari tersulit" bagiku. kedua aku merasa malas dan tidak sanggup harus bertahan di alam terbuka; aku gak bisa masak, makan terkadang pilih-pilih, takut susah dapat sumber air untuk mandi, ketiga aku ingin segera liburan ke Bandung. Tetapi entah kenapa pada hari Sabtu saat Pra-Camp, hatiku mulai tergerak untuk ikut, karena rasa penasaran dan ingin mencoba suasana liburan yang baru (dari pada di rumah doang gak ngapa-ngapain) akhirnya akupun mendaftar. Tetapi setelah mendaftar dan merasakan pra-camp yang "seperti itu" dan ternyata aku dipilih menjadi ketuaa regu, aku jadi agak takut, ragu dan menyesal mendaftar Youth Camp, tetapi mau bagaimana lagi aku gak mau mengundurkan diri begitu aja, aku positive thinking aja "lumayan nyoba pengalaman liburan yang berbeda". Akhirnya dengan napas yang mulai terengap-engap aku mengumpulkan keberanian untuk ikut Youth Camp dan mempersiapkan segala hal. Sangkin takutnya aku jadi sulit tidur malam itu.
Dengan persiapan yang sudah siap, akhirnya pada hari Sabtu, 25 Juni aku berangkat Youth Camp dan di sinilah perjuanganku bermula. Ternyata beban yang aku bawa selama camping bukanlah tas yang berat atau perlengkapan yang banyak, melainkan beban yang ada dalam hatiku. Beribu-ribu kepahitan yang aku simpan, itulah yang aku bawa. Pada suatu kesempatan renunang pagi bersama, pada saat semua orang bisa merasakan kehadiran Tuhan yang begitu dekat, aku malah tidak bisa merasakan apa-apa, rasanya hambar, seperti ada yang mengganjal hatiku, pintu hatiku tertahan tidak bisa terbuka untuk menerima damai ataupun sukacita. Dan Pingping (komandan) regu yang membinaku akhirnya turun tangan membantuku, ia membuka pintu hatiku, pada saat itu air mataku menderu, aku sedih mengingat kebencian yang tersimpan dalam hatiku; kekecewaan atas masa laluku, teman dan keluargaku. Semuanya aku luapkan dan Dan Pingping berusaha memberiku solusi, aku harus mengampuni mereka, aku harus menyatakan kejujuran; betapa kecewanya aku pada mereka (tertama orang tuaku) dan rasanya lega sekali ketika aku mulai bisa merasakan kehadiran Tuhan dalam hatiku.
Setelah melewati berbagai simulasi, hatiku semakin terbuka; segala amarah, kesedihan, kekecewaan terangkat berganti dengan sukacita yang luar biasa. Kalau selama ini biasanya hatiku dipenuhi kesedihan, air mata kepedihan selalu menetes, tetapi lain sekali rasanya dari yang kurasakan, aku merasa bahagia, senyuman merekah dari hatiku :) bahkan tidak ada setetes air mata yang turun dari mataku, luar biasa sekali rasanya :D
Dengan pemulihan yang aku dapat dari Tuhan, aku berkomitmen untuk selalu menjaga hatiku, aku tidak mau merusak hatiku lagi. Biarlah hati yang sepahit sari empedu berlalu, digantikan dengan hati semanis madu :)
Hebat, hati yang mau mengampuni, jujur dan tulus tidak akan pernah menyimpan kepahitan.
Listen
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment