Listen


MusicPlaylistView Profile
Create a playlist at MixPod.com
Sunday, June 13, 2010

Phobia

Everything is dark, spinning out and hurt...

Darah segar, kesakitan, luka, penyakit; rintihan dan ringisan...

Hal-hal yang paling gak bisa aku lihat dan dengar didunia ini.
Sekali aku melihat, akan terbayang dan aku rasakan dalam benakku selama beberapa menit.
Semenit terasa seperti berjam-jam. Seperti siksaan psikis yang tidak ada hentinya.
Walaupun aku menyaksikan kengerian itu dari layar kaca, walaupun bukan aku yang mengalaminya, tetapi aku bisa merasakannya.

Sabtu, hari dimana kengerian itu benar-benar aku rasakan.

Birthday...
Judul film dokumenter yang bagus, tetapi aku tahu ada kengerian yang tersimpan di dalam kepingan keperakan itu. Aku meminta guru Biologiku menyetel film yang satunya, Home, tetapi apa yang bisa aku lakukan, tidak ada yang mendukung pilihanku. Aku hanya bisa terdiam menyiapkan hati dan mental di dalam ruang kelas yang gelap itu. Hanya seberkas sinar matahari dari jendela dan sinar dari proyektor yang menyinari kelasku.

Eksposisi,
Subtitle menceritakan tentang seorang ibu hamil yang akan melahirkan anak dengan keadaan sungsang. Entah apa yang otakku lakukan, aku bisa membayangkan keadaan itu dengan begitu sempurna, aku memejamkan mata, berusaha menghilangkan pikiran itu, tetapi gambaran itu malah tampak semakin pekat. Aku mulai merasakan darahku mengalir deras ke arah kaki dan tanganku, jantungku memompa keras membuatku merasa pilu.

Bodohnya aku, rasa ingin tahuku membuatku menonton sepotong film itu dan melihat beberapa adegan kengerian. Aku memejamkan mata, tetapi aku mendengar teman-temanku meringis ketakutan, aku merasakan jantungku ikut meringis, aku merasakan hanya sesendok darah yang mengalir di kepalaku, aku merasa kekurangan oksigen.
15 menit ku rasakan penderitaan batin dan psikis itu, aku tidak tahan lagi didalam ruangan itu, tetapi aku belum terlalu kuat mengangkat kepalaku yang berat.
Aku meminta tolong Saskia temanku untuk mengantarkanku ke UKS.
Entah kenapa ia terlihat begitu khawatir dan takut, ia berusaha membantuku berjalan menuju meja guru.
Ekspresi yang sama terlukis pada wajah guruku, ia terlihat khawatir sekali melihatku.
Tanpa berlama-lama aku dan Saskia berjalan keluar kelas.

Koridor luar kelas begitu kontras,udara dingin terasa menembus kulitku, tetapi itu lebih baik, aku bisa bernapas lega. Kami berdua berjalan menelusuri koridor dan tangga menuju UKS.

Merasa bisa membawa diriku sendiri, aku berjalan menuju ranjang UKS sedangkan Saskia kembali. Aku mencoba membaringkan kepalaku yang masih terasa berat.
Mataku terpaku pada batang hidungku biasanya kecoklatan kini berwarna pucat.
Ternyata yang Saskia katakan sepanjang lorong benar, aku pucat sekali.


Aku tidak mau kejadian ini terulang lagi.
Aku ingin menghindari kengerian itu, tetapi itu mustahil.
Aku ingin melawan kengerian itu, tetapi aku tidak berani...
Mungkin aku akan terus berlari dari kengerian itu.

Pathetic.. (T~T)

0 comments:

Post a Comment

 
;