Listen


MusicPlaylistView Profile
Create a playlist at MixPod.com
Friday, December 2, 2011

Kamu di Hatiku

Mein Gott, bin ich verlieben? Liebe ich ihn??

Apa benar aku jatuh cinta dengannya? Apakah aku sungguh-sungguh menyayanginya?

Tantang aku bermain apa saja, pasti aku akan menerima tantangan itu; menang atau kalah urusan belakangan tetapi jangan pernah menantang aku bermain dalam satu permainan ini. Karena aku sudah kalah sebelum aku mencobanya, bahkan sebelum aku memikirkannya. Aku selalu menjadi pengecut dalam permainan cinta.

Dalam hidupku, cinta itu bak permainan petak umpet. Aku selalu kucing-kucingan dengan cinta. Aku ingin meraihnya, tetapi aku berhati-hati dan selalu bersembunyi, tidak berani menunjukan wajahku kepadanya. Aku terlalu takut... Aku takut ditolak. Entahlah, aku pernah merasakan satu kali patah hati dengan seseorang yang menawarkan cinta yang tidak pernah aku terima sampai suatu hari saat aku berusaha menerimanya ia mengambil kembali cinta itu. Rasanya... sakit sekali, sakit karena benci, muak dan merasa bodoh. Terlepas dari apa yang aku rasakan, itu hanya masa lalu. Sekarang aku menghadapi hal yang berbeda. Aku mencintai seseorang, ingin sekali aku menawarkan cintaku padanya tetapi aku bingung... Bagaimana caranya? Jujur aku belum pernah merasakan rasanya penolakan (karena aku belum pernah menawarkan cinta)dan aku takut merasakannya. Hatiku berkata,

"Rasanya tidak lebih dari digigit semut, sakitnya hanya sebentar aja."

Tetapi aku terlalu malu mengatakannya. Aku tak mampu berucap. Aku ingin menyatakannya lewat tindakanku saja. Lagi-lagi... Aku bingung, apa yang harus aku lakukan?? Ingin sekali rasanya aku memberi sinyal atau kode atau semacamnya, tetapi lagi-lagi aku takut... Aku malu... Aku malu jika harus tertolak dan aku takut jika aku salah memilih orang.

Dari kejauhan, ia terasa dekat, bayang-bayang dirinya selalu menyusup dalam mimpiku, dalam pikiranku. Dari dekat, ia terasa jauh, aku bingung bagaimana aku harus bertindak? Hidup dalam kenyataan terasa lebih sulit. Aku lebih memilih bermimpi, tetapi sampai kapan aku akan terus bermimpi? Bermimpi kami; aku dan dia bersama-sama, berjalan bergandengan tangan, bercakap-cakap dengan sangat akrab; membahas hal-hal yang kami suka, bercanda, menikmati hari berdua dengan senyum yang selalu tergores dalam wajah kami, menikmati apapun bersama. Tetapi lagi-lagi aku bertanya... akankah seperti itu?

Hal yang paling aku takuti adalah.... jika kami terperangkap dalam diam, tidak mampu berdialog, kami akan menjadi pasangan yang sunyi.

Aku ragu... apakah benar aku sungguh-sungguh mencintainya?

Setiap kali aku melihat dia, ketidak sempurnaanlah yang aku lihat, tetapi saat aku memikirkan dia, kesempurnaanlah yang aku pikirkan.

Saat aku berdekatan dengannya... kenyamananlah yang aku rasakan.

Ingin aku mengenal pribadimu lebih dalam. Aku tidak mau bertindak gegabah begitu saja.

Aku membiarkan tangan Tuhan membantu aku membuka mata dan membuka jalanku menuju dirimu. Sekian lama ini... Aku melihat...
Tuhan membuka banyak pintu dan memperlebar jalanku menuju dirimu.
Aku tinggal melangkah, tetapi aku terlalu mengecilkan hatiku, takut jika kamu tidak mau menerima uluran tanganku.

Hatiku siap terluka, tetapi pikiranku terlalu menjaga perasaan hatiku.

Sekarang... aku terperangkap dalam pikiran dan perasaanku sendiri.

Jatuh cinta sendirian itu menyakitkan.

Sampai kapan aku menunggu waktu yang tepat ketika tidak pernah ada waktu yang tepat???

Tuhan... yakinkan aku.

0 comments:

Post a Comment

 
;