Listen


MusicPlaylistView Profile
Create a playlist at MixPod.com
Friday, June 15, 2012

Setia -Part 1-

"Berharap kamu ada di sana.

Inilah yang aku lakukan setiap kali hujan tiba. Aku datang ke taman bermain, tempat di mana kamu menungguku."

Aku ingat saat itu, pukul 5 Jumat sore kau berjanji akan mengajakku menonton pertunjukan Jazz, musik favorit kita dan kamu menungguku di taman bermain dekat rumahku.
Seperti biasa, aku datang terlambat, kamu sudah menungguku di taman sementara aku baru bersiap-siap mandi.

"Datang saja ke rumahku. Dari pada kamu nunggu lama-lama di sana."

"Lili, aku mau menikmati langit sore, dari taman ini pemandangannya lebih indah. Aku mau mengambil potret langit senja yang cantik untukmu."

"Oh... Baiklah, terserah padamu."
Aku tidak bisa memaksamu jika kamu ingin menikmati langit, aku tahu kamu selalu terkagum akan keindahan langit, aku tidak mau mengganggumu. Aku pun bergegas mandi, tidak ingin membuatmu menunggu lama.

Namun setelah aku mandi, dari jendela kamarku aku tidak melihat langit jingga, aku melihat langit kelabu dan hujan deras. Aku teringat padamu,

"Ver, kamu masih di sana?" Aku mendengar kau tertawa bahagia.

"Iya... Aku sedang menikmati tetes hujan."

"Verdy! Nanti kamu sakit! Kenapa kamu gak ke rumahku aja?"

"Aku cuma menepati janjiku, menunggu kamu di taman."

"Ya Tuhan..." Aku bergegas berpakaian, membawa tasku keluar kamarku. Aku tidak mau membuatmu menunggu lama. Kamu ini... dasar keras kepala.

Dengan payung aku berlari menelusuri komplek rumahku, berlari menuju taman. 10 meter dari taman, aku sudah bisa melihatmu, duduk di ayunan memandangiku, tertawa dengan senyum sumringah, kamu basah kuyup seperti anak kecil. Aku berlari mendekatimu, kamu pun berjalan menghampiriku, tetap tenang dalam hujan. Rasanya ingin sekali aku marah-marah dan menjewer telingamu, dasar anak nakal! Namun aku tidak bisa, saat melihatmu berdiri di depanku, dengan senyuman manis bibir merahmu, dibalik kacamata berframe setengah warna hitam yang basah itu aku bisa melihat tatapan matamu yang berbinar-binar menatap mataku.
Sial! Kamu memang tahu kelemahanku.

"Kamu cantik sore ini."

"Dan kamu basah kuyup seperti sore-sore yang lalu."
Kamu tertawa lebar, aku juga. Tidak tahan rasanya melihat kekonyolan kamu setiap sore, yang selalu menungguku di taman, entah hari cerah atau saat hari hujan.

"Tapi kamu suka kan?"
Tanyamu sambil tersenyum. Entah kamu hanya asal bicara atau kamu memang tahu, aku cukup mengagumi bentuk tubuhmu yang kekar dibalik kemeja putihmu yang basah kuyup. Aku hanya mengernyitkan dahi, berusaha menutupi jawaban yang sebenarnya.

"Enggak sih."
Jawabku sambil menjulurkan lidah, walau pun aku tahu wajahku cukup panas dan mungkin sudah memerah.

"Well, Lili kita mau ke mana?"

"Aku mau kita pulang ke rumah kamu dulu, ganti semua baju kamu!"

"Hahaha... Enggak ah, malas rumahku jauh Lili, aku udah bawa kaos ganti kok."

"Rumah kamu cuma beda 3 blok dari taman ini. Ayo ganti baju dulu, kalau males nyetir mobil, sini aku aja yang bawa deh, masa setiap pulang Friday Jazz sama aku kamu sakit terus?"

"Iya deh, kamu galak deh kalo lagi perhatian sama aku."
Aku hanya tersenyum mengiyakan. Lalu kita berjalan ke mobilmu. Yaris merah mungil itu langsung melaju menuju pekarangan rumahmu. Kamu menyuruhku menunggu di mobil sebentar saja. Dan benar saja, kurang dari 5 menit kamu sudah berganti pakaian. Kali ini kemeja putih dibalut vest hitam, celana panjang jeans dan sepatu hitam. Kamu mengganti kacamatamu dengan frame penuh berwarna hitam.

"Kok dandanan kamu beda banget sama yang tadi?"

"Aku cuma mau serasiin pakaianku sama kamu aja."
Alasan yang cukup bisa diterima, hari ini aku memakai dress putih selutut dengan cardigan rajutan berwarna hitam. Aku tersenyum senang.

"Ver, kamu itu lucu banget sih, bikin aku tambah sayang tau gak?"
Kita tertawa kecil. Lalu kamu menggenggam tanganku.

"Lili, aku sayang kamu. Aku mau rayain 7 tahun kita jadian dengan cara yang istimewa."
Aku hanya tersenyum, tertegun mendengar perkataan kamu.

"Terimakasih ya Lili, dari SMP kita sahabatan sampai sekarang, aku udah 24 tahun kamu masih setia nemenin aku."
Aku hanya menunduk merenung, mengingat kembali masa-masa kita di sekolah, saat kita pacaran pertama kali, kamu menyatakan cinta kamu lewat sekotak coklat, benar-benar sesuatu yang lucu dan tidak akan mudah aku lupain. Aku kembali menatap matamu, perlahan ku dekatkan wajahku, lalu kukecup pipimu.

Kita tersenyum kecil, malu-malu. Kita sudah saling terbuka dan saling tahu kita ingin lebih dari itu. Kamu tahu dalam hatiku aku ingin sekali mengecup bibirmu dan aku tahu kamu juga ingin melumat habis bibirku. Tetapi kita tahu, kecupan ini adalah hal yang sakral. Kita sudah berjanji saling mengingatkan, tidak sebelum waktu yang tepat. Di depan altar suci, saat janji sehidup semati diikrarkan, kita akan mengikat janji itu dengan kecupan pertama di bibir.

"Ehm... Ver, kita mau pergi ke mana jadinya?"

"Hmmm... ke mana ya? Kamu lihat aja nanti."
Kamu tersenyum lebar, membuatku semakin antusias sekaligus penasaran.

Mobil Yaris merah melaju dalam hujan, membawaku dan kamu, entah ke mana kamu mau membawaku pergi.

0 comments:

Post a Comment

 
;