Lagu lama kembali berkumandang
Bukan lagu lama
Kebersaman kita tepatnya
Kau kunci F
dan aku
Kunci G
Berjalan bersama dalam harmoni
Listen
Aku anakMu
aku mau melayaniMu
dengan hancur hati kunyatakan;
Kerinduanku
untuk kembali melanyaniMu
sepenuh hati
Remukan hatiku
jika aku mulai menjauh
Bapa
Remukan hatiku
jika aku mulai berpaling
dari tatapan kasihMu
Saatku hilang kendali
bantuku menemukan
hati yang rindu hadriMu
Saatku hilang dalam dunia
kuyakin, Bapa
Kau mampu temukan hatiku
Terus tegur aku dengan kasihMu
kerahkan Roh Kudus
rasuki jiwaku!
ingatkanku pada rencanaMu
Saatku terlepas dari kasihMu
saatku lengah melayaniMu
ingatkanku pada janjiMu
Bahwa barang siapa mencari kerajaanMu
dan kebenaranMu
semua akan ditambahkan kepadanya
Ingatkan aku Bapa
melayaniMu adalah kerinduanku
melayaniMu adalah kehormatan
Remukan hatiku
tegur keras dengan kasih karuniaMu
Ingatkan aku
Bahwa Kau rindu dekat padaku,
anakMu
aku mau melayaniMu
dengan hancur hati kunyatakan;
Kerinduanku
untuk kembali melanyaniMu
sepenuh hati
Remukan hatiku
jika aku mulai menjauh
Bapa
Remukan hatiku
jika aku mulai berpaling
dari tatapan kasihMu
Saatku hilang kendali
bantuku menemukan
hati yang rindu hadriMu
Saatku hilang dalam dunia
kuyakin, Bapa
Kau mampu temukan hatiku
Terus tegur aku dengan kasihMu
kerahkan Roh Kudus
rasuki jiwaku!
ingatkanku pada rencanaMu
Saatku terlepas dari kasihMu
saatku lengah melayaniMu
ingatkanku pada janjiMu
Bahwa barang siapa mencari kerajaanMu
dan kebenaranMu
semua akan ditambahkan kepadanya
Ingatkan aku Bapa
melayaniMu adalah kerinduanku
melayaniMu adalah kehormatan
Remukan hatiku
tegur keras dengan kasih karuniaMu
Ingatkan aku
Bahwa Kau rindu dekat padaku,
anakMu
Seseorang yang sangat istimewa.
Yah... Hanya itu yang bisa aku katakan tentang dirinya.
Kadang aku tak mengerti dengan keinginan diriku.
Aku menginginkan ada seseorang yang tepat yang mengisi hidupku.Seseorang yang melengkapi separuh jiwaku, seseorang yang akan menggenggam tanganku, seseorang yang dapat mengisi jarak antar jemari tanganku, seseorang yang memelukku dan berbagi kehangatan, seseorang yang kuperbolehkan mengecup diriku; pipi dan bibirku dengan lembut, seseorang yang bisa menjadi penasehat dan pemimpin bagiku, sesorang yang bisa mengubah duniaku, seseorang yang mengingatkan aku bahwa... Aku sudah utuh.
Hanya seseorang. Tidak lebih. Namun, aku belum tahu siapa seseorang itu.
Banyak sekali orang-orang spesial yang aku temui. Aku ingin menyentuh mereka, namun tidak bisa. Bukan menyentuh secara fisik sih, lebih dari itu. Aku ingin menyentuh hati mereka. Banyak orang spesial yang telah membuat hatiku tersentuh. Namun belum ada seorang pun yang bisa aku sentuh hatinya.
Pernah ada sih satu orang, tetapi akhirnya kita malah saling menghancurkan hati kita masing-masing, tetapi puji Tuhan hatiku masih utuh dan sudah pulih.
Karena kejadian inilah aku tidak mau mengulangi kesalahan yang sama.
Hal itu bisa terjadi karena, ungkapan hatiku tidak sempat terucap kepada seseorang yang spesial, yang tak berani aku jangkau karena ia juga terlalu jauh. Aku melampiaskan perasaan itu kepada seseorang yang mulai dekat denganku, namun hatiku sama sekali tidak tersentuh olehnya. Masalah pun timbul. Aku tidak mau membahas masalah apa itu, puji Tuhan, masalah itu telah berakhir, tidak ada pihak yang diruginya, hanya saja aku cukup terluka karena telah melakukan kesalahan fatal. Menjadi pemberi harapan palsu baginya. Cukup menjadi karma bagi diriku.
Aku tidak ingin hal "bodoh" itu terulang lagi, apa lagi jika aku melampiaskannya kepada sahabatku.
Aku belum menemukan seseorang yang tepat. Namun aku telah melihat ada seseorang yang spesial.
Kami cukup dekat. Aku pribadi merasa cukup nyaman dengan dirinya. Hatiku mulai tersentuh olehnya.
Padahal jika aku bermain dengan logikaku, ia hanya memenuhi sedikit syarat untuk menjadi seseorang yang tepat bagiku. Tetapi... Entahlah ada sesuatu yang memancar dalam dirinya. Hahaha... Kadang aku merasa lucu dengan diriku; naif dan polos. Aku mempercayai hatiku 98%. Walau kadang hati sering membuat aku keliru hingga akhirnya hatiku sendiri yang terluka... Namun aku tetap mempercayainya.
Seseorang yang spesial itu... Telah membuka mataku melihat hal-hal baru. Hal-hal baru yang sebenarnya bisa menjadi sangat romantis, jika ia bisa meromantisir hal itu dengan tepat, hal-hal baru yang manis, kalau saja ia bisa menyampaikannya, hal-hal baru yang meyakinkanku bahwa hal-hal itu memang untukku, kalau saja... ia tidak pelit untuk sekedar membagi senyum dan menatap kedua mataku beberapa detik.
Namun sayang. Aku tidak menemukannya. Aku tidak berani menyimpulkan hal-hal baru itu... memang untukku. Aku tidak yakin ia juga memiliki rasa yang sama. Aku tidak berani asal menyimpulkan kalau ia malu-malu menyatakan perasaannya padaku.
Cukup. Perlahan aku sudahi saja rasa ini.
Sahabatku. Ia yang sangat dekat denganku, kami sudah saling memahami, aku sayang dengannya, sebagai seorang sahabat, tidak lebih. Namun di tengah kepasrahan dan sarat harapan yang aku alami ini aku mencabut bunga harapanku kepada seseorang yang spesial ini, dan berusaha menanam harapanku kepada sahabatku. Sekarang aku tengah berusaha membuang bunga itu. Lebih baik aku patah hati perlahan karena kenaifanku dari pada harus merusak persahabatanku karena keegoisanku, karena dilemaku tentang cinta yang tidak jelas.
Perjalananku masih panjang untuk mencari seseorang yang tepat. Aku butuh waktu dan.... udara segar untuk bernapas sejenak sebelum memulai pencaharianku. Lagi.
Yah... Hanya itu yang bisa aku katakan tentang dirinya.
Kadang aku tak mengerti dengan keinginan diriku.
Aku menginginkan ada seseorang yang tepat yang mengisi hidupku.Seseorang yang melengkapi separuh jiwaku, seseorang yang akan menggenggam tanganku, seseorang yang dapat mengisi jarak antar jemari tanganku, seseorang yang memelukku dan berbagi kehangatan, seseorang yang kuperbolehkan mengecup diriku; pipi dan bibirku dengan lembut, seseorang yang bisa menjadi penasehat dan pemimpin bagiku, sesorang yang bisa mengubah duniaku, seseorang yang mengingatkan aku bahwa... Aku sudah utuh.
Hanya seseorang. Tidak lebih. Namun, aku belum tahu siapa seseorang itu.
Banyak sekali orang-orang spesial yang aku temui. Aku ingin menyentuh mereka, namun tidak bisa. Bukan menyentuh secara fisik sih, lebih dari itu. Aku ingin menyentuh hati mereka. Banyak orang spesial yang telah membuat hatiku tersentuh. Namun belum ada seorang pun yang bisa aku sentuh hatinya.
Pernah ada sih satu orang, tetapi akhirnya kita malah saling menghancurkan hati kita masing-masing, tetapi puji Tuhan hatiku masih utuh dan sudah pulih.
Karena kejadian inilah aku tidak mau mengulangi kesalahan yang sama.
