~Bersemangat Dalam Suka Cita :D
Setetes embun yang dibuat oleh guru-guru untuk para murid SMA.
Bukan setetes embun yang biasa bagiku.
Pelajaran jam pertamaku hari ini sebagai anak Bahasa adalah Bahasa Indonesia.
Kami membahas tentang bagaimana cara melakukan wawancara yang baik, santai dan tepat pada tujuan.
Membosankan...
Tidak! Kutarik kata-kataku kembali...
Ini bukan Pelajaran Bahasa Indonesia yang biasa saja, karena hari ini aku mendapat pengetahuan umum lainnya...
Bu Marcel memberi sedikit penjelasan mengenai kata mutiara hari ini.
Lagi-lagi aku bertemu seseorang yang secara tidak langsung memotivasiku untuk meraih impian-ku sebagai penulis. Harus ku katakan, lagi-lagi ia adalah guru Bahasa Indonesiaku.
Dulu saat aku kelas 8 SMP, aku bertemu Bu Wiwiek, guru Bahasa Indonesia yang pertama kali memberi aku nilai ulangan 30, sebagai Bangsa Indonesia itu sungguh memalukan, tetapi nilai itu tidak ada apa-apanya dari yang beliau lakukan hingga membuatku selalu bersemangat untuk menulis.
Begitu juga untuk guru Bahasa Indonesiaku sekarang, Ibu Marcel, ku akui walaupun ia bisa menjadi orang yang menyebalkan, tetapi beliau adalah motivator yang hebat, kali ini bukan cuma semangat saja yang aku terima, aku juga merasa sangat tertantang untuk mewujudkan angan-anganku.
Bu Marcel akan melakukan apa saja untuk mewujudkan tujuan murid-muridnya, asal ada niat yang kuat.
Dari cerita yang beliau bagi pada kami, aku dapat mengambil sehelai benang merah, unik, gila dan hebat, beberapa kata yang bisa menggambarkan sebagian karakter guruku itu.
Ternyata kunci menjadi penulis adalah pandai berselasi, tekun dan selalu memandang kedepan.
"Tidak ada kata tidak bisa, yang ada hanya mau atau tidak mau". Kutipan kalimat Bu Marcel pagi ini yang terngiang-ngiang dalam pikiranku :o).
Lalu apa yang aku dapat dari setetes embun hari ini??
Aku belum bertemu pengalaman dramatis yang nyata dan "whoa" hari ini,
tapi bukan berarti aku tidak punya.
Sebuah refleksi...
Hari ini ada pelatihan dari Personal Growth yang membahas khusus mengenai keluarga.
Sungguh tema yang amat-sangat tepat, mengingat sekarang adalah masa-masa sulit aku dan teman-temanku sebagai remaja.
Keluarga bisa jadi tempat yang sangat nyaman, tetapi tidak menutup kemungkinan bisa menjadi neraka di bumi.
Hari ini aku mendengar beberapa sharing dari teman-temanku,
sungguh,, aku merasakan dunia yang aku kenal selama 16 tahun 8 bulan ini masihlah dunia yang sempit, aku tidak pernah mengetahui di balik wajah-wajah bahagia, gelak tawa, penampilan konyol mereka, ternyata teman-temanku menyimpan seonggok kenangan pahit dengan keluarganya.
Hampir berpisah, ketidak setiaan, kebencian, kesedihan, duka, dendam terpancar lewat perkataan mereka yang blak-blakan mengenai keluarga mereka.
Aku juga pernah mengalami masalah yang cukup besar dengan keluargaku. Aku lihat hal itu dengan mata kepalaku sendiri saat aku masih SMP, tapi untung saja Tuhan selalu besertaku, badai itu telah berlalu.
Tetapi badai itu tak sebesar yang beberapa temanku alami.
Tapi aku tidak melihat dari masalah yang mereka hadapi,
melainkan bagaimana mereka bisa tegar dan tetap bisa tertawa saat di hadapi tekanan tersebut?
Listen
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment