Listen


MusicPlaylistView Profile
Create a playlist at MixPod.com
Thursday, January 19, 2012

Menjadi Bagian Sebuah Orkestra

Rabu, 18 Januari 2012

"Setiap nada adalah kenangan."
-Eric Awuy-

Sepenggal kalimat yang disampaikan Mr. Eric Awuy sebelum pertunjukan di mulai, kalimat ini terekam dengan sangat baik dalam ingatan gue.

Hari ini adalah pertama dan terakhir kalinya gue menikmati performance bersama Santa Ursula BSD tampil di Jakarta, di Graha Bakti TIM.

Apa yang gue rasakan?
Gue bener-bener bahagia dan puas banget dengan pertunjukan dan permainan Clarinet gue malam ini. :)
Well... gue mau sedikit bercerita...
Tahun 2009 lalu adalah pertama kalinya gue memutuskan untuk bergabung dengan Santa Ursula BSD Orchestra.

Awalnya gue daftar untuk main di alat musik Flute, mengapa Flute? Karena gue suka banget sama suara Flute yang sangat lembut dan keliatannya memainkannya cukup mudah. Saat itu gue bertemu beberapa teman yang mempengaruhi gue untuk bergabung di alat musik Cello. Kata mereka alat musik itu paling nyaman untuk dimainkan dari pada alat musik yang lain.

Alhasil pada saat audisi dalam kertas wawancara gue menulis ingin bergabung di Flute dan Cello. Ternyata Cello penuh sehingga pilihan gue tersisa pada Flute. Saat audisi Flute, ada gue dan seorang anak (sebut saja Ririn) di ruang audisi siang itu. Saat ditanya alat musik apa yang mau gue mainin, otomatis gue menjawab gue mau main Flute dengan alasan gue udah punya basic bermain alat musik tiup yaitu recorder. Well... Sebenernya kalau bisa gue pengen aja audisi piano tetapi waktu itu gak dibuka pendaftaran untuk piano. Ternyata saat audisi berlangsung ada info yang menyatakan kalau Flute juga sudah penuh akhirnya gue harus memilih alat musik lain, tetapi Ririn diterima audisi itu karena dia sudah punya alat musik Flute sendiri dan dia lolos audisi (belakangan gue tahu dia lolos audisi karena berhasil merangkai Flute). Akhirnya gue ditawarin untuk bergabung dengan alat musik lain, alat musik tiup juga, namanya Clarinet.

Pertama kali melihat Clarinet, gue bingung, gak ngerti itu apaan, bentuknya juga rumit banget kebanyakan tombol. Saat audisi gue disuruh niup Clarinet (yang sudah terangkai utuh). Gue kira niup Clarinet akan semudah niup terompet tahun baru, ternyata.... Susah banget! Mata gue mau copot karena gak kuat niup Clarinet. Gak ada secuil nada yang berbunyi, cuma bunyi angin pasrah yang kedengeran, bener-bener berat banget.

Alternatif lain, gue di suruh niup 2 bagian rangkaian Clarinet aja (yang kini gue ketahui namanya Mouthpiece dan Barrel), setelah dua kali mencoba... Akhirnya gue berhasil meniup (ujung) Clarinet, sumpah niup ujungnnya aja gue harus pake diafragma (udah kayak mau nyanyi aja). Karena keberhasilan gue, gue diterima masuk Clarinet.

Di kelas Clarinet gue satu-satunya anak baru, semua temen gue di kelas itu udah jago-jago, mereka udah megang Clarinet sejak 2-3 tahun yang lalu. Sebagai anak baru gue juga gak mau ketinggalan banyak. Gue mulai latihan, mulai niup nada-nada yang rendah, nyoba nada-nada panjang, menghafal kunci fingering (ini yang bikin keder). Sementara temen-temen gue latihan untuk persiapan performance, gue latihan segala macam dasar Clarinet. Gue diajarin banyak teknik; mulai dari cara niup yang bener; supaya support anginnya lebih banyak gue harus pake diafragma, jarak jari dengan lubang dan tombol Clarinet gak boleh jauh, megang Clarinet itu rilex aja biar gak cepet capek dan posisi bibir yang bener tuh gak boleh terlalu kenceng pokoknya rilex aja biar gak pegel.