Hal itu bisa terjadi karena, ungkapan hatiku tidak sempat terucap kepada seseorang yang spesial, yang tak berani aku jangkau karena ia juga terlalu jauh. Aku melampiaskan perasaan itu kepada seseorang yang mulai dekat denganku, namun hatiku sama sekali tidak tersentuh olehnya. Masalah pun timbul. Aku tidak mau membahas masalah apa itu, puji Tuhan, masalah itu telah berakhir, tidak ada pihak yang diruginya, hanya saja aku cukup terluka karena telah melakukan kesalahan fatal. Menjadi pemberi harapan palsu baginya. Cukup menjadi karma bagi diriku.
Aku tidak ingin hal "bodoh" itu terulang lagi, apa lagi jika aku melampiaskannya kepada sahabatku.
Aku belum menemukan seseorang yang tepat. Namun aku telah melihat ada seseorang yang spesial.
Kami cukup dekat. Aku pribadi merasa cukup nyaman dengan dirinya. Hatiku mulai tersentuh olehnya.
Padahal jika aku bermain dengan logikaku, ia hanya memenuhi sedikit syarat untuk menjadi seseorang yang tepat bagiku. Tetapi... Entahlah ada sesuatu yang memancar dalam dirinya. Hahaha... Kadang aku merasa lucu dengan diriku; naif dan polos. Aku mempercayai hatiku 98%. Walau kadang hati sering membuat aku keliru hingga akhirnya hatiku sendiri yang terluka... Namun aku tetap mempercayainya.
Seseorang yang spesial itu... Telah membuka mataku melihat hal-hal baru. Hal-hal baru yang sebenarnya bisa menjadi sangat romantis, jika ia bisa meromantisir hal itu dengan tepat, hal-hal baru yang manis, kalau saja ia bisa menyampaikannya, hal-hal baru yang meyakinkanku bahwa hal-hal itu memang untukku, kalau saja... ia tidak pelit untuk sekedar membagi senyum dan menatap kedua mataku beberapa detik.
Namun sayang. Aku tidak menemukannya. Aku tidak berani menyimpulkan hal-hal baru itu... memang untukku. Aku tidak yakin ia juga memiliki rasa yang sama. Aku tidak berani asal menyimpulkan kalau ia malu-malu menyatakan perasaannya padaku.
Cukup. Perlahan aku sudahi saja rasa ini.
Sahabatku. Ia yang sangat dekat denganku, kami sudah saling memahami, aku sayang dengannya, sebagai seorang sahabat, tidak lebih. Namun di tengah kepasrahan dan sarat harapan yang aku alami ini aku mencabut bunga harapanku kepada seseorang yang spesial ini, dan berusaha menanam harapanku kepada sahabatku. Sekarang aku tengah berusaha membuang bunga itu. Lebih baik aku patah hati perlahan karena kenaifanku dari pada harus merusak persahabatanku karena keegoisanku, karena dilemaku tentang cinta yang tidak jelas.
Perjalananku masih panjang untuk mencari seseorang yang tepat. Aku butuh waktu dan.... udara segar untuk bernapas sejenak sebelum memulai pencaharianku. Lagi.
When I'm awake
Never sleep
never late
it's you,
the breath that I take
When I'm sleeping
Never sleep
never late
you,
my dream-world, my imagination
When I'm writting
Never sleep
never late,
you,
my inspiration
When I'm dreaming
it's too late to wake
I see you
but I know you're not there
I see you in my mind
Touching
and feeling you
I'm afraid to open my eyes
because you'll fade away
Please...
Don't go.
Something missing
when you're not there
Something missing tonight
when you're not standing
in front of me.
Never sleep
never late
it's you,
the breath that I take
When I'm sleeping
Never sleep
never late
you,
my dream-world, my imagination
When I'm writting
Never sleep
never late,
you,
my inspiration
When I'm dreaming
it's too late to wake
I see you
but I know you're not there
I see you in my mind
Touching
and feeling you
I'm afraid to open my eyes
because you'll fade away
Please...
Don't go.
Something missing
when you're not there
Something missing tonight
when you're not standing
in front of me.
Derap jarum detik
tiada henti
lebih dari kata
aku merindukanmu
Derapan detik
lebih cepat
dari setiap tarikan napasku
yang menghembuskan namamu
Lengan jarum jam
tak pernah lelah
adakah cinta semacam itu?
tanpa keluh dan kesah?
Jarum detik
tak pernah karat
layaknya hatiku
yang selalu menunggu
Menunggu hingga cinta itu datang
menunggu kamu, kamu dan kamu...
datang
Namun tak kunjung datang
Aku rapuh!
Tak seperti jam dinding itu
plastik kokoh yang tegas
Derap detik menyiksa
bak sayatan pisau di hatiku
membuatku gelisah
menunggu jawaban pertanyaanku
Apa itu kau?
Benarkah itu kau?
Mengapa hatiku gelisah?
Detik bergulir lagi
mengingatkan diriku
akan kenangan kita bersama
yang hambar.
Aku lelah mendengar detik.
tiada henti
lebih dari kata
aku merindukanmu
Derapan detik
lebih cepat
dari setiap tarikan napasku
yang menghembuskan namamu
Lengan jarum jam
tak pernah lelah
adakah cinta semacam itu?
tanpa keluh dan kesah?
Jarum detik
tak pernah karat
layaknya hatiku
yang selalu menunggu
Menunggu hingga cinta itu datang
menunggu kamu, kamu dan kamu...
datang
Namun tak kunjung datang
Aku rapuh!
Tak seperti jam dinding itu
plastik kokoh yang tegas
Derap detik menyiksa
bak sayatan pisau di hatiku
membuatku gelisah
menunggu jawaban pertanyaanku
Apa itu kau?
Benarkah itu kau?
Mengapa hatiku gelisah?
Detik bergulir lagi
mengingatkan diriku
akan kenangan kita bersama
yang hambar.
Aku lelah mendengar detik.
"Dekat padaMu, itu rinduku..."
Itu cuplikan lirik lagu Mengejar HadirMu, bukan sekedar lagu rohani yang ngangkat banget untuk Worship, lebih dari itu, lagu ini punya cerita sendiri, bagaimana dan mengapa lagu ini bisa menjadi lagu favorit gue.
Kelas 8 SMP adalah pertama kali gue mendengar dan menyanyikan lagu ini. Saat ibadah kaum muda di GOB. FYI pada masa kelas 8 itu hidup gue lagi berantakan banget; keluarga gue lagi ada masalah dan ribut terus, gue juga gak pernah damai sama adek gue, belum lagi gue masih ababil dan egois banget. Saat gue merasa tertekan gue pasti lampiasin semuanya di sekolah, gue berusaha mencari kebahagiaan di antara temen-temen gue, entah itu sekedar ngobrol-ngobrol atau hang out saat malam minggu ke PIM. Gue berusaha memperbanyak kegiatan di luar rumah, pokoknya gue gak ketemu mereka-mereka lagi deh. Sampai suatu kesempatan gue memutuskan gak hang out sama temen-temen gue. Gue pergi ke Gereja pada hari Sabtu itu.
Singkat cerita ibadah dimulai, musik worship mulai dilantunkan. Gue selalu menutup mata, gak peduli apa yang akan terjadi di sekitar gue dan apa yang akan terjadi sama gue, pokoknya gue mau fokus sama Tuhan aja. Gue naikin doa-doa gue pada Tuhan, apa pun itu semuanya gue ceritain dan gue bilang sama Tuhan, "Tuhan jangan tinggalin aku." Memikirkan masalah-masalah yang lagi gue hadapi membuat gue merasa tertekan banget. Musik intro selesai, nyanyian mulai dilantukan. Dengan lembut sang worship leader melantukan kalimat pertama "Dekat padaMu, itu rinduku..." Saat telinga gue mendengar lagu itu, jantung gue mulai berdebar-debar, nancep banget, disusul kalimat ke-dua, "Setiap kataku, Kau pun menunggu..". Lirik lagu itu sangat menyentuh hati gue, dan mengingatkan gue betapa Tuhan itu baik dan Ia gak pernah ninggalin gue, dan dari lubuk hati gue yang paling dalam gue berseru ingin selalu dekat dengan Dia. Sampai lagu itu habis, air mata gue juga habis. Waktu pulang gereja, gue lupa semua liriknya, tapi gue selalu inget kalimat pertama lirik itu, "Dekat padaMu, itu rinduku."
Gue ingin selalu rindu dekat dengan Tuhan. Sejak mendengar lagu itu, gue mulai rajin ke ibadah kaum muda. Hubungan gue sama Tuhan semakin membaik, gue mulai suka baca Alkitab, gue selalu semangat ikut ibadah bina iman, ibadah hari minggu pun gue juga semangat. Dan saat gue ingin dekat dengan Tuhan gue merasakan betapa Tuhan juga selalu ingin dekat sama gue, merangkul gue, memberkati gue, memulihkan keadaan gue. Hidup gue dipulihkan, gue bisa merasakan janji-janji Tuhan nyata atas gue, gue semakin diangkat naik; gue dipercaya ikut lomba ini dan itu, gue jadi juara kelas, nilai gue selalu di atas 80 bahkan nilai matematika gue gak pernah kurang dari 90, ajaib banget deh Tuhan!
Di kaum muda itu, gue juga ditawarin untuk pelayanan main keyboard tapi gue masih belum mau, masih malu-malu dan masih merasa amatiran, tetapi gue janji suatu hari nanti gue pasti melayani di mimbar itu. Benar-benar suatu kehormatan bagi gue melayani Tuhan dengan talenta yang gue miliki.
Tapi emang dasar ababil, setelah nerima semuanya, gue jauh lagi dari Tuhan. Hari Sabtu gue mulai lagi pergi hang out ngambur-ngamburin duit. Gue mulai jarang ke ibadah kaum muda, sebelumnya rajin setiap minggu gue datang ibadah, lama-lama frekuensinya berkurang jadi 2 minggu sekali, 1 bulan sekalin, 2 bulan sekali sampai akhirnya gak dateng sama sekali selama 3 tahun.
Lalu apa yang terjadi dengan diri gue? Ke mana aja gue?
Gue gak ke mana-mana. Gue cuma stay di rumah aja,yah.. kadang-kadang hang out ke mall.
Kehidupan gue? Tetap baik. Hubungan gue sama Tuhan tetap dekat. Iman gue bertumbuh dengan baik, semakin dewasa rohani. Setiap ibadah hari minggu gue selalu menerima khotbah yang luar biasa, banyak banget mujizat yang udah Tuhan nyatain buat gue. Gue merasa berterima kasih sama Tuhan, sehingga ada tumbuh kerinduan dalam diri gue untuk melayani Tuhan.
Suatu hari gue lagi belajar pagi-pagi buta, jam 4, nyokap biasa menyetel siaran radio rohani, tiba-tiba lagu Mengejar HadirMu berkumandang dengan indahnya. Gue dengerin aja dengan seksama, ingatan gue akan masa pertama kali gue dengerin itu lagu pun bangkit. Ada dorongan dalam hati gue yang meminta gue kembali ke gereja, tapi pikiran gue menolak, gue terlalu sibuk untuk ke gereja hari Sabtu malam.
Lewat beberapa waktu, entahlah beberapa bulan mungkin, gue lagi dengerin playlist di HP, gue lagi dengerin musik Rock (ehm.. tepatnya Emo), karena gue shuffle tiba-tiba lagu Mengejar HadirMu muncul begitu aja. Gue kaget, sekaligus tersentuh gue diingatkan kembali dan gue merasa terpanggil untuk datang ke ibadah kaum muda. Gue bertanya pada diri Tuhan, "Tuhan, emangnya ibadah umum hari minggu aja gak cukup ya?". Gak ada jawaban dari Tuhan, karena yang tahu jawaban itu.... yah diri gue sendiri. Dan gue merasa.... ibadah umum aja udah cukup kok.
Waktu terus berjalan. Kerinduan gue ingin melayani Tuhan terasa semakin menggebu-gebu saat gue udah kelas XI SMA. Dan gue ngomong terus terang sama Tuhan, "Tuhan aku pengen banget melayaniMu, kasih aku kesempatan dong".
Suatu hari, setelah pulang ibadah hari minggu gue didatengin sama kakak-kakak choir, dia nawarin gue bergabung, gue excited banget apa lagi choirnya anak-anak muda semua, dan kita bebas mengekspresikan nyanyian sambil melompat dan bernyanyi, gue nerima tawaran itu, kakak itu minta nomor hp gue dan ngingetin gue agar datang pada saat hari Sabtu. Tetapi tepat pada hari yang dinanti, gue gak dateng karena tempatnya jauh banget di BSD, dan gue udah males aja pergi jauh-jauh begitu.
Tuhan gak ingkar janji dan Tuhan gak pernah memaksa, Tuhan nawarin lagi kesempatan untuk bergabung di Boanerges Orchestra untuk pelayanan hari natal Tiberias. Wow, suatu kehormatan yang luar biasa banget dan menarik banget! Tuhan udah ngasih gue talenta bermain Clarinet. Gue pun ngomong sama Tuhan, "Tuhan, untuk yang satu ini aku sungguh-sungguh, aku gak mau main-main dan gak mau ingkar janji. Apa pun yang terjadi aku mau coba!". Sebelum bergabung gue harus melewati sebuah audisi di Senayan City. Luar biasa bukan main perjuangan gue untuk ikut audisi ini. Karena belum punya Clarinet, gue minjem Clarinet sekolah, belum lagi minta izin untuk pulang lebih cepat, belum lagi gue harus pergi ke Senayan pake bus, udah gitu gue harus bersabar di jalan selama 3 jam! Luar biasa, gue merasa semakin tertantang untuk nunjukin sama Tuhan kalau gue emang sungguh-sungguh mau melayani Dia.
Singkat cerita, setelah audisi, gue dinyatakan....
Tidak diterima.
Apa gue kecewa?
Enggak sama sekali :)
Karena pada akhirnya gue juga sadar, bukan itu yang Tuhan maksud.
Akhirnya Tuhan nunjukin satu pelayanan lagi, yang masih gue pegang sampai sekarang.
Suatu hari gue lagi jalan-jalan naik motor hari Sabtu di Pamulang, gue melihat teman gereja gue naik motor juga dan gue tahu persis kemana dia mau pergi. Dan gue diingatkan akan janji gue, kalau suatu hari nanti gue akan melayani di mimbar itu.
Menjadi keyboardis di ibadah kaum muda. Awalnya gue merasa gak enak karena udah 3 tahun gak muncul dan tiba-tiba muncul begitu aja, tapi gue yakinin diri gue, kalau gak ada hal yang perlu gue takutin. Gue ngomong aja sama Tuhan, cepet atau lambat Tuhan pasti nempatin gue di mimbar itu. Dan benar saja, setelah sebulan bergabung kembali, seorang teman pelayanan nawarin gue untuk main di keyboard di ibadah kaum muda. Haleluya... Gue seneng banget! Akhirnya Tuhan mempercayakan pelayanan itu untuk gue. Dan sampai hari ini, gue masih melayani di sana. Suka dan duka udah gue rasain selama 1 tahun, melayani Tuhan tuh luar biasa banget deh! Semenjak bergabung kembali di ibadah kaum muda, hubungan gue sama Tuhan bukan cuma dekat, tapi melekat. :)
Di sna gue bertemu orang-orang yang luar biasa, mengalami pengalaman-pengalaman baru yang seru dan semua itu semakin membentuk kepribadian gue.
Gue bersyukur Tuhan udah manggil gue dengan sedemikian rupa. Hanya melalui sebuah lagu, Tuhan mampu mengubah hidup gue dari yang biasa menjadi luar biasa! Thanks God.
Itu cuplikan lirik lagu Mengejar HadirMu, bukan sekedar lagu rohani yang ngangkat banget untuk Worship, lebih dari itu, lagu ini punya cerita sendiri, bagaimana dan mengapa lagu ini bisa menjadi lagu favorit gue.
Kelas 8 SMP adalah pertama kali gue mendengar dan menyanyikan lagu ini. Saat ibadah kaum muda di GOB. FYI pada masa kelas 8 itu hidup gue lagi berantakan banget; keluarga gue lagi ada masalah dan ribut terus, gue juga gak pernah damai sama adek gue, belum lagi gue masih ababil dan egois banget. Saat gue merasa tertekan gue pasti lampiasin semuanya di sekolah, gue berusaha mencari kebahagiaan di antara temen-temen gue, entah itu sekedar ngobrol-ngobrol atau hang out saat malam minggu ke PIM. Gue berusaha memperbanyak kegiatan di luar rumah, pokoknya gue gak ketemu mereka-mereka lagi deh. Sampai suatu kesempatan gue memutuskan gak hang out sama temen-temen gue. Gue pergi ke Gereja pada hari Sabtu itu.