Tahun pertama gue gabung, gue gak bisa ikut konser karena masih terlalu baru, so gue bertugas menjadi crew backstage bersama beberapa anak.

Demi bisa bermain di pertunjukan berikutnya, gue latihan mati-matian, gue sampai bawa pulang Clarinet terus demi mengasah kembali teknik yang sebelumnya. Dan puji Tuhan, tahun berikutnya gue bisa bergabung bermain orkestra dengan tema Phantom of The Opera, itu adalah konser pertama gue :)

Rasanya luar biasa deg-degan tapi juga luar biasa excited!! :D

Untuk penampilan pertama itu gue merasa puas banget, karena sebagai amatiran yang baru belajar Clarinet dalam waktu 1 tahun, itu juga gak rutin cuma 1 kali seminggu, latihan di rumah sendiri juga gak terlalu maksimal tetapi gue dapet kesempatan untuk ikut konser Phantom?? Wow! Itu kesempatan yang sangat langka. Akhirnya dengan mati-matian gue belajar Clarinet mengejar ketinggalan gue.
Segiat-giatnya gue berlatih tetep aja pengalaman temen-temen Clarinet yang udah belajar selama 3 tahun gak akan pernah bisa dikalahkan, tapi gue gak mau nyerah.
Gue latihan sampe bibir gue kering, tenggorokan seret dan jari-jari gue mulai pegel serta kapalan.

Ngeluh? Pasti, gue sering banget ngeluh karena jari gue sakit dan nafas gue masih belum kuat untuk niup Clarinet, fingering pun masih sering kagok dan gak hafal. Tapi seneng banget rasanya bisa dapet kesempatan belajar Clarinet, alat musik yang langka dan gak umum dikenal banyak orang.

Konser Phantom berakhir, tetapi Symphoni Orchestra Santa Ursula BSD belum berakhir. Tahun 2011 ada tantangan baru bagi pemain yang masih bergabung, dan tantangan kita adalah Les Miserables.

Gue suka musik apa pun, bahkan musik classic opera. Tapi gue gak pernah update pertunjukan-pertunjukan orchestra secara live. Jadi saat semua orang kanget mendengar tema-tema berat yang suster ajukan (seperti Phantom of The Opera dan Les Miserables) rasanya cuma gue seorang yang ngangguk-ngangguk santai, santai bukan karena biasa memainkan lagu-lagu semacam itu, tetapi santai karena gak ngerti.

Wawasan gue tentang musik classic terbatas banget, gue suka dengerin lagu-lagu classic karya Mozart, Beethoven, Vivaldi, Tschaikovsky, Chopin, tapi cuma sebatas mendengarkan mp3-nya aja, bahkan judul-judulnya pun gue gak hafal.
Apa lagi soal opera, beeh gue tambah gak ngerti.

Kepekaan telinga gue juga masih sangat payah, ketika temen-temen gue bisa bedain suara alat-alat musik dalam orchestra, gue gak bisa bedain apa-apa, yang terdengar di telinga gue cuma suara violin dan brass, bahkan woodwind pun gue masih gak bisa bedain! Hahaha... payah bangetlah pokoknya.

Tetapi berkat persiapan selama Phantom of The Opera dan Les Miserables, semua kekurangan gue mulai teratasi, karena mau gak mau gue harus beradaptasi dengan cepat. Gue mulai mencari-cari informasi tentang opera-opera itu, mulai mendownload lagu-lagunya, nonton Operanya (di youtube) dan menjadi peka saat latihan gabungan. Saat persiapan Les Miserables beberapa bulan lalu, kepekaan telinga gue semakin tajam. Gue bisa menikmati komposisi nada yang dimainkan setiap alat musik yang berbeda dan mendengarnya sebagai satu kesatuan. Kalau saat pertama kali gabung gue cuma fokus sama suara Clarinet gue, sekarang gue bisa mendengar suara Clarinet dan suara-suara yang lain juga, ternyata seperti itu rasanya. Bahkan nada-nada yang missed di violin pun bisa gue denger (biasanya semua terdengar sama dan benar).