Singkat cerita ibadah dimulai, musik worship mulai dilantunkan. Gue selalu menutup mata, gak peduli apa yang akan terjadi di sekitar gue dan apa yang akan terjadi sama gue, pokoknya gue mau fokus sama Tuhan aja. Gue naikin doa-doa gue pada Tuhan, apa pun itu semuanya gue ceritain dan gue bilang sama Tuhan, "Tuhan jangan tinggalin aku." Memikirkan masalah-masalah yang lagi gue hadapi membuat gue merasa tertekan banget. Musik intro selesai, nyanyian mulai dilantukan. Dengan lembut sang worship leader melantukan kalimat pertama "Dekat padaMu, itu rinduku..." Saat telinga gue mendengar lagu itu, jantung gue mulai berdebar-debar, nancep banget, disusul kalimat ke-dua, "Setiap kataku, Kau pun menunggu..". Lirik lagu itu sangat menyentuh hati gue, dan mengingatkan gue betapa Tuhan itu baik dan Ia gak pernah ninggalin gue, dan dari lubuk hati gue yang paling dalam gue berseru ingin selalu dekat dengan Dia. Sampai lagu itu habis, air mata gue juga habis. Waktu pulang gereja, gue lupa semua liriknya, tapi gue selalu inget kalimat pertama lirik itu, "Dekat padaMu, itu rinduku."
Gue ingin selalu rindu dekat dengan Tuhan. Sejak mendengar lagu itu, gue mulai rajin ke ibadah kaum muda. Hubungan gue sama Tuhan semakin membaik, gue mulai suka baca Alkitab, gue selalu semangat ikut ibadah bina iman, ibadah hari minggu pun gue juga semangat. Dan saat gue ingin dekat dengan Tuhan gue merasakan betapa Tuhan juga selalu ingin dekat sama gue, merangkul gue, memberkati gue, memulihkan keadaan gue. Hidup gue dipulihkan, gue bisa merasakan janji-janji Tuhan nyata atas gue, gue semakin diangkat naik; gue dipercaya ikut lomba ini dan itu, gue jadi juara kelas, nilai gue selalu di atas 80 bahkan nilai matematika gue gak pernah kurang dari 90, ajaib banget deh Tuhan!
Di kaum muda itu, gue juga ditawarin untuk pelayanan main keyboard tapi gue masih belum mau, masih malu-malu dan masih merasa amatiran, tetapi gue janji suatu hari nanti gue pasti melayani di mimbar itu. Benar-benar suatu kehormatan bagi gue melayani Tuhan dengan talenta yang gue miliki.
Tapi emang dasar ababil, setelah nerima semuanya, gue jauh lagi dari Tuhan. Hari Sabtu gue mulai lagi pergi hang out ngambur-ngamburin duit. Gue mulai jarang ke ibadah kaum muda, sebelumnya rajin setiap minggu gue datang ibadah, lama-lama frekuensinya berkurang jadi 2 minggu sekali, 1 bulan sekalin, 2 bulan sekali sampai akhirnya gak dateng sama sekali selama 3 tahun.
Lalu apa yang terjadi dengan diri gue? Ke mana aja gue?
Gue gak ke mana-mana. Gue cuma stay di rumah aja,yah.. kadang-kadang hang out ke mall.
Kehidupan gue? Tetap baik. Hubungan gue sama Tuhan tetap dekat. Iman gue bertumbuh dengan baik, semakin dewasa rohani. Setiap ibadah hari minggu gue selalu menerima khotbah yang luar biasa, banyak banget mujizat yang udah Tuhan nyatain buat gue. Gue merasa berterima kasih sama Tuhan, sehingga ada tumbuh kerinduan dalam diri gue untuk melayani Tuhan.
Suatu hari gue lagi belajar pagi-pagi buta, jam 4, nyokap biasa menyetel siaran radio rohani, tiba-tiba lagu Mengejar HadirMu berkumandang dengan indahnya. Gue dengerin aja dengan seksama, ingatan gue akan masa pertama kali gue dengerin itu lagu pun bangkit. Ada dorongan dalam hati gue yang meminta gue kembali ke gereja, tapi pikiran gue menolak, gue terlalu sibuk untuk ke gereja hari Sabtu malam.
Lewat beberapa waktu, entahlah beberapa bulan mungkin, gue lagi dengerin playlist di HP, gue lagi dengerin musik Rock (ehm.. tepatnya Emo), karena gue shuffle tiba-tiba lagu Mengejar HadirMu muncul begitu aja. Gue kaget, sekaligus tersentuh gue diingatkan kembali dan gue merasa terpanggil untuk datang ke ibadah kaum muda. Gue bertanya pada diri Tuhan, "Tuhan, emangnya ibadah umum hari minggu aja gak cukup ya?". Gak ada jawaban dari Tuhan, karena yang tahu jawaban itu.... yah diri gue sendiri. Dan gue merasa.... ibadah umum aja udah cukup kok.