Saat kemampuan itu terasah gue sempet mengalami semacam gangguan dalam diri gue, gue merasa terganggu mendengar suara-suara yang komposisinya gak pas dengan lagu secara keseluruhan, bahkan kepercayaan diri gue juga menurun karena gue belum bisa memproduksi suara Clarinet yang jernih, sangkin nervous-nya gue malah jadi sering salah main. Untuk melawan rasa nervous itu, gue mencoba menikmati setiap permainan nada yang gue mainin, mau itu salah atau enggak dinikmati aja.

Oh sedikit cerita, di orkestra itu gue nge-fans berat sama sesosok conductor yang baru bergabung di Santa Ursula Orchestra beberapa bulan lalu. Dia adalah Mr. Eric Awuy. Saat pertama kali bergabung dia menyampaikan semacam perkenalan diri dan pendahuluan. Dalam pendahuluannya ia menyampaikan beberapa hal yang kini menjadi prinsip gue, inti ucapannya seperti ini;

"Dalam musik itu gak ada yang salah, semuanya benar, karena gak ada nada yang salah. Bahkan saat kalian salah memainkan nada, itu bukan salah, hanya kurang tepat. Dan kalian bisa perbaiki itu."

"Dalam musik itu yang ada cuma baik dan sangat baik, gak ada permainan musik yang jelek."

Dari situ semangat gue semakin tersulut untuk bermain lebih baik. Dalam persiapan Les Miserables wawasan gue semakin terbuka, saat sesi belajar tutorial kelas woodwind bergabung menjadi satu, di sana gue belajar teknik baru untuk tuning alat bersama pak Juhad (conductor dan art director Orchestra). Awalnya gue cuma tahu tuning alat itu cuma supaya nadanya setiap instrumen orchestra pas, tapi telinga gue belum bisa bedain nada yang pas dan yang fales. Pada sesi tutorial itu telinga gue diasah semakin peka dengan nada bahkan ada cara membuat nada itu pas juga diajarin. Teknik fingering juga diajari sama tutor Clarinet gue, kak Mira namanya, pokoknya gue pengen nekunini Clarinet ini dengan baik.

Gue merasa sangat beruntung bisa menjadi bagian sebuah orkestra, terutama di Santa Ursula BSD Orchestra, sense of music dan knowledge gue semakin terasah. Belum banyak ilmu Clarinet yang gue dapat, gue masih pengen lebih lagi. :)

Hingga malam sebelum konser, seperti yang Mr. Eric sampaikan untuk selalu menikmati musik yang dimainkan, gue bisa konser dengan sangat baik dan gue seneng banget. :D
Sebelum konser Mr. Eric juga menyampaikan,

"Setiap nada itu adalah kenangan. Semakin kalian memainkannya, semakin habis nada yang dimainkan. Jadi nikmati musiknya, jangan biarkan setiap nada bermain sendiri."

Gue agak kecewa sama diri gue malam itu, karena pesan terakhir Mr. Eric gak bisa gue penuhi, masih ada beberapa nada yang gue biarkan bermain sendiri, tetapi gue terlalu bahagia untuk kesel malam itu.

Pertunjukan orkestra tahun depan adalah Carmen. Wow... opera apa lagi kah itu? Gue sedang mencari tahu, sayangnya gue gak bisa bergabung ke opera itu tahun ini karena gue udah lulus dari SMA Santa Ursula BSD dan gue bukan anggota Symphoni Orchestra lagi. Tetapi gue merasa sangat terhormat kalau gue bisa mendapat kesempatan untuk bergabung dan bermain dalam Opera Carmen, sebagai Clarinetist. :)

"Musik itu adalah udara di sekeliling kalian, coba kalian rasakan udaranya. Alat musik itu adalah pengeras udara di sekeliling kalian."
-Eric Awuy-

0 comments:

Post a Comment

 
;