Waktu terus berjalan. Kerinduan gue ingin melayani Tuhan terasa semakin menggebu-gebu saat gue udah kelas XI SMA. Dan gue ngomong terus terang sama Tuhan, "Tuhan aku pengen banget melayaniMu, kasih aku kesempatan dong".
Suatu hari, setelah pulang ibadah hari minggu gue didatengin sama kakak-kakak choir, dia nawarin gue bergabung, gue excited banget apa lagi choirnya anak-anak muda semua, dan kita bebas mengekspresikan nyanyian sambil melompat dan bernyanyi, gue nerima tawaran itu, kakak itu minta nomor hp gue dan ngingetin gue agar datang pada saat hari Sabtu. Tetapi tepat pada hari yang dinanti, gue gak dateng karena tempatnya jauh banget di BSD, dan gue udah males aja pergi jauh-jauh begitu.
Tuhan gak ingkar janji dan Tuhan gak pernah memaksa, Tuhan nawarin lagi kesempatan untuk bergabung di Boanerges Orchestra untuk pelayanan hari natal Tiberias. Wow, suatu kehormatan yang luar biasa banget dan menarik banget! Tuhan udah ngasih gue talenta bermain Clarinet. Gue pun ngomong sama Tuhan, "Tuhan, untuk yang satu ini aku sungguh-sungguh, aku gak mau main-main dan gak mau ingkar janji. Apa pun yang terjadi aku mau coba!". Sebelum bergabung gue harus melewati sebuah audisi di Senayan City. Luar biasa bukan main perjuangan gue untuk ikut audisi ini. Karena belum punya Clarinet, gue minjem Clarinet sekolah, belum lagi minta izin untuk pulang lebih cepat, belum lagi gue harus pergi ke Senayan pake bus, udah gitu gue harus bersabar di jalan selama 3 jam! Luar biasa, gue merasa semakin tertantang untuk nunjukin sama Tuhan kalau gue emang sungguh-sungguh mau melayani Dia.
Singkat cerita, setelah audisi, gue dinyatakan....
Tidak diterima.
Apa gue kecewa?
Enggak sama sekali :)
Karena pada akhirnya gue juga sadar, bukan itu yang Tuhan maksud.
Akhirnya Tuhan nunjukin satu pelayanan lagi, yang masih gue pegang sampai sekarang.
Suatu hari gue lagi jalan-jalan naik motor hari Sabtu di Pamulang, gue melihat teman gereja gue naik motor juga dan gue tahu persis kemana dia mau pergi. Dan gue diingatkan akan janji gue, kalau suatu hari nanti gue akan melayani di mimbar itu.
Menjadi keyboardis di ibadah kaum muda. Awalnya gue merasa gak enak karena udah 3 tahun gak muncul dan tiba-tiba muncul begitu aja, tapi gue yakinin diri gue, kalau gak ada hal yang perlu gue takutin. Gue ngomong aja sama Tuhan, cepet atau lambat Tuhan pasti nempatin gue di mimbar itu. Dan benar saja, setelah sebulan bergabung kembali, seorang teman pelayanan nawarin gue untuk main di keyboard di ibadah kaum muda. Haleluya... Gue seneng banget! Akhirnya Tuhan mempercayakan pelayanan itu untuk gue. Dan sampai hari ini, gue masih melayani di sana. Suka dan duka udah gue rasain selama 1 tahun, melayani Tuhan tuh luar biasa banget deh! Semenjak bergabung kembali di ibadah kaum muda, hubungan gue sama Tuhan bukan cuma dekat, tapi melekat. :)
Di sna gue bertemu orang-orang yang luar biasa, mengalami pengalaman-pengalaman baru yang seru dan semua itu semakin membentuk kepribadian gue.
Gue bersyukur Tuhan udah manggil gue dengan sedemikian rupa. Hanya melalui sebuah lagu, Tuhan mampu mengubah hidup gue dari yang biasa menjadi luar biasa! Thanks God.
Subscribe to:
Posts (Atom